Istri yang terabaikan Bab 107

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


107. Roti Untuk Putri


Tidak butuh lama Mika membaca beberapa kesepakatan yang diajukan Bu Wira. Hati Mika pun dipenuhi sumpah serapah. Tapi kalau Mika menolak menandatanganinya, taruhanya Mika jadi gelandangan.


Kuliahnya sudah 8 semester tapi tak kunjung wisuda. Orang tua Mika pegawai biasa, masih punya beban menyekolahkan adiknya. Mika sendiri tak punya keahlian khusus kecuali parasnya yang cantik.


Akan tetapi tentu saja untuk menjada parasnya tetap cantik butuh banyak biaya. Belum pakaian dan kebiasaan Mika yang tidak terbiasa hidup susah.


Mika tidak mau mendadak terdampar di tempat yang kotor, setelah merasakan indahnya jadi Nyonya. Apalagi untuk mendapatkan posisi itu butuh perjuangan.


Hanya saja, Bu Wira sangat menyebalkan. Pertama, jika terjadi perceraian, Mika tak boleh menuntut harta gono goni.


Selama menjadi istri, Mika memang menempati rumah utama, mendampingi Lana, mendapatkan nafkah. Akan tetapi Mika hanya boleh menggunakan uang dan fasilitas Lana sesuai jatah bulanan Mika yang sudah ditentukan Bu Wira. Tentunya semua itu sudah, atas persetujuan Lana.


Selain dari nominal yang ditentukan Bu Wira, jika ketahuan Mika membelanjakan uang lebih dari itu utamanya dari Lana. Maka Bu Wira berhak menganggap itu jatah bulan berikutnya. Dan jika melanggar lagi, konsekuensinya warisan Lana dianggap sebagai penebus akan dihibahkan ke yayasan kemanusian.


Jadi kalau Lana mau warisanya tetap utuh, Lana harus patuh apa kata Bu Wira.


Selanjutnya Bu Wira akan tinggal di rumah Lana, mengawasi dan mengajari Mika menjadi istri yang benar. Tentu saja Mika sangat dongkol. Mika tahu, semua itu tidak ada pada Isyana. Bahkan menurut Mika, Mika jauh lebih mengerti bagaimana menjadi istri Lana seharusnya. Kenapa malah Mika yang diawasi.


Kesepakan terakhir, Mika bersedia menunda kehamilanya untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Bu Wira hanya akan membolehkan Mika hamil jika menurut Bu Wira Mika sudah menjadi seperti yang Bu Wira mau.


Dan untuk menunda itu, Bu Wira langsung yang akan mengantar Mika melakukanya, hanya boleh di dokter kepercayaan Bu Wira pula.


Jika Mika tidak bersedia, Mika dipersilahkan pergi dari rumah itu. Hamil tidak hamil keadaan Mika sekarang atau nanti, jika status mereka tanpa pernikahan sah atau jejak pernikahan sah, Bu Wira tidak akan mengakuinya.


Jika dalam pernikahan Mika tidak sanggup, Mika dipersilahkan menuntut cerai. Bahkan Bu Wira akan mempermudahnya.


"Mah, apa ini tidak keterlaluan?" tanya Mika menyangkal.


"Keterlaluan bagaimana?"


"Mika menikah dengan Mas Lana. Wajarnya orang menikah kan punya anak Mah. Kenapa Mamah melarang ini?" tanya Mika tidak terima..


"Mana perkataan kamu tidak boleh mempunyai anak?" tanya Bu Wira santai..


Tulisan yang tertera memang bukan dilarang, tapi menunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Mika pun terdiam.


"Mamah melakukan ini untuk kebaikan kamu Mika," tutur Bu Wira lagi dengan suara lembut dan tersenyum, tapi penuh arti.


Mika yang otaknya licik tahu tatapan BuWira bukan tatapan tulus. Ini tatapan tantangan. Hanya saja mengingat ada boomerang Adnan, Mika mau main aman dulu.


"Bagaimana? Kamu cinta kan sama Lana?" tanya Bu Wira lagi.


"Kata orang cinta itu tanpa pamrih. Kamu mau menemani anakku menua bersama kan? Mana yang keterlaluan. Kamu akan tetap mendapatkan hak sebagai istri, pakaian, tempat tinggal, nafkah? Makan? Akan tetap ditunaikan!" lanjut Bu Wira lagi.


"Ya Mah!" jawab Mika.


Dengan geraka memaksa, Mika menandatangani kolom tanda tangan di paling bawah. Mika kaget Lana sudah tanda tangan lebih dulu. Ada saksinya juga, bermaterai pula.


"Tunjukan kalau kamu memang mencintai putraku. Mau salinanya? Ini kamu simpan. Dan ini mamah yang simpan," tutur Bu Wira anggun mengemasi berkas itu.


Mika terbungkam, menerima kertas itu.


"Sekarang kamu boleh, istirahat pukul 5 ke dapur. Mamah ingin rasakan masakan calon keluarga Hanggara!" tutur Bu Wira anggun.


Bu Wira bangun lalu berjalan ke dalam meninggalkan Mika.


Mika tidak berkutik, hanya bisa membuang nafasnya kasar.


"Kurang ajar... kenpa mas Lana kembali tunduk ke perempuan Tua Itu? Aku kan sudah berhasil membuat mas Lana melawanya. Tidak ini tidak bisa dibiarkan. Yang benar saja uang bulananku dihandle sama dia?"


Mika tidak tahu, suaminya menyetujui semua itu demi satu nama, Isyana. Lana menyetujui Ibunya menguasai rumah tangganya demi Lana kelak tidak kehilangan anak dari istri pertamanya.


Sesampainya di kamar. Mika pun berputar-putar kepalanya mau pecah rasanya. Hidup Mika terasa sangat ruwet dan dipenuhi masalah. Padahal masalah yang dia buat sendiri.


Mulai dari sikap suaminya yang mulai cuek padanya, belum lagi ancaman Adnan, sekarang tekanan dari Bu Wira. Lebig dari itu teman-teman Mika baik yang sibgle atau menikah mereka sedang sibuk membuat kebaya.


Mika diberi waktu istirahat 2 jam. Setelah itu Bu Wira siap menjadi mandor Mika memasak untuk Lana.


Entahlah kenapa Bu Wira melakukan itu, demi membantu Lana membujuk Isyana. Apa Bu Wira ingin Isyana kembali? Kenapa justru ingin mengesahkan pernikahan Lana dan Mika?


*****


Di rumah Tuan Aksa.


Di kamarnya sendiri.


Tuan Aksa sampai ke rumah setelah melakukan kunjungan untuk memeriksa progres proyeknya. Seperti biasa Putri sedang ada kelas mengaji oleh guru privat.


Tuan Aksa menyapa Putri, memeluk dan menciumnya sebentar. Setelah itu masuk ke kamarnya.


Sesampainya di kamar, dilucutinya pakaianya satu persatu. Tuan Aksa membasuh badanya dengan air yang mengalir.


Di depan cermin kamar mandi sambil menyabuni tubuhnya, ditatapnya satu persatu titipan Tuhan yang dia terima itu dengan seksama. Badan tinggi tegap dengan kulit bersihnya.


Mulai dari dadanya yang bersih tapi ditumbuhi bulu dada yang tipis tapi menantang. Lalu turun ke perutnya. Meski belum buncit, tapi otot- ototnya mulai tertutup lemak.

Tuan Aksa sudah beberapa bulan tidak olahraga. Terlalu sibuk dan lelah mengurusi Bu Tiara.


Dari perut lalu turun ke senjata ampuhnya yang Tuhan pilih sebagai jalan menetaskan seoranh gadis cilik yang cerdas dan pintar.


Sesaat Tuan Aksa tertunduk lesu. Tuan Aksa lupa kapan terakhir dia memenuhi hak senjatanya itu. 1 tahun? 2 tahun? Sampai lupa. Mungkin sejak Bu Tiara rutin kemoterapi? Atau sejak Bu Tiara selalu kesakitan dan menangis keluar darah setiap selesai berhubungan.


Yang pasti itu sudah lama sekali. Tuan Aksa pun ingat semua hal menyebalkan tentang hatinya yang dia ingat.


"Apa salahnya sih Mas kalau Putri dekat orang lain selain susternya?" tanya Bu Tiara di malam itu.


"Papah nggak mau, Sayang, Putri dekat dengan orang lain begitu. lalu melupakan kamu!" ucap TuanAksa saat awal Putri main di greenhoues Isyana dan tidak mau diajak pulang.


"Justru itu yang Mamah ingin Pah," jawab Bu Tiara.


"Mamah!" pekik Tuan Aksa.


"Pah...," jawab Bu Tiara lemah.


"Sampai kapanpun Papah nggak akan berubah pikiran!"


"Dan sampai kapan Papah akan menyakiti hati Mamah dengan Mamah harus liat papah tersiksa begitu? Itu nyakitin Mamah Pah. Mamah jadi merasa berdosa Papah harus begitu, karena Mamah." ucap Bu Tiara mulai berkaca- kaca.


Bu Tiara merasa tidak berguna tatkala memergoki Tuan Aksa terpaksa mengeluarkan hastarnya dengan cara yang tidak seharusnya.


Bu Tiara sangat kebal suaminya. Pada dasarnya Tuan Aksa tipikal Pria sehat yang memiliki liibiido yang tinggi. Satu hal kelebihanya, Tuan Aksa sangat teguh memegang prinsip.


Tuan Aksa sangat menjaga barang pusakanya itu dari hal yang menghinakan. Dia begitu paham arti sebuah martabat dan kehormatan. Juga kesehatan. Tuan Aksa juga menghargai arti cinta.


Tuan Aksa terdiam menunduk.


"Amanda? Jessi? Atau bahkan perempuan yang Saka kenalakan. Tidak adakah dari mereka yang bisa ambil hati Papah?" tanya Bu Tiara.


Bu Tiara sudah mengikhlaskan dirinya dimadu bahkan berusaha menjodohkan Tuan Aksa dengan orang yang Bu Tiara kenal. Tapi berujung pertengkaran.


"Stop bahas ini Mah!"


"Cepat atau lambat, waktu itu akan tiba Pah. Tidak ada progress baik dalam pengobatanku!" ucap Bu Tiara putus asa. Bu Tiara memang lelah menahan sakit.


"Mah. Please!"


"Pah! Sadar dengan kenyataan!"


"Kenyataanya Mamah akan sembuh! Kita akan hidup bahagia. Putri dan Mamah akan tetap sehat dan kita hidup bersama!"


"Papah jangan egois. Pikirkan Putri. Realistis Pah. Mamah nggak mau Pah, setelah aku pergi nanti Putri menjadi gadis yang murung. Terima kenyataan Pah! Hari itu akan tiba. Hari dimana aku harus pergi. Mamah juga ingin Papah bisa melanjutkan hidup Papah dengan bahagia!"


Tuan Aksa saat itu sangat marah dan tidak terima.


"Papah boleh nolak Jessy, nolak Amanda atau siapaun perempuan itu. Tapi jika Putri yang memilih Nona Isyana, biarkan Putri dekat denganya Pah!"


Sekelebat malam- malam perdebatan Tuan Aksa dan Bu Tiara datang. Ya Tuan Aksa Bu Tiara tidak hanya sekali, bahkan berkali- bertengkar karena itu.


Itu sebabnya Tuan Aksa selalu acuh dan tak mau melihat Isyana saat bertemu. Tanpa Isyana tahu, dirinya dan namanya selalu jadi topik pembicaraan yang seru untuk sepasang suami istri yang luar biasa itu.


Kata yang paling menyakitkan yang membekas di hati Tuan Aksa. "Apa Papah harus nunggu mamah pergi baru memikirkan kebahagiaan Putri? Putri berhak punya teman. Putri berhak bahagia, Mamah nggak mau Putri selalu dihantui hari- hari dimana dia melihat ibunya berbaring kesakitan, tak berdaya Pah. Dia butuh ibu!"


Tuan Aksa kemudian menyalakan showernya deras dan membiarkan pancuran air itu membasuh seluruh tubuhnya.


Sejak saat itu, Bu Tiara marah dan tak lagi membahas Isyana. Tuan Aksa pun membebaskan Putri dekat dan banyak menghabiskan waktu dengan Isyana. Meski Tuan Aksa tetap selalu jaga jarak.


Sekarang, dimulai kejadian di kamar Putri, entah kenapa, Tuan Aksa selalu panas dingin saat melihat Isyana. Dalam keadan tanpa busananya sekarang bayangan Isyana pun datang dan mengajaknya berfantasi.


"Haiishh!" Tuan Aksa mematikan kran airnya dan mengusap wajahnya kasar.


melihar dengan penuh sadar yang ada di depanya bukan Isyana hanya dinding kamar mandi.


"Apa ini yang selama ini kamu harapkan Tiara? Kamu pergi dan membuatku selalu memikirkanya? Apa kamu tidak tahu? Aku menjadi orang bodoh karenanya?"


"Kenapa kamu tega selalu membuatku tersiksa begini?"


Tuan Aka kemudian mengambil handuk dan dengan santainya berjalan biasa. Membiarkan dia yang sudah lama nganggur goyang kana goyang kiri dan handuknya malah dibuat mengacak- acak rambutnya.


Tuan Aksa segera berganti pakaian dan kemudian menemui Putri berniat ingin Q time..


"Daddy!" teriak Putri senang memanggil Ayahnya.


Akan tetapi. Tuan Aksa diam terpaku, Putri berlari membawa bungkusan kue.


Tuan Aksa wajahnya berubah tegang melihat siapa, perempuan yang berdiri di hadapanya. Sepertinya dia yang baru saja memberikan roti untuk Putri..


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 107"