Istri yang terabaikan Bab 3

Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.

Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


3. Kabur

“Menjijikan!” umpat Lana di pagi petang begitu membuka matanya.

Ayam di desa yang berkokok bersahut- sahutan membuat Lana bangun lebih awal. Lana langsung syok menyadari tanganya memeluk tubuh istri rasa gadis yang selama ini dia siksa dan hina.

“Lana!” pekik Isyana ikut terbangun.

“Kau! Apa yang kau lakukan padaku? Dasar pelaccur sialan!” umpat Lana sangat marah menyadari dirinya berbuat kesalahan.

Lana menelan ludahnya sendiri, selalu menghina Isyana tapi nyatanya malam tadi mereka bergumul dalam kegiatan panas.

“Apa maksudmu? A-aku? Kan Kamu yang.. ” jawab Isyana terbata.

Yang memperkossa kan Lana bukan Isyana, kenapa justru Lana yang berteriak dan menanyakan apa yang Isyana perbuat.

Lana tidak menjawab dan tanganya tiba- tiba mencekik leher Isyana, Isyana kehabisan nafas dan mengaduh kesakitan. Lana sangat kesal dan marah telah melanggar janjinya pada Mika.

Jika diteruskan Isyana akan kehilangan nyawanya karena seketika itu wajah Isyana sudah pucat.
Untungnya dari luar kamar terdengar seseorang mengetuk pintu. Sehingga Lana melepaskan cengkeramanya.

“Uhuk...!” Isyana lolos dari ajalnya.

Isyanapun segera mengatur nafasnya dan memegang lehernya yang terasa sangat sakit.

Seketika itu pula Isyana hanya bisa meneteskan air mata. Isyana ingin berteriak tapi tidak bisa.

Bagaiaman bisa niat dia melakukan kewajiban, pengabdian sebagai istri justru dituduh memperkosaa dan malah mau dibunuh.

“Lana..., Isyana! Sudahkah kalian bangun?” tanya seorang perempuan di luar pintu.

“Shiiit...!” umpat Lana kesal mengenali suara itu.

Saat Lana marah dan memukul kasur menyadari dirinya tak berbusana, Ibu Lana ternyata lewat depan kamar Lana.

Ibu Lana yang mendengar suara dari kamar anaknya tanpa ragu mengetuk pintu kamar. Dia tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalamnya.

“Ya Mih! Tunggu sebentar!” jawab Lana menetralkan suaranya.

“Oke mami tunggu, hari sudah siang, keluarlah!” ucap Ibu Lana lagi.

“Pakai pakaianmu dan bersikaplah baik- baik saja, dasar pelacurr!” ucap Lana memaki Isyana yang sedang tertunduk meneteskan air mata memegangi selimut dan lehernya.

Sungguh, Isyana benar- benar merasakan sakit yang luar biasa. Harapan suaminya akan berubah sepertinya semakin jauh. Pengorbananya semua hanya berbalas kepahitan.

Lana segera bangun dengan tubuh polosnya dan mengambil pakaiannya.

Isyana mengepalkan tangannya. Bisa- bisanya Lana menyalahkan dirinya padahal dia sendiri yang melakukan. Seharusnya Isyanalah yang marah. Bukan Lana.

Sudah merasakan sakit dan ngilu akibat perbuatan Lana, Isyana masih dicekik hampir kehilangan nyawa, lebih dari itu, perkataan Lana pun melengkapi kesakitan Isyana.

“Aku harus pergi!” batin Isyana sekarang berfikir tak ada gunanya mengharap kemustahilan.

Lana pergi keluar kamar tanpa menoleh Isyana. Ibu Lana ternyata menunggu di depan pintu sudah lengkap dengan pakaian resminya.

“Mana Isyana?” tanya Ibu Lana sedikit melirik Isyana yang tubuh bagian atasnya terlihat.

“Sebentar lagi akan keluar Mih!” jawab Lana menutup rapat pintu kamarnya.

“Ya sudah nggak apa- apa, mamah mau pulang dulu, Papah ada rapat penting pagi ini!” tutur Ibu Lana.
“Ya Mah!” jawab Lana.

“Isyana... Mamah Papah pulang dulu ya!” pamit Ibu Lana dari luar pintu dengan senyum penuh arti merasa obat kesuburan untuk anaknya berhasil. Obat itu ramuan dari teman ibu Lana yang bisa berfek sampai 1 bulan, seharusnya untuk Tuan Wira. Karena bertemu anaknya, Ibu Lana berikan untuk anaknya saja.

“Ya Mah!” jawab Isyana dari dalam.

“Kurangi kesibukanmu, kata orang, kau sangat sibuk bekerja, kapan jadi anaknya? Ambil libur dan bulan madu, periksakan kesehatan kalian berdua. Mama ingin punya cucu!” ucap Ibu Lana sebelum pergi menepuk tangan Lana.

Lana hanya mengangguk dan mengeraskan rahangnya.

Lana sekarang ingat kalau dirinya berada di luar kendali berasal dari butiran obat dari ibunya semalam. Meski begitu tetap saja dia merasa marah pada Isyana.

Sesampainya di dalam kamar. Isyana sedang mengenakan pakaianya.

“Pulang sekarang!” ucap Lana kembali bengis.

“Aku tidak mau!” jawab Isyana berani melawan.

“Kau melawanku?” tanya Lana lagi semakin emosi. Untuk pertama kalinya wajah dan mata yang selama 2 tahun terlihat sayu dan patuh, kini berani melawan.

“Kenapa?” tanya Isyana melawan lagi.

Kerana emosi dengan cepat Lana kembali hendak menyakiti Isyana.

Kali ini Isyana pun menghindar dan minta tolong. Masih dengan menahan pedih pada selaangkanganya Isya berusaha keluar kamar.

Sayangnya saat Isyana keluar dari kamar hendak melarikan diri, yang dia temui justru ibunya.

Ibu tiri Isyana baru saja mengantar besanya pergi.

“Ibu....!” panggil Isyana.

“Kamu mau kemana? Ibu dengar kamu minta tolong?” tanya Ibu Isyana.

“Ibu... tolong Isyana, Isyana tidak tahan lagi dengan suami Isyana. Dia...dia.” rengek Isyana berniat hendak mengadu pada ibu tirinya.

Sayangnya omongan Isyana terhenti. Lana sudah berdiri di belakangnya.

“Maafkan kami Bu, kami ada sedikit kesalah pahaman! Kami akan segera menyelesaikanya!” ucap Lana berbicara sopan lalu maju mendekat dan mencengkeram bahu Isyana.

“Oh ya... Ibu paham itu. Dalam rumah tangga wajar ada kesalah pahaman. Isyana, sebagai istri kamu harus mengerti suamimu dan layani suamimu dengan baik!” jawab Ibu tiri Isyana berfikir tidak mau ikut campur rumah tangga anaknya. Ibu Tiri Isyana kan juga enggan mengurus Isyana.

“Ya Bu!” jawab Lana sopan, tidak membiarkan Isyana menjawab.

“Masakan ibu sudah matang, ayo kita sarapan bersama!” tutur Ibu Isyana lagi.

“Maaf Bu... kami harus segera pulang. Satu jam lagi saya harus ada di kantor. Kami sarapan di jalan saja!” jawab Lana lagi tidak menyiakan kesempatan untuk pamit.

“Waduh... kok pada pulang cepetan!” jawab Ibu Tiri Lana berbosa basi.

“Maaf! Saya sudah libur dua hari. Saya harus segera ke kantor!” jawab Lana lagi.

"Ya... baiklah kalau begitu!"

“Kami pulang Bu!” tutur Lana sopan dan mengangguk.

“Ibu... Isyana mau di sini!” lirih Isyana lagi mau minta tolong.

“Jadi istri harus patuh pada suamimu, ibu nggak apa- apa! Suamimu sibuk, pergilah! Hati- hati di jalan ya!” jawab Ibu Tiri Isyana, justru menyuruh Isyana dan menantunya segeran melakukan niatnya, pergi.

Lana tersenyum mengangguk. Lana mencengkeram tangan Isyana dan menyeretnya berjalan sambil berbisik.

“Cepat ikut aku, jangan mimpi kamu bisa kabur dariku?” bisik Lana lagi.

Isyana diam, langkahnya sangat berat. Rasanya ingin lari pergi, tapi sepertinya jika lari sekarang percuma, pasti akan terkejar.

Ibu dan saudara tirinya tak akan berpihak padanya.

Masih di pagi- pagi itu, Lana dan Isyana pun meninggalkan rumah orang tua Isyana.

Isyana terus memandangi karangan bunga yang berjejer rapi di depan rumah, ucapan bela sungkawa untuk ayahnya.

Semua itu semakin menyadarkan Isyana dengan sepenuhnya, bukan hanya hati ayahnya yang mati karena direbut ibu tirinya beberapa tahun silam. Kini raganya pun sudah dikubur dalam tanah, tak akan kembali.

Semakin lama semakin jauh mobil Lana meninggalkan rumah Tuan Atmadja.

“Ayah sudah pergi... nenek sudah pergi...ibu juga sudah pergi, tidak ada alasan lagi aku berada di dekat pria ini?” batin Isyana kemudian melirik tajam ke laki- laki kejam yang katanya, suaminya.

Dulu Isyana mau menikah dengan Lana atas permintaan ayahnya. Satu bulan setelah nenek Isyaana meninggal, Isyana kembali ke rumah ayahnya. Isyana selalu mendapat perlakuan tidak adil juga dari ibu tirinya.

Jika ibu dan saudara tirinya hanya sibuk menghabiskan uang. Isyana disuruh ikut bekerja di kebun.

Saat Isyana di kebun di tempat itulah Isyana bertemu dengan orang tua Lana. Isyana membantu ayah Lana yang hendak jatuh ke jurang karena terpeleset.

Saat itu Tuan Wira sedang berkeliling hendak membeli lahan Tuan Atmadja. Melihat budi baik Isyana, Tuan Wira jatuh hati ke Isyana.

Tuan Atmadja terlilit hutang. Dia gagal panen karena bencana alam. Sementara biaya pekebun dan untuk menanam sudah dia keluarkan. Gaya hidup ibu tiri dan saudaranya juga tetap hedon. Tuan Atmadja meminta Tuan Wira menyelamatkanya agar membeli lahanya.

Di situlah, kesepakatan perjodohan dilakukan.

Tuan Wira akan membantu Tuan Atmadja cuma- cuma asal Isyana mau menjadi menantunya. Tanah Tuan Atmadja pun tidak jadi dibeli, akan tetapi tetap menjadi milik Isyana.

Isyana mematuhi apa kata ayahnya dan menikah denga Lana. Tanpa kenal dan tahu apapun tentang sifat dan latar belakangnya.

Ternyata suaminya mempunyai emosi yang temperamental dan suka main tangan. Lana juga sudah mempunyai pacar yang cantik.

Isyana bertahan demi ayahnya yang meminta pertolonganya.

Sekarang, ayahnya sudah tidak ada. Isyana pun bertekad akan pergi bagaimanapun caranya. Terserah apa yang terjadi dengan ibu tiri dan saudaranya.

“Kenapa melihatku begitu?” bentak Lana mengetahui Isyana menatap tajam dirinya.

Isyana kemudian memalingkan wajahnya dengan mengeratkan rahang.

Pemandagan yang membuat Lana sedikit emosi. Dua tahun ini dia selalu melihat mata sayu dan memelas dari Isyana, tapi hari ini Isyana tampak menantang dan menunjukan keberanian.

“Kau sekarang berani melawanku? Aku harus memberi hukuman lebih rupanya!” ucap Lana lagi.

Isyana masih diam, tapi diamnya sekarang bukan diam lemah lagi. Isyana sedang berfikir bagaimana caranya dia akan kabur. Isyana melihat sekeliling dashboard mobil.

“Mana mungkin aku berani melawanmu!” jawab Isyana sekarang ingin bersandiwara.

“Hah... awas saja!”

“Tolong maafkan aku, aku tidak punya siapa- siapa lagi. Maafkan aku! Aku tidak berani melawanmu, ampuni aku!” lanjut Isyana lagi melanjutkan aktingnya.

“Kau akan aku usir dari rumahku jika saatnya tiba. Aku hanya menunggu ayahku memberikan semua hartanya untukku. Sampai waktu itu tiba. Patuhi kataku dan jangan berani melawanku!” jawab Lana menggertak.

Itu adalah perkataan yang berulang kali Isyana dengar sejak Isyana masuk ke rumah besar suaminya. Lana menikahi Isyana karena harta.

“Aku tahu! Maafkan aku berniat melawanmu, tolong jangan hukum aku, aku akan patuhi, semua maumu!” jawab Isyana lagi.

Lana diam dan menyunggingkan senyum, sepertinya percaya, akting Isyana berhasil. Lana percaya Isyana lemah, tidak mungkin berani melawanya.

"Jangan sentuh aku lagi, dan patuhi kataku!" ucap Lana lagi.

"Baik!" jawab Isyana, lalu mereka terdiam.

Isyana pun terus memutar otaknya agar bisa kabur.

“Pertama- tama , aku harus ambil uang dan ponsel pria ini!” batin Isyan keluar ide.

Jika Isyana sampai ke rumah besar bak neraka itu, pasti Isyana akan disiksa lagi.

Alam dan takdir sepertinya memihak Isyana. Mobil Lana menepi ke sebuah rest area. Rupanya Lana timbul hasrat buang air besar.

Lana kemudian mengambil dompet dari tasnya dan mencari uang receh.

Isyana langsung kegirangan dalam hatinya. Sekarang tahu dimana Lana menyimpan dompet karena celana yang Lana pakai bukan celana berkantong.

“Taruh... taruuh...!” batin Isyana berharap Lana tak membawa dompetnya.

Benar saja, Lana meletakan dompetnya di dashboard mobil. “Yes!” batin Isyana.

“Tunggu di sini!” ucap Lana galak ke Isyana membuka mobil. Lana segera berlari menuju ke toilet umum.

Tidak menunggu lama, Isyana mengambil lembaran- lembaran uang dari dompet suaminya. Lebih dari itu, Isyana mengambil ponselnya dan segera mematikanya.

Isyana melihat di dekat mobil Lana ada mobil pengangkut muatan sayuran dari desa. Isyana pun segera keluar dan naik ke mobil sayuran itu.

Bersambung. 🥰🥰 klik ini Lanjut ke bab 4

gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn










Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 3"