Istri Kecil CEO Lumpuh Bab 77

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.

Visual Cinta.


Happy Reading 🌹🌹🌹 🌹🌹🌹🌹


Edgar terdiam dibalik pintu. Dia berniat ingin menemui istrinya. Namun terhenti saat mendengar ucapan sang istri.


Edgar tidak tahu bagaimana penderitaan istrinya selama ini? Bahkan saat menikah dengannya saja Eidra sampai di ancam dan dipaksa. Edgar juga menikahi Eidra karena mengantikan Erwin yang menolak dengan keras menikah dengan Eidra.


Jantung Edgar berdegup kencang. Apakah benar Eidra tidak pernah malu mengakuinya? Dan bahkan saat tidak memiliki apapun, apa Eidra akan tetap berada disampingnya? Walau Edgar tahu jika istrinya itu memang pandai menggombal tapi selalu saja dia merasakan jantungnya tak karuan saat mendengar ucapan sang istri.


"Tuan Suami".


Eidra terkejut ketika melihat suaminya berada didekat pintu masuk.


"Apa kau baik-baik saja?". Cecar Eidra setengah panik melihat suaminya terdiam.


Edgar mengangguk "Aku ingin pulang". Sahut Edgar. Suaranya mulai parau. Dia menahan tangis haru dan juga bahagia.


"Iya Tuan Suami". Ucap Eidra.


"Kak Nana. Ei pulang ya. Tetap kuat. Tetap semangat ". Seru Eidra "Adik ipar semangat". Ucap Eidra melambaikan tangan pada Erwin yang berbaring di brangkar rumah sakit.


Erwin mengangguk dengan wajah pucatnya. Sebenarnya dia malu bertemu Eidra. Erwin pernah menghina Edgar didepan Eidra dan mengatakan jika Kakak nya itu pria lumpuh yang tidak berguna.


Eidra membawa suaminya keluar dari ruangan Erwin. Dia tersenyum menggembang. Mereka masih saja menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung rumah sakit. Ada yang menyapa dengan ramah. Ada yang menatap sinis. Ada juga yang melihat tak suka. Namun Eidra tetaplah tidak peduli, baginya tatapan mereka sama sekali tidak berpengaruh padanya. Dia akan tetap melangkah maju bersama sang suami.


"Ayo Tuan Suami".


"Aku berat. Biarkan Julio saja". Edgar memegang tangan istrinya dengan tatapan permohonan.


"Baiklah". Senyum Eidra. Eidra tahu bahwa ada yang tidak beres dengan tatapan suaminya "Kak Julio, bantu suamiku ya. Ingat jaga matamu". Ujar Eidra memperingati.


Julio langsung kikuk sambil menelan salivanya dengan susah payah. Sejak hamil Eidra semakin bertingkah aneh dan dia selalu menjadi sasaran.


"Saya masih normal Nona". Sahut Julio setengah kesal.


Setelah membantu Edgar masuk kedalam mobil. Julio segera masuk dan menjalankan mobilnya meninggalkan gedung rumah sakit.


Sepanjang perjalanan Edgar masih terdiam. Dia menatap Eidra yang dari tadi mengoceh dengan bahasa-bahasa aneh yang entah dari mana Eidra menemukan ucapan-ucapan spontan itu.


"Jika ingin mengatakan sesuatu katakan saja Tuan Suami. Tidak perlu ditahan". Singgung Eidra.


Edgar tersenyum tipis. Istrinya selalu saja peka dengan perasaan nya.


"Sayang bolehkah aku memelukmu?". Pinta Edgar.


Eidra mengangguk "Tunggu sebentar Tuan Suami". Cegah Eidra saat Edgar ingin memeluknya "Kak Julio, arahkan kesamping kaca itu. Aku takut kau melihat kami dan malah baper sendiri". Celetuk Eidra. Edgar terkekeh geli.


Julio mengendus kesal "Baik Nona". Sahut Julio. Meski pun kesal dan geram tapi ya dia sudah biasa dibuat tak berkutik oleh Nona Muda-nya itu.


"Sini Tuan Suami, peluk". Eidra merentangkan tangannya.


Edgar memeluk istrinya. Dia menghirup aroma vanilla yang menyeruak dari tubuh istrinya. Wangi tubuh Eidra seakan menjadi candunya.


"Terima kasih". Peluk Edgar.


"Terima kasih juga". Eidra ikut membalas meski dia tidak tahu, suaminya berterima kasih untuk apa?


"Aku bangga memiliki mu".


"Aku juga bangga memiliki mu".


Julio hanya menghela nafas pelan. Jika saja bisa menutup telinganya dia ingin sekali menyumpal telinganya agar tidak mendengar kemesraan dua pasangan itu. Julio selalu menjadi obat nyamuk saat kebucinan keduanya mulai menggila.


Eidra melepaskan pelukkan suaminya. Dia tersenyum hangat menatap wajah tampan Edgar.


"Tunggu sebentar".


Eidra mengambil sesuatu dalam tas munggilnya. Sebuah kertas yang berisi gambar.


"Ini". Edgar mengambil.


Edgar memperhatikan gambar yang terdapat dalam kertas itu. Istrinya sungguh memiliki bakat luar biasa, Edgar baru tahu jika Eidra bisa melukis.


"Ini adalah visual cinta kita. Aku sengaja menggambar wajah ku dan wajahmu. Ini adalah wajah anak-anak kita. Ini adalah air terjun. Cintaku seperti air ini, mengalir tanpa henti. Meski terhambat oleh beberapa jalan sempit, dia akan mengalir dibagian lorong lainnya". Eidra menjelaskan gambar yang dia buat "Anak kita, akan tumbuh nantinya. Tumbuh menjadi anak yang pintar dan berbakti kepada orangtua. Suatu hari nanti Tuan Suami akan bisa berjalan dan akan mengajakku berdansa". Jela Eidra.


"Bagaimana kau bisa melukis gambar ini?". Tanya Edgar.


"Aku saja tidak tahu bagaimana? Aku melukisnya saat dimana ya, aku lupa?". Eidra nyengir kuda. Dia benar-benar lupa kapan dia mengambar lukisan itu.


"Kau ini.....". Gemes Edgar "Aku akan membelikan nya bingkai. Pasti sangat bagus kalau disampan dibingkai". Ujar Edgar.

"Boleh juga".


"Julio".


"Iya Tuan?".


"Tolong Carikan bingkai terbagus untuk lukisan ini ya. Pastikan tidak membuat lukisan ini rusak". Tintah Edgar.


"Baik Tuan".


Julio menarik nafas dalam. Dia lagi yang menjadi sasarannya.


.


.


.


.


.


Lisna sedang menyiapkan pakaian ganti Orlando. Sejak Orlando menegurnya, akhirnya wanita itu belajar untuk melayani suaminya.


"Ini Kak". Lisna menyerahkan baju ganti suami nya.


"Terima kasih".


Orlando sedikit bersyukur melihat perubahan Lisna. Setidaknya dia tidak lagi harus marah-marah untuk memperingati istrinya itu.


"Lisna".


"Iya Kak?".


Orlando menghela nafas panjang. Lalu menatap istrinya dengan dalam dan tatapan yang sulit diartikan.


"Ada apa Kak?". Tanya Lisna heran melihat tatapan suaminya.


"Duduklah". Orlando menepuk soffa disamping nya.


Lisna duduk didekat Orlando dan siap mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh suaminya.


"Ada apa Kak?". Tanya Lisna.


"Aku ingin kau ikut program hamil". Saran Orlando menatap istrinya. Karena sampai sekarang Lisna belum juga hamil.


"Tapi Kak.......".


"Tapi kenapa? Kau takut badanmu gemuk? Lalu berpengaruh pada karir mu?". Lisna mengangguk


Orlando menghela nafas panjang. Ini bukan pertama kalinya dia mengajak Lisna untuk ikut program hamil tapi istrinya itu selalu saja menolak.


"Apa kau mencintaiku Lisna?".


Lisna mengangguk dengan cepat "Aku sangat mencintai mu Kak". Sahut Lisna dengan yakin.


"Apa kau ingin memiliki anak dariku?". Lisna terdiam, dia tidak tahu harus jawab apa "Kenapa diam?". Tanya Orlando.


"Maaf Kak. Aku belum siap hamil". Lisna menunduk takut jika suaminya akan marah padanya.


Orlando mengusap wajahnya kasar "Apa yang membuatmu belum siap Lisna?". Cecar Orlando


"Aku takut badanku gemuk. Lalu aku jelek. Dan Kakak akan pergi meninggalkan ku". Jawab Lisna menunduk "Kakak saja belum mencintai ku". Sambung Lisna lagi.


Orlando menarik nafasnya yang memburu. Istrinya ini benar-benar belum mengerti. Atau memang tidak ingin mengerti.


"Lisna". Orlando meletakkan tangannya dibahu Lisna "Aku memang belum bisa mencintai mu. Tapi aku sedang berusaha bukan berarti tidak bisa. Selama kau menjadi istri yang baik dan mau melayani dan mencintai ku dengan tulus. Maka rasa cinta dihatiku akan tumbuh. Jadi jangan ragu, apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkan mu. Aku ini suamimu. Aku tulang punggungmu dan kau tulang rusukku. Jadi ayo kita mulai semuanya dari awal. Buat aku mencintaimu". Jelas Orlando.


Lisna mengangguk. Lalu memeluk Orlando dengan haru. Lisna sangat mencintai Orlando. Sudah lama sejak dulu sampai sekarang cintanya tidak berubah.


Bersambung....


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn



Posting Komentar untuk "Istri Kecil CEO Lumpuh Bab 77"