Istri yang terabaikan Bab 248

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang suka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Menunggu Kabar


“Begini Sus?” tanya Isyana ke Perawat. 


“Sebentar Nyonya!" jawab perswat mendekat dan memeriksa. Isyana patuh dan membiarkan perawat membantu.


"Point penting! Diperhatikan, hidungnya Nyonya, jangan sampai ketutup, kepalanya dimiringkan, dada dan tubuhnya menyentuh kulit ibu, kakinya seperti katak!” tutur Perawat mengajari Isyana.


"Oke. Sus!" jawab Isyana.


Dua minggu sudah berlalu. 


Lana, Ayah kandung Bian sudah dimabukan dengan lubang wangi Amanda, dan mengurus ayahnya.


Lana sudah tidak lagi mengganggu Isyana dan tidak menghiraukan keadaan Bian, menanyakan kabarnya pun tidak lagi. Sebab setiap harinya ada agenda untuk teru menemui pihak- pihak yang akan menangani sidanh Tuan Wira.


Selesai Tuan Wira, Amanda pun terus menekan perihal pernikahan mereka. Juga Tuan Lukman yang terus menagih uang Lana.


Bahkan hari ini, setelah 5 hari lalu, resmi, Lana sudah menarik seluruh sahamnya dari Suntech, Lana langsung menyerahkan 1 Trilyun hartanya untuk Tuan Lukman.


Dan hari ini juga, Lana, Bu Mutia, Amanda serta beberapa rekanan dekat Amanda dan Tuan Lukman terbang ke luar negeri untuk melakukan pesta pernikahan Amanda dan Lana. 


Bersamaan dengan itu, Bian ternyata berkembang jauh lebih baik dan lebih cepat dari perkiraan. Hari ini Bian sudah selesai observasi 1 kali 24 jam lepas oksigen. Bian juga sudah mampu minum dengan kuat menggubakan dengan dot. Saat Isyana belajar mengasihi langsung reflek hisap dan telan Bian juga bagus.


Dan di menit ini, di ruang khusus bayi kecil, Isyana sedang bersama perawat dan dokter. Isyana sedang mempraktekan perawatan Bian di rumah agar Bian cepat naik berat badanya, yaitu kangooro mother care.


Kata Dokter dan perawat, perawatan skin to skin yang mengadaptasi kebiasaan hewan kangoro sangat efektif membantu merawat bayi kecil.


Walau tanpa suami, dan harus mengurus rumah tangga serta kuliahnya. Isyana berjuang dengan semangat. 


Pagi dan sore hari Isyana ke rumah sakit untuk Bian. Siang kuliah, dan malam bersama Putri.


Karena Binar belum pulang, Bu Dini memilih stay di kota B mendampinginya bersama Nenek. Bu Dini tidak tinggal diam. Bu  sangat memperhatikan Isyana. Makanan Isyana, nilai gizinya semua Bu Dini atur. Bu Dini juga mendatangkan tukang massage dan terapis kecantikan untuk memanjakan Isyana di rumah saat malam hari. 


Jadi walau, sibuk Isyana sekarang jauh lebih cantik, sehat dan segar. Bahkan sekarang sudah siap membawa pulang Bian. 


“Oeek...,oeek...,” Bian menangis kencang saat diangkat oleh perawat.


“Uh...uh... jagoan Mommy.. cup.. cup...,”


Isyana mengulurkan tanganya meminta Bian kembali dia gendong.


Isyana yang hampir satu bulan menunggu bisa menggendong, sekarang tiba waktunya boleh menggendong Bian langsung reflek mengayun Bian yang ada di dadanya lembut. Isyana merekam baik ajaran perawat dan sekarang sudah bisa melakukanya.


****


“Adiiku Oma...,” di depan jendela kaca, di luar ruangan, Putri ditemani Nenek dan Oma mendengar tangisan Bian. 


Putri masih anak kecil tidak boleh masuk ke dalam ruang rawat.


Karena sedang berlatih kangoro mother care, baju Isyana kan dibuka, jadi jendela ditutup.


Putri dan yang lain pun hanya menunggu tanpa melihat apa yang terjadi di dalam. Walau begitu mereka tetap sabar menunggu. Begitu tangisan Bian terdengar Putri sangat girang. 


“Iyah...sebentar lagi Mommy keluar sama adek Bian!” jawab Oma. 


“Putri nggak sabar, Oma..., mana adik? Putri mau lihat. Adik mirip nggak sama Putri? Putri mau gendong. Putri boleh kan gendong?” rengek Putri ceriwis.


“Ya... nanti!” jawab Oma Dini. 


Putri berjingkat girang terus menunggu jendela ruang Bian dibuka.


Sayangnya tirai jendela tetap masih ditutup. Tangisan Bian sudah tidak terdengar lagi. Sepertinya Isyana sudah bisa menenangkan Bian dan bisa melakukan kangoroo mother care dengan benar. 


Ya. Hari ini Bian boleh pulang, jadi Isyana didampingi Bu Dini, Nenek, Putri dan ART menjemput Bian.


Sebelum pulang, Dokter dan Perawat memberikan banyak edukasi kesehatan, tentang perawatan Bian di rumah. 


Setelah kurang lebih 30 menit, jendela pun dibuka. Putri langsung membulatkan bola matanya.


Di dalam ruang bayi itu, di atas meja tindakan, Bian sudah tidak memakai alat bantu kesehatan apapun. Infus sudah dilepas, selang minum juga sudah.


Bian sangat menggemaskan. Bian terlihat berbalut selimut hangat juga penutup kepala yang ada gambar kartun berkarakter imut yang dibelikan Bu Dini untuk Bian.


Bian tidak terlihat terlalu kecil lagi. Meski belum gembul, Bian sudah terlihat seperti pada umumnya bayi. 


“Adikuu.. Oma. Itu adiku kaan?” Putri terus berjingkat menempelkan matanya ke kaca menngiinti


“Iya.. iya...! Itu adikmu!” jawab Bu Dini tersenyum ikut senang saat cucunya senang. 


Di saat yang bersamaan, perawat keluar memanggil Bu Dini untuk masuk. 


“Ibu dari Nyonya Isyana?” tanya Perawat. 


“Iya, Saya!” 


“Silahkan masuk, Bu. Untuk mendampingi Bu Isyana!” tutur Perawat. 


Bu Dini menitipkan Putri pada nenek, Bu Dini kemudian masuk menemani Isyana untuk membereskan semua administrasi Bian.


“Kangoro mother care ini bisa dilakukan tidak hanya ibu bayi, boleh ayah atau anggota keluarga yang lain. Yang penting ada kontak kulit ke kulit ya Bu!” tutur dokter mengakhiri semua penjelasan untuk Isyana. 


“Oh gitu?” 


“Iya!"


“Ayah bayi? Atau Omanya juga boleh!"


"Oh ya Dok?"


"Oh ya. Saya belum lihat ayah bayinya? Ayahnya Mana?” tanya dokter ingin ikut memberi pendidikan agar tidak merokok.


Isyana kemudian melirik Bu Dini. 


“Suami saya masih bekerja, belum pulang!” jawab Isyana cepat. 


“Oh begitu?” 


“Ya!” jawab Isyana. 


"Ya sudah. Yang penting seperti yang saya sampaikan tadi ya Bu. Jaga kehangatan, jaga kebersihan. Penuhi nutrisi dan rutin KMC ya?"


"Siap Sus!"


"Jangan lupa kontrol sesai tanggal yang kami jadwalkan, ya Nyonya!"


"Siap. Dok!" jawab Isyana mengangguk.


Perawat yang lain pun menggendong Bian. Bu Dini yang datang siap dengan alat gendongan. Perawat kemudian memberikan ke Bu Dini, menyerahkan Bian untuk digendong dibawa pulang.


Sementara Isyana membawa beberapa berkas obat. Mbak Ita, calon baby sister Bian yang ikut pun dengan sigap  mengambil barang- barang Bian. 


Dengan tangan tuanya yang hangat, Bu Dini menerima Bian dari perawat. Bu Dini menggendong Bian denngan penuh kasih sayang. Tidak ada yang mengira kalau Bian adalah cucu sambungnya. 

“Terima kasih ya Sus, sudah merawat cucu saya!” tutur Bu Dini pamit ke perawat dengan senyum hangat.


“Iya.. Nyonya sama- sama! Oh ya. Boleh kita berfoto dulu?” tanya salah satu perawat..


"Oh boleh boleh!" jawab Isyana semangat.


Mereka kemudian berfoto bersama dokter dan perawat.


"Saya juga mau fotonya ya Sus!" ucap Isyana ramah.


"Iya Nyonya!"


"Ini sudah selesai kan? kami sudah boleh pulang?"


"Ya. Nyonya!"


“Mohon maaf ya, kalau kita suka ngerepotin, banyak tanya,” sambung Isyana ramah ke perawat. 


“Ah tidak, ibu... kami senang merawat adik Bian. Kami juga mohon maaf jika selama merawat Bian ada salah. Sehat- sehat di rumah, ya!” sambung pihak rumah sakit. 


"Terima kasih. Mari!"


"Mari...hati- hati di jalan!" sapa perawat dan dokter sangat ramah.


Setelah berpamitan, Bu Dini dan Isyana pun keluar membawa Bian.


Putri bersama Nenek di depan gerbang keluar depan ruangan langsung berlari menyambut. 


“Adiiik akuu!” teriak Putri mendekat ke Bu Dini.


“Sssttt... nggak boleh teriak nanti adikmu bangun dan nangis lagi!” jawab Bu Dini lembut. 


Putri langsung cemberut dan mulutnya mencucu.


"Putri kan ingin pegang!"


"Cuci tangan dulu!"


"Sudah oma!" jawab Putri berjinjit tidak sabar melihat wajah Bian dan memegang tanganya. Sayangnya Bian tertutup selimut. 


"Nanti di mobil! Yuk cepat pulang yuk!" ajak Bu Dini.


Isyana hanya senyum- senyum melihat Bu Dini posesif ke Bian juga Putri yang sangat tidak sabaran. Isyana pun menggandeng Putri.


Mobil jemputan mereka sudah ready. Mereka langsung masuk dan menuju pulang ke rumah Binar 


Sepanjang jalan, Putri posesif duduk menempel ke Bu Dini. Tangan Putri terus iseng menyentuh hidung Bian yang mirip Isyana.


Bu Dini dan nenek juga sangat antusias untuk memegang Bian. Sampai Isyana malah tidak kebagian dan memilih membiarkan para nenek yang mengerubuti Bian. Isyana merebahkan badanya ke bangku mobil sambil memejamkan mata. 


Tidak menunggu waktu yang lama, mereka sampai di rumah Binar.


Tanpa Isyana tahu, di rumah, Dina dan ART lain ternyata sudah menyiapkan penyambutan Bian. Bahkan, Tuti, Tuan Priangga dan keluarga Teh Bila juga ada. 


“Teteh...,” pekik Isyana kaget dan girang melihat teh Bila.  


“Hummm...,” Teh Bila tersenyum mengangguk. Lalu mereka menyambut Isyana dengan pelukan. 


"Alhamdulillah, Bian sudah pulang sekarang," bisik Teh Bila.


“Iya Teh. Teteh kapan datang, kok tahu?” 


“Mertuamu yang kasih, tahu!” bisik Teh Bila. 


Isyana pun mengangguk tersenyum, terharu. Bukan hanya menemani dan memperhatikan isyana. Bahkan ternyata Bu Dini sudah menyiapkan pesta penyambutan. 


“Bismillah...” ucap Bu Dini. 


Sebelum masuk rumah, Tuan Priangga menyambut Bian dengan doa.


Setelah doa selesai. Bu Dini pun membawa Bian ke ruang tengah yang sudah didekorasi cantik sebagai tempat Bian. 


Bahkan Bu Dini membelikan Bian inkubator dengan harga yang mahal sesuai instruksi Dokter.


Keluarga Isyana dan Tuan Priangga semua berkumpul bahadia dan bercengkerama. Mereka semua pun mengerubungi Bian melihat Bian.


Isyana pun menyapa tamunya dengan riang.


Sayangnya tiba- tiba hari Isyana berdesir. Ada yang kurang di hatinya.


Isyana pun pamit mengambil air putih menepi. Isyana duduk, menatap semuanya dengan tatapan pias. Isyana terus menggengggam ponselnya. Isyana diam beberapa saat, menunggu benda pipih itu menyala, tapi tak kunjung menyala. 


“Mommy kenapa?” tanya Putri mendekat, ternyata Putri tetap perhatian ke ibunya. 


“Sayang,” jawab Putri kaget. 


“Mommy sakit?"


"No!"


"Kok Mommy murung?"


"Mommy hanya serang kangen Daddymu Nak. Seharian ini kok Daddy tidak bisa dihubungi yah?" tanya Isyana terpaksa curhat ke anak kecil karena hatinya gundah.


"Hmmm... Daddy gimana sih?" jawab Putri sok dewasa menanggapi.


"Padahal kan Mommy mau kasih tahu malau adik Bian udah pulang. Katanya Daddy may video call!" imbuh Isyana lagi.


"Nanti Daddy Putri cubit!" jawab Putri lagi.


"Ish..," desis Isyana manyun.


Dari kerubungan orang- orang Bian terdengar menangis keras.


Putri dan Isyana pun langsung menoleh.


"Adik bayi nangis Mommy. Ayo ke adek. Sepertinya dia minta susu!” ucap Putri pintar karena sering memperhatikan cerita orang.


“Ya!" jawab Isyana meletakan ponselnya.


Isyana langsung mendekat dan berlatih menyusui Bian tanpa dot. Tidak berapa lama Bian tidur lagi. 


Isyana pun membiarkan Bian dalam gendonganya lalu ikut duduk di tengah sahabat dan keluarganya. Isyana tidak banyak bicara memilih banyak tersenyum dan menyimak orang bercerita.


Dalam hati Isyana gundah, di saat bahagia ini, seharusnya ada Binar. Padahal dua hari kemarin Binar bilang urusan Lana sudah selesai, harusnya kan kasih kabar, tapi malah loss kontak.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 248"