Istri yang terabaikan Bab 247

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang suka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Suami Vs Istri


Sebagai seorang ibu, Bu Mutia merasa sudah melakukan yang terbaik untuk Putranya. Dia tidak pernah tahu apa yang dialami Tuan Lukman saat ini. Dia hanya berharap Amanda pelabuhan terakhir Lana dan membuat Lana bisa mengendalikan diri.


Permintaan pesta Lana justru Bu Mutia anggap sebagai obat sakit hatinya atas apa yang menimpa suaminya. Dia sangat yakin, kali ini Amanda adalah istri yang tepat.


Lana dan Amanda saling kenal. Pendidikan mereka sederajat. Umur mereka juga seimbang sudah ada di angka 3. Amanda cantik dan berkelas. Bu Mutia percaya cinta akan datang pada mereka seiring berjalannya waktu.


"A.ak..!" panggil Bu Mutia tergagap ke Amanda dan Lana.


"Ya, Mah?" jawab Amanda dan Lana menoleh.


Bu Mutia segera mengetik pesan untuk Amanda.


"Mamah bisa bantu apa, untuk pernikahan kalian Nak? Ayo kita bahas mulai sekarang!" tutur Bu Mutia lewat tulisan diserahkan ke Amanda.


Ya, Bu Mutia memang pada dasarnya orang halus dan pengertian hanya saja salah tempat.


Amanda yang membacanya, langsung menoleh ke Lana.


"Ya…benar kata Mamah. Ini waktu yang sangat mepet. Kita harus membahasnya, Lana!" ucap Amanda ke Lana.


"Hhh…," Lana menghela nafasnya kesal mendengar kata resepsi atau pesta. "Ngapain harus resepsi sih?" batin Lana. Dia menikah dengan Isyana dan Mika kan juga tanpa resespi nyatanya jadi.


Bagi Lana yang penting dia bisa enak- enak di atas kasur menuntaskan has-ratnya, mempunyai pendamping yang bisa mengikuti maunya. Lana kan tidak suka ceremony.


Binar dan Isyana juga tidak ada resepsi, jangankan hitungan minggu. Hitungan hari saja tau- tau mereka sah. Lana kan rugi bandar jika harus tanggung semuanya.


"Kok diam?" ucap Amanda protes.


Bu Mutia juga tampak menatap Lana dengan tatapan kesal melihat Lana tampak acuh malah mengeratkan rahangnya.


"Lana!" panggil Amanda lagi.


"Aku pusing terserah kamu saja!" jawab Lana.


"Ya nggak bisa gitu dong. Ini kan yang mau nikah aku dan kamu. Kita harus persiapkan dengan matang berdua!" ucap Amanda.


"Ho_oh!" Bu Mutia meski tergagap ikut mengiyakan dan mendukung kata Amanda.


"Ya Tapi ini bukan pernikahan yang aku inginkan! Aku tidak peduli!" jawab Lana masih dongkol dan ingin seenaknya.


"Plak!"


Amanda yang sudah ditusuk dua kali tidak terima dikatai Lana. Walau awalnya tidak cinta Amanda sudah menyerahkan dirinya ke Lana dan Amanda mulai terpaut dan mengharap tanggung jawab. Amanda langsung memukul Lana.


"Tak!" Bu Mutia ikut menggebrak tangan di atas meja. 


"Kamu lupa, tadi pagi kamu udah ngapain aku? Hah! Kamu masih bilang tidak kamu ingini?" pekik Amanda keceplosan karena sakit hati, tapi kemudian hidungnya kembang kempis melirik ke Bu Mutia malu karena mereka sudah melakukan itu lagi.


"Ehm…yaya!" jawab Lana kemudian ingat juga mereka tadi sepakat melanjutkan pernikahan saat sedang terbuai rasa nikmat. Walau setelah sadar jadi Lana menyesal.


"Ya udah ayo. Kamu punya vendor mua mana? Kita hubungi kita rancang dari sekarang. Undangan juga!" tuntut Amanda.


Mendengar kata MUA kepala Lana pun tambah pusing.


"Haisshh ribet banget sih?" keluh Lana.


"Ya memang ribet!"


"Hhh.. Aku pusing!" bentak Lana.


Amanda bukan Isyana yang masih polos dan tidak punya kekuatan. Amanda merasa punya harga diri dan setara dengan Lana. Amanda pun tidak terima dibentak.


"Plak!" balas Amanda memukul meja. "Semua orang dimana- mana memang pusing. Kamu pikir aku nggak pusing? Tapi ini harus dipikirkan dan kita lalui. Tanggung jawab dong!" ucap Amanda tegas.


Lana dibentak Amanda di rumah Amanda langsung melempem. Lana dipaksa keadaan tidak boleh seenaknya, berlaku sembarangan dan harus berfikir.


"Oke. Sudah begini saja. Masalah pencemaran nama kita saja belum selesai kan? Kita bagi tugas. Aku urusin si cecunguk yang berani nyebarin video kita. Aku juga harus mengurus uangku. Juga ayahku! Masalah nikah aku serahkan semuanya padamu!" ucap Lana kemudian berfikir cepat.


Amanda terdiam dan berfikir.


"Beneran?" tanya Amanda.


Amanda tak sejahat ayahnya. Dia juga tahu masalah Lana. Amanda juga cukup mengerti kesusahan Lana. Bahkan Amanda dulu sempat mengira Lana diniati Isyana dan Binar seperti dirinya. Itu sebabnya Amanda mau merawatnya.


"Ya!" jawab Lana mantap.


"Semuanya terserah aku? Di negara mana? Mau pakai hotel mana? Desaigner mana? MUA mana?" tanya Amanda lagi memastikan.


"Ya… udahlah terserah kamu. Aku pusing. Aku tidak bisa mengurus semua itu!" Jawab Lana lagi.


"Oke!" Jawab Amanda tersenyum.


sementara Lana hanya mendecak kesal. 


"Ya sudah. Aku pergi!" pamit Lana.


"Kemana?" tanya Amanda mulai merasa laki- laki yang menggagahinya adalah miliknya.


"Kan sudah aku bilang! Aku urus masalahku!" jawab Lana sedikit membentak.


"Ya!" jawab Amanda.


Lana pun pamit pada ibunya.


Bu Wira mengangguk mengantar Lana. Setelah Lana pergi, Bu Wira beralih menatap Amanda.


Walau Amanda yang menyebabkan Bu Wira sakit, tapi dimata Bu Wira Amanda korban Binar. Amanda adalah sekutu dan menantu idaman karena cantik dan anak orang kaya.


Bu Wira pun mendekat ke Amanda dan mengetik lagi kalau Bu Wira siap membantu Amanda.


"Iya Mah. Amanda ingin pesta Amanda menjadi pesta terindah yang pernah ada!" ucap Amanda.


Bu Wira hanya mengangguk saja.


Amanda kan memang orang kaya yang seleranya tinggi. Begitu Lana dan Papanya bilang iya yang akan biayai mereka Lana, uang Amanda utuh, tentu saja itu seperti surga baginya.


"Yuk, Mamah ikut Amanda. Kita temui teman Amanda yang punya banyak kenalan di luar negeri Mah. Aku ingin ke Swiss Mah!" ucap Amanda.

Bu Wira mengangguk tersenyum. Dia belum tahu selera Amanda melebihi seleranya.


Amanda pun mengajak ke rumah teman Amanda yang tahu banyak tentang luar negeri. Yang Pasti Amanda ingin memaksimalkan anggaran dari Lana.


****


Lana menelpon orang masih mau bersimpati denganya untuk membenahi mobilnya yang kemarin dihancurkan warga.


Lana juga kembali kontrol kerumah sakit merawat lukanya.


Setelah diderek dan diperiksa di bengkel, rupanya mobil Lana rusak parah. Padahal itu mobil harga milyaran.


"Haduh!" keluh Lana memegani keningnya kebutuhan yang tak terencana datang lagi.


"Ya udah benerin dulu ya!" ucap Lana ke temanya.


"Siap. Bos!" jawab teman Lana yang orang bengkel.


"Gue butuh mobil buat jalan!" ucap Lana lagi.


Lana memang butuh kendaraan untuk pergi- pergi terutama mengurus ayahnya. 


"Ayo Bos ikut saya. Ada banyak barang kok!" jawab teman Lana.


Dalam sekejap mata Lana kembali merogoh koceknya untuk membeli mobil baru.


Setelah selesqi urus masalah mobil. Lana langsung menghubungi pengacara, membayar pihak platform online, lalu pihak yang bertanggung jawab terhadap  tersebarnya berita tentang dirinya untuk takedown semua berita tentangnya.


Selesai mengurus masalahnya, Lana menjenguk ayahnya di penjara. Selama di perjalanan turun dari mobil, Lana pun harus berusaha menghindari wartawan.


"Siaal.., gemar sekali mereka mengusik kehidupan orang lain?" keluh Lana sangat risih dan dongkol.


Jika dulu, ketenaran, nama besar dan tampil di depan publik sangat disuka. Bahkan itu yang Tuan Wira dan Bu Wira cari atau usahakan, saat ini itu adalah hal yang paling memuakan untuk Lana.


Bahkan Lana sempat menegang hampir kumat, ingin memukul dan meraih, kamera wartawan saat memburunya dengan pertanyaan memnyakitkan. Tapi Lana lihat ada polisi, juga dirinya masih sakit. Hal itu membuat Lana terpaksa harus pandai menahan diri dari marah.


"Huuuf!" Lana menghela nafasnya begitu masuk ke rumah tahanan dan tidak sembarang orang masuk.


Lana langsung melonggarkan kancing kemejanya menghirup udara bebas.


Berhasil melewati kerumunan seperti berasa perjuangan melewati jalan panjang. Sangat melelahkan menguras emosi, sesak dan panas.


"Dimana ayah, saya?" tanya Lana ke petugas.


"Tunggu sebentar Tuan!" jawab petugas.


Walau di rumah tahanan karena Lana dan Tuan Wira orang kaya. Lana diperlakukan dengan baik dan sopan. Lana dipersilahkan ke ruang khusus untuk menunggu dan mengobrol.


Setelah kurang lebih 10 menit menunggu, dari arah dalam tahanan sesosok laki- laki tinggi, beruban dan tampak sayu tampak berjalan digandeng sipir penjara mendekat ke Lana.


"Papah!" pekik Lana langsung bangun menyambut ayahnya.


Lana langsung memeluk ayahnya kencang. memberi dukungan. Tuan Wira mengenakan pakaian lusuh dan berompi.


"Hugh…hughs…hughss….,"


Seketika itu, dipundak Lana, tuan Wira menumpahkan air matanya. Tuan Wira yang selama ini tenang, berwibawa, gagah dan selalu membuat orang bersimpati tampak tak bertenaga dan lesu.


"Hancuur… semuaa sudah hancur. Hughs.. hughs… semuanya hancur Lana" rintih Tuan Wira.


Lana terdiam membeku mengusap bahu ayahnya. Selama 33 tahun dia bernafas di atas muka bumi sebagai anak Tuan Wira, ini adalah tangisan Tuan Wira pertama yang dia dengar dari ayahnya. Begitu keras membengkakan telinga. Hati Lana menjadi bergemuruh.


"Tenanglah Pah!' ucap Lana singkat.


Lana tak pandai banyak kata menenangkan ayahnya. Lalu Lana mengajak Tuan Wira duduk


Melihat ayahnya hancur cukup menekan dan memberi pelajaran ke Lana untuk tidak hanya memikirkan dirinya.


Di hadapanya kini dia melihat orang yang selama ini menjadi tameng pelindungnya, tak berdaya dan lemah. Ya, benteng Lana runtuh, itu berarti Lana sekarang harus berjuang sendiri. Sudah tidak ada tempat Lana mengandalkan, sudah tidak ada yang memegang kekuasaan dan tempat Lana bernaung.


Lana harus berdiri sendiri, Lana harus bertahan sendiri. Lana harus mencari jalan relasi sendiri dan berjuang lagi. Lana sekarang tidak bisa seenaknya dan jumawa lagi.


Tuan Wira dan Lana duduk.


"Bantu Papah!" ucap Tuan Wira menepuk tangan Lana penuh harap.


"Pasti Pah!"


"Papah nggak mau mati, bantu Papah tidak dihukum mati!" rengek Tuan Wira lagi 


"Ya, Pah. Lana akan bayar pengacara termahal untuk bantu Papah!" ucap Lana meyakinkan Papahnya.


Tuan Wira mengangguk. "Bagaimana kabar ibumu?" tanya Tuan Wira.


"Mamah baik!" jawab Lana berbohong. Lana timbul iba dan kasihan tidak ingin beritahu kabar ibunya yang sakit.


Lana juga menelan ludahnya hendak memberi kabar pernikahanya tapi melihat ayahnya dia tidak tega. Akhirnya Lana menahan diri untuk tidak dulu memberi tahu.


"Lana bawa makanan Pah. Makanlah!" ucap Lana membawakan makanan enak untuk ayahnya.


"Terima kasih. Papah kangen mamahmu. Ajak dia ke sini!" tutur Tuan Wira meminta.


"Ya!" jawab Lana singkat.


Lana pun menemani Tuan Wira makan, lalu pengacara Lana datang mereka pun menyusun skenario agar hukuman Tuan Wira di persidangan nanti diringankan bukan hukuman mati.


Setelah keperluan mereka selesai Lana kembali disibukan lagi mengurus tentang urusan harta yang berkaitan dengan pekerjaan Tuan Wira. Juga mengambil barang- barang Tuan Wira. Lana mengurus yang disita mana yang harus dibayar.


Mengurus semua keperluan Wira ternyata tidak sebentar.


Hingga tak terasa hari terus berganti, 2 minggu sudah hari Lana disibukan untuk mengurus ayahnya.


Sementara Amanda tidak peduli dan dengan puas belanja mempersiapkan pernikahanya.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 247"