Istri yang terabaikan Bab 244

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang suka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Serendah Itu?


“Ommaaa....,” 


Alarm yang Isyana setting di kamar Putri berbunyi, Putri pun terangun sendiri, membuka kelopak indahnya, lalu menyingkap selimutnya.


Putri duduk mengedarkan pandanganya ke sekeliling. Di kasur yang ukuranya sangat besarnya untuk tubuhnya yang kecil itu, dua perempuan dewasa yang mengapit dirinya semalam tidak ada. 


Putri hanya melihat Omanya yang tenang, mengenakan pakaian ibadah bersimpuh di atas gelaran sajadahnya.


Sementara Mommy cantiknya entah kemana, tak terlihat batang hidungnya, bahkan aroma tubuhnya juga tak berbekas. 


“Morning, cantiknya, Oma!” jawab Bu Dini selesai berdo’a lalu segera menyahut cucu yang cantik


Putri tampak mengucek matanya. 


“Come here, sholat yuk!” ajak Bu Dini. 


“Mommy kemana Oma?” tanya Putri. 


Bu Dini diam sejenaak, Bu Dini terbangun jam 3malam, Isyana tidak ada.


Sampai sekarang sudah pukul 5.30 Isyana juga tidak kembali. Sepertinya Isyana pindah kamar. Binar tidak di rumah saja begitu, Bu Dini menyimpulkan cerita Putri benar. 


“Mmm...may be. Mommy is cooking? Or Olahraga mungkin, kenapa? Putri sama Oma aja nggak apa- apa kan?” tanya Bu Dini. 


Putri yang pintar mengangguk.  


“Yas Omma!” Jawab Putri tersenyum


Putri bangun tidur.


“Okey... let go! Get Up!” ajak Bu Dini. 


Putri mengikuti Bu Dini dengan semangat. Putri sholat subuh, membuka tirai jendela besarnya sendiri, lalu mandi dan bersiap ke sekolah dibantu Bu Dini.


Setelah mereka turun, para ART tengah sibuk menyiapkan sarapan, juga buat makanan tambahan karena tim Miss Atik nanti siang akan segera memulai pengerjaan lantai tiga. 


Tidak ketinggalan Dina juga sudah cantik dengan pakaian putih abu- abunya. Akan tetapi sesosok yang Putri cari tidak juga keliatan batang hidungnya. Putri kemudian mendekat ke Dina. 


“Morning, Kak Dina!” 


“Morning Princess Putri cantiik, Mommy mana Sayang?” jawab Dina mendahului Putri, bertanya. 


“Huh?” pekik Putri. “Mommy?” 


“Yah!” jawab Dina mengangguk.


“Aku juga sedang mencari Mommy, baru Putri mau tanya Kak Dina!” jawab Putri. 


Dina mengangguk. "Hmmm kemana ya?"


“Kak Dina mau apa nyari, Mommy?” tanya Putri ingin tahu. 


“Mau kasih berita penting!” jawab Dina. 


“Oh... Kata Oma, kalau nggak masak, Mommy olahraga, kita cari yuk!” 


“Ayuk!” jawab Dina setuju. 


Mereka kemudian berjalan berkeliling, pertama ke dapur menanyai semua ART. 


“Nggak, Non, dari pagi Mommy Isya nggak ke dapur!” jawab ART. 


“Hmmm, oke Mbak!” jawab Putri. 


Putri menatap Dina bertanya cari kemana lagi. 


“Mungkin Mommy renang,” jawab Dina. 


“Yuk kita ke halaman belakang,” ajak Putri ke kolam renang yang di lantai satu halaman belakang. 


Mereka menuju ke sana. 


“Nobody in here,” ucap Putri lagi.


Dina mengangguk, “Iya, sepi sekali, kemana Mommy ya? Apa mungkin jogging di depan?” tanya Dina. 


“May be!” jawab Putri. 


Mereka kemudian beralih mencari Isyana di halaman rumah. Sayangnya Putri dan Dina sudah lelah mencari, tidak kunjung menemukan Isyana. Padahal Putri sampai berkeringat. 


Sarapan sudah siap dan sekarang Bu Dini yang kecarian Putri. Bu Dini kemudian mencari Putri keluar.


Putri dan Dina nampak berjalan kembali ke rumah dengan wajah lesu. 


“Hah... Cucu Omaa,” Bu Dini menghela nafas lega melihat cucunya berjalan ke arahnya. 


Putri dan Dina tampak cemberut. 


“Kalian abis dari mana? Ayo! Sarapan sudah siap. Sarapan terus kita ke sekolah!” ajak Bu Dini. 


“Putri sama Kak Dina nyari, Mommy Oma... kata Omma, Mommy masak atau olahraga? Tapi kata Mbak nggak ada Mommy masak, kita cari di halaman nggak ada Mommy olahraga!” adu Putri ke Omanya. 


Bu Dini mendengarkan dan berfikir sejenak. 


“Ehm...,” dehem Bu Dini mengangguk memahami, cerita Putri. 


Otak Bu Dini langsung jalan, ini sepertinya Isyana kesiangan, pasti semalam habis lembur telponan dengan anak nakalnya. 


“Ya... Oma cari Mommymu, kalian sarapan dulu, ya!” tutur Bu Dini. 


“Ikut!” jawab Putri merengek.


Bu Dini tersenyum, walau bukan anak kandung, seorang anak memang kecarian induknya sebelum aktifitas. Apalagi kalau induknya pergi tanpa pamit dulu. Tapi kali ini, Bu Dini tidak mau mempermalukan Isyana. 


“Putri sama Kak Dina aja ya! Kalian kan mau sekolah. Nanti telat lho!” jawab Bu Dini. 


Putri yang pintar pun mengangguk, walau mukanya lesu. 


Jika Isyana bangun pagi, Isyana masak khusus Putri. Isyana juga menyiapkan bekal sarapan Putri dengan tempat makan yang cantik. Makananya dibentuk- bentuk karakter hewan, juga terkadang buat sushi.


Mandi dengan Isyana juga sambil bernyanyi, dan Isyana pandai menghias rambut Putri.


Tanpa Isyana tidak seperti itu. Bu Dini memang lembut dan tenang tapi tak sekreatif Isyana.


Sekarang saja, Putri hanya dikasih pita di depan. Apalagi ART mereka tidak tahu keinginan Putri. Mereka hanya memasak, kalau buat bekal tanpa dihias.


Putri udah mandi


Kebetulan ART Binar yang muda hanya Mbak Nik, itu juga dari desa dan lulusan sekolahnya tidak tinggi. 


Dulu yang mencari art Bu Dini dan Bu Tiara, dengan pertimbangan, Tiara sakit, agar menghindari hal yang tidak diinginkan dicarikan ART berumur dan tidak mencolok secara fisik. Mereka takut Binar tergelincir kalau di rumah ada perempuan muda dan cantik. Terbukti dengan Isyana sekarang.


“Udah yuk, sarapan!” ajak Dina ke Putri. Dina yang lebih tua mulai, bijak mengambil keputusan.


Putri ikut Dina.


“Hmmm... Mommy kemana sih? Padahal kan Putri mau tanya,” 


“Iyah, Kakak juga mau cerita! Nanti aja deh siang!” jawab Dina.


Keduanya sama- sama butuh Isyana dan sekarang kesal. 


Bu Dini langsung tertuju ke kamar bekas Putri. Untung saja kamarnya tidak Isyana kunci. 


Bu Dini langsung menghela nafasnya begitu membuka pintu.


Benar saja, di kasur Putri yang berukuran lebih kecil dari kamar Tiara. Isyana nampak terlelap di bawah selimut dengan ponsel tergeletak acak di tangan. 


Hal yang membuat Bu Dini menelan ludahnya dan menggelengkan kepala, pakaian Isyana tergeletak acak di bawah.


Untuk mengantisipasi dan mengusir hal buruk terhadap Isyana. Bu Dini menoleh ke sekeliling, jendela semua tertutup rapat di balkon juga tidak ada tali atau tambang menggantung. Fiks, aman, tidak ada perselingkuhan. Ini semua pasti kelakuan Binar. 


“Bagaimana aku membangunkanya? Kasian sekali kamu, Nak. Kamu harus membagi waktumu dan cintamu ke banyak orang dengan banyak tugas!” gumam Bu Dini mencoba memahami Isyana. 


Bu Dini yang penyabar dan tahu. perempuan manis di depanya ini baru saja membahagiakan Putranya. Tanpa mengurangi derajat kehormatannya,  dan sebelum isyana membuka matanya penuh. Dia berjongkok memunguti pakaian Isyana dan menyembunyikan di bawah selimut, agar Isyana tidak malu. 


Sebelum membangunkan Isyana, Bu Dini lebih dulu membuka tirai kamar. Pancaran sinar sang surya langsung masuk menyapa kulit Isyana yang sekarang terawat dan bersih. Bu Dini membangunkan Isyana tanpa menyentuh atau kasar.


“Emm...,” Isyana pun silau dan terbangun. 


“Sudah bangun, Nak?” sapa Bu Dini. 


“Mamah?” pekik Isyana langsung gelagapan kaget, Isyana merasa sangat tidak sopan, dirinya sampai dibangunkan mertua.


“Anak- anak, sudah siap berangkat sekolah, mereka mencarimu!” tutur Bu Dini lembut.


“Hoh!” pekik Isyana mukanya mendadak panik. Dia melihat jam sudah jam 06.15.


"Maaf Mah!" jawab Isyana cepat.  


“Ya Tuhan, apa- apaan ini? Aku belum mandi wajib? Aku belum pumping? Aku harus ke rumah sakit, jam 9 ada kuliah, bagaimana bekal Putri?” di kepala Isyana pun langsung beterbangan tugas yang harus dia lakukan. 


Reflek Isyana ingin segera melepas selimut dan turun. 


“Ehm...,” dehem Bu Dini memalingkan muka. 

Isyana pun menarik selimutnya malu. Ternyata dirinya tak berpakaian. Isyana langsung tersipu menunduk dan menahan diri tetap duduk lagi.


“Telponan sampai jam berapa sih?” tanya Bu Dini terus terang. 


Muka Isyana langsung memerah seperti kepiting rebus. Sekarang semua kartunya dipegang Bu Dini.


“Mas Binar semalam pulang malam abis ketemu klien katanya, jadi telpon Isyana sampai jam 3 pagi!” jawab Isyana menunduk malu dan lirih. 


Bu Dini mengangguk, mencoba memahami. Dulu Tuan Priangga juga aktif. Bagi Bu Dini tidak apa- apa suaminya bertindak seudelnya dan sedikit gila dengan fantasinya. Yang penting Tuan Priangga tidak asal buka aplikasi sembarangan dan Tuan Priangga atau Binar gila dengan istrinya sendiri, bukan orang lain. 


“Nggak apa- apa, sekarang bangun, lain kali kasih tahu ke suamimu, ya! Kalau mau telponan, diatur waktunya. Ingat kamu punya dua anak dan jadwal kuliah. Harus pandai mengatur waktu! Jangan sampai ada yang dikorbankan!” tutur Bu Dini menasehati. 


“Ehm... iya Mah!” jawab Isyana. 


“Ya sudah, cepat pakai pakaianmu, dan cuci mukamu! Jangan mandi dulu! Nggak apa- apa, yang penting temani Putri sarapan, sebelum dia berangkat. Biar yang antar sekolah nanti Mamah!” tutur Bu Dini pengertian ingin meringankan tugas Isyana. 


“Iya, Mah!” jawab Isyana. 


Bu Dini tersenyum dan segera pergi. 


“Huuuft!” Isyana langsung menghela nafas dan menangkupkan kedua tangan, mengusap wajahnya kasar. Tidak terbilang malunya Isyana.


“Mas Binaar!” geram Isyana kembali ke ingatan semalam. 


Binar dan Isyana beradu mulut masalah kecepatan balas chat dan angkat telepon, berlanjut membuat perjanjian, berlanjut bahas lantai tiga, sampai ke skincare dan merembet ke masalah sudah sholat atau belum. Mereka bertengkar lama layaknya abg LDR.


Isyana yang kesal ingin membohongi Binar kalau belum bersih. Binar yang salah persepsi dengan Bu Dini ngotot yakin sudah. Sampai Binar menuntut melihat bukti dan memaksa Isyaan memperlihatkanya. 


Endingnya Isyana kalah, mengikuti mau Binar menunjukanya. Tentu saja hal itu berujung, Isyana harus menyenangkan Binar walau hanya dengan suara dan via telepon.


Sedikit memalukan dan tidak wajar, tapi demi menjaga agar ular Binar tidak belok kemana- mana dan salah masuk lubang, Isyana mengikuti suaminya. Walaupun Isyana harus mengambil konsekuensi, kesiangan. 


Isyana langsung bangun, mengenakan pakaianya, mencuci muka dan menyusul ke meja makan. Benar saja, anggota keluarga yang lain semuanya sudah dihadapkan menu sarapan di pirinynya.


“Mommy!” teriak Putri senang menjeda menyantap menu sarapanya.


Isyana tersenyum dan mendekat.


"Morning Anak Mommy!"


“Mommy darimana? Kak Dina dan Putri nyariin Putri lho!” celetuk Putri langsung protes. 


“I am Sory ya Nak, semalam Daddymu telpon, Mommy tidak mau ganggu tidur Putri dan Omma. Jadi, Mommy pindah kamar, Mommy kesiangan!” jawab Isyana berlatih jujur ke Putri. 


“Oooh, kenapa Daddy teleponnya malam sih? Ganggu orang tidur aja!” celetuk Putri polos menggerutu Daddynya.


“Ehm,....,” Isyana pun berdehem sedikit menunduk, melirik ke Bu Dini.


“Ya sudah, yuk di habiskan sarapannya, Mbak udah buatkan bekal belum buat Putri?” tanya Isyana.


“Belum!” jawab Putri menggeleng. 


“Oke... Habiskan sarapanmu. Mommy siapin dulu ya!” 


“Mommy nggak breakfast?” tanya Putri, 


“Mommy berangkat siangan, nanti Mommy sarapan bisa nyusul. Putri dianter Oma ya!” jawab Isyana lagi. 


Isyana melirik jam sudah jam setengah tujuh dan makanan di piring Putri juga sudah mau habis. 


“Oke! Tapi Putri mau tanya dulu!” celetuk Putri lagi. 


“Ya.. tanya apa?” 


“Hari ini, Putri mau ada kelas mewarnai dan menggambar. Katanya suruh panorama, Putri mau gambar Putri nanti, buat Mommy dan Daddy. Mommy suka, gunung atau pantai?” celetuk Putri. 


Isyana langsung tercengang dan terharu, begitu juga Bu Dini dan Dina, sedari pagi Putri mencarinya hanya untuk tanya itu.


Isyana kemudian tersenyum dan mengelus puncak kepala Putri, matanya berkaca- kaca.


“Asal Putri yang menggambar, Mommy suka. Semua panorama ciptaan Tuhan, Mommy suka. Gambarnya, Pilih yang sesuai hati Putri dan Putri yakin bisa maksimal gambarnya ya! Nanti Mommy buatkan bingkai dan dipasang di kamar baru Daddy dan Mommy. Okey” jawab Isyana. 


“Oke,, Mom!” jawab Putri senangnya bukan main.


“Ya udah, takut telat, Mommy siapkan bekal ya!” 


“Kak Dina katanya juga mau cerita lho!” ucap Putri lagi sok dewasa hendak menyampaikan unek- unek Dina. 


"Oh ya?"


Jika ada Bu Dini atau Binar, Dina yang sudah diancam Nenek, untuk berubah, memang sangat menjaga sikap dan ucapan ke Isyana. Dina mendadak sangat kalem dan pendiam jika ada Bu Dini dan Binar. Berbeda sekali saat di rumah nenek.


Isyana menoleh ke Dina. 


“Ada apa Din?” tanya Isyana. 


Dina tampak ragu dan sedikit menatap ke Bu Dini. Dina sangat takut salah kata dan membuat Bu Dini marah. 


“Ada apa Kak Dina?” tanya Bu Dini sensitif Dina sungkan terhadapnya. Tapi Bu Dini ikut penasaran. 


“Ehm... em... nggak begitu penting sih, lain kali aja,” jawab Dina ragu mau menyampaikan. 


"Nggak. Tadi Kak Dina bilang ke Putri penting!" celetuk Putri lagi jujur dan polos.


Dina jadi terjebak sendiri. Sebenarnya kalau Putri tidak nyeplos, Dina hendak mengatakan unek- unek ke Isyana lewat telepon atau whastap, tapi karena sudah kepalang tanggung, sepertinya Dina harus cerita. 


“Nggak apa- apa, sampaikan aja!” jawab Bu Dini lagi. 


Dina tampak celingukan dan menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. Sesekali menoleh dan menelan ludahnya. 


“Katakan Dina! Ada apa? Jangan takut! Ada tagihan sekolah? Ada acara sekolah yang harus kakak datangi? Atau apa? Katakan sama kakak!” tanya Isyana menebak. Isyana kan wali Dina. “Apa Nenek sakit? atau kamu mau pulang ke rumah Nenek?” Isyana jadi berfikir kemana- mana. 


“Bukan!” jawab Dina cepat sambil menggerakan tanganya. “Bukan itu semua!” 


“Terus apa?” tanya Isyana. 


“Ini tentang Papanya Bian!” celetuk Dina cepat.


“Hooh?” pekik Isyana dan Bu Dini. 


Sementara Putri yang mendengar ikut berfikir. 


“Papanya Bian, kan Daddy Binar. Daddy kenapa? Daddy kan sedang kerja!” celetuk Putri lagi penuh ingin tahu.


“Daddy Bian yang satunya Cantik. Om tinggi yang waktu itu ke rumah Nenek,” jawab Dina memberitahu Putri. 


Putri yang belum begitu paham hanya diam. 


Bu Dini dan Isyana yang paham maksud Dina adalah Lana kemudian ambil sikap. 


“Sudah siang, nanti terlambat, bukan hal yang membayakan kan? Nanti lagi ya! Nggak begitu penting juga kan?” ucap Bu Dini menengahi. 


"Iya. Nyonya!" jawab Dina.


Dina langsung mendadak pucat, sepertinya membuat kesalahan lagi.


Sementara Isyana hanya tersenyum, hatinya ikut penasaran, tapi yang paling penting buat bekal Putri dulu. 


Isyana pun ke belakang.


Platting buru- buru.


Dina yang aktif update berita gosip, melihat tayangan Lana dan Amanda digrebek. Jadi Dina mau lapor ke Isyana. Bagi Dina, itu hot news yang sangat menggemparkan. Kalau di rumah Nenek, Dina sudah histeris membangunkan Isyana dengan kasar.


Sayangnya Isyana yang sekarang, berbeda dengan di rumah nenek. Isyana tidak sendiri, ada banyak tanggung jawab, juga ada beberapa norma kesopanan yang harus dijaga. Harus sopan kalem dan anggun.


Tapi Bu Dini, walau terlihat galak sebenarnya ikut penasaran. Saat Putri berjalan menunggu Isyana, Bu Dini mendekati Dina dan bertanya. 


“Dina!” panggil Bu Dini. 


Dina langsung gemetaran takut akan dimarahi. 


“I-iya, Nyonya!” 


“Ada apa dengan Lana? Apa dia mengganggumu? Apa dia mengancammu? Atau mengancam nenek?” tanya Bu Dini khawatir. 


Dina langsung menggeleng. 


“Lalu?” 


Saking takutnya, Dina tidak bisa menjawab. Dina langsung menunjukan video yang sudah dia download.


Dina pintar, seperti kasus yang sebelumnya, begitu pelaku tahu aibnya viral, video amatir oknum anak- anak nakal itu pasti akan ditakedown, jadi yang penting save dulu. 


“Ini, Nyonya!” ucap Dina. 


Bu Dini langsung memeriksa dan melihat sembari menunggu Isyana. 


“Astaghfirulloh, Amanda...., hoooh! Serendah itukah mereka?” pekik Bu Dini syok dan tidak menyangka. 


“Ada apa Mah?” Isyana yang selesai menyusun bekal sudah ada di belakang Amanda. 


Sebenarnya ART sudah menyiapkan makananya, hanya saja mereka tidak berani platting takut Putri tidak suka.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 244"