Istri yang terabaikan Bab 240

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang suka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Miss Atik


Bu Mutia bernafas lega, apapun yang terjadi walau keluarganya diambang kehancuran, hidupnya akan aman saat Lana menjadi menantu orang kaya. Sementara Amanda masih belum sadar betul atas apa yang terjadi. 


Walau sudah menikah Amanda dan lana dipisahkan. Tuan Lukman membawa Amanda beserta pelayan ke rumah besarnya di kota. Sementara Lana, diberhentikan di rumah sakit, bersama Bu Mutia. 


“Ehm...,” dehem Tuan Lukman merasa canggung hendak berbicara dengan Bu Mutia. 


Saat ini, di lorong rumah sakit suasana sepi dan lebih kondusif, tidak seperti tadi di balai desa. Jadi ingatan masalalu mereka jelas datang tergambar dan membuat suasana canggung. Mereka berdua berdiri berdampingan berdua.


“Kita lama tidak bertemu, maafkan kalau kita harus bertemu di keadaan yang seperti ini!” tutur Tuan Lukman. 


Masih dengan kecantikan yang tidak memudar, Bu Mutia tersenyum mengangguk.


Ya Bu Mutia memang anggun dan cantik, tutur kata dan setiap gerakan tubuhnya sangat lembut dan santun. Pada masanya dan bagi orang lain yang belum tahu sisi buruknya, Bu Mutia adalah sosok perempuan ideal yang dijadikan panutan juga idaman. Sayangnya, Bu Mutia menikah dengan orang yang salah. 


Bu Mutia berusaha membuka mulutnya berbicara dan menggerakan tanganya. 


“I-i a_an U_han, O-po!” tutur Bu Mutia. “U-an e-en-ak i-a! I_ta a-us e-a-u-i-a, e-an a-ik!” 


Tuan Lukman yang berusaha memperhatikan gerak bibir Bu Mutia berusaha memahami, kalau Bu Mutia teman remajanya yang cantik ini, mengatakan, bahwa ini semua jalan, Tuhan. Semua di luar kehendak mereka dan mereka harus menerima dan melaluinya dengan baik. 


“Kamu bilang, suamimu ada masalah, masalah apa? Bagaimana kabarnya?” tanya Tuan Lukman Sutopo lagi. Tuan Lukman jarang di rumah jadi tidak mengikuti berita di negaranya.


Bu Mutia kemudian mengambil ponselnya dan menunjukan berita penangkapan suaminya. Tuan Lukman melihatnya dan tersenyum simpul.


Bagi Tuan Lukman sendiri dia juga tidak heran dengan hal seperti itu, sebab Tuan Lukman sendiri juga punya bisnis judi. Bahkan di luar negeri mempunyai kasino.


Hanya saja, Tuan Lukman tidak menyakiti orang lain yang tidak mengganggunya. Siapapun dan bagaimanapun orang yang dia hadapi. Asal orang itu tidak menyakitinya, Tuan Lukman tidak akan menyentuhnya.


Dia juga bersahabat dekat dan berhubungan baik dengan Tuan Priangga. Walau kebiasaan hidup dan pribadi mereka bertolak belakang, tapi bagi Tuan Lukman haram bermain curang dan menyakiti orang baik. 


Tuan Lukman kejam terhadap orang yang menyakitinya dan menjadi musuhnya dalam berbisnis.


Tuan Lukman juga tidak beristri setelah  berpisah dengan ibu Amanda. Dia juga gemar mengencani perempuan muda. Mungkin Amanda terkena karma dari ayahnya, mendapat suami bekas orang seperti Lana karena ayahnya juga suka menjelajahi perempuan.


“I-i, u_ah, Pi_ang_a. Ua-i-u, di-e-ak!” tutur Bu Mutia berusaha menghasut besan dan mantan kekasihnya itu, mengatakan kalau suaminya dijebak Tuan Priangga.


Bu Mutia ingin ada yang membantunya membalaskan dendam terhadap Tuan Priangga. 


Sayangnya Tuan Lukman tak seperti yang Bu Mutia kira.


Tuan Lukman yang sudah berpengalaman dalam bisnis gelap hanya tersenyum. Dia kenal sosok Tuan Priangga seperti apa.


Dia memang sempat menerima permintaan ijin dari Amanda tempo hari untuk memutus kerjasama dengan Suntech, tapi Tuan Lukman mengira itu karena Amanda patah hati dan berselisih dengan Binar. 


Mengenai perselisihan Tuan Wira dan Tuan Priangga dia tidak suka ikut campur. Tuan Lukman hanya berfikir sesuatu yang bisa mendatangkan uang baginya.


Dalam hal hancur menghancurkan, atau bu-nuh membu-nuh bagi Tuan Lukman juga biasa. Entah bagaimana ceritanya, itu berarti yang tertangkap kalah dan bodoh. Tuan Lukman tidak peduli.


“Iam sorry, aku tidak berkepentingan tentang hal ini. Aku harus pergi. Perjanjian pernikahan, akan segera aku berikan ke kalian!” jawab Tuan Lukman malah menjawab hasutan Bu Mutia dengan sikap mengejek. 


Hal itu cukup membuat Bu Mutia tersentak dan sakit. Harapan mendapat sekutu pupus. Lukman berbeda dengan Amanda. Juga, sepertinya, Lukman sudah berubah dan tidak bucin lagi ke Bu Mutia. Tapi sifat kejamnya masih sama, dia tidak peduli keadaan Lana walau sudah jadi menantunya. Tuan Lukman malah hendak memberi surat perjanjian pernikahan. 


Entah tuntutan apa yang hendak Tuan Lukman berikan ke Lana. Bu Mutia hanya berharap bukan hal yang memberatkan.


Bu Mutia yang tadinya tenang jadi gelisah lagi.


“Aku harus bujuk Amanda untuk tetap bersedia melanjutkan pernikahan ini. Aku juga harus beritahu Lana! Amanda hartaku sekarang?” batin Bu Mutia.


**** 


Di luar negeri. 


Arya dan Dion, mengomel sepanjang jalan mengatai Binar. Betapa tidak dia baru saja membayar pesananya, pesananya belum jadi disajikan Binar sudah memberi titah harus merapat. 


“Bang Binar kenapa sih? Sirik banget sama adeknya, nggak rela apa kita senang- senang dan rileks otak sebentar?” gerutu Dion. 


“Iyah. Dia kan udah nikah dua kali, beri kek kesempatan kita nyari pacar, kerja terus begini!” jawab Arya. 


“Kalau jadi kita nemuin Mr Albern, alamat deh, kita tidak tidur semalaman. Dia pasti ngajakin kita main bilyard!” 


Ya, salah satu pengusaha yang hendak mereka temui, jika mau membuat kesepakatan bukan di hotel atau tempat makan aapalagi kantor. Tapi berdiskusi santai sambil bermain bilyard. 


“Ah kenapa nggak daritadi ya!” omel mereka lagi. 


Tapi mereka tetap melajukan mobilnya kencang merapat ke Binar.


Di hotel mereka menginap, mereka briefing sebentar menyiapkan bahan presentasi tentang perusahaan mereka. Setelah yakin mereka berangkat. Kali ini Bintang tidak ikut karena pasti akan sampai malam. 


Binar yang semangat cepat pulang dan sudah menghadirkan fokusnya untuk bekerja, mulai bisa meletakan ponselnya ke saku. 


**** 


Di Kota B.


“Alhamdulillah, jadi sekarang anak Mommy udah tahu ya, rukun iman?” tanya Isyana setelah mendengar laporan Putri kalau PR- bertanya pada ustadzahnya terjawab. 


“Yeah, Mom!” 


Isyana hanya tinggal mendengarkan ikut belajar lagi lalu berdisukusi. Putri juga menunjukan progres mengaji iqronya, dan mengulang di depan Isyana. 


"Semoga anak Mommy bisa. mengamalkanya, dan rukun iman itu terpatri di dada Putri. Seteerusnya, jadi putri yang solikhah ya!"


"Insya Alloh, Mommy!"


Setelah selesai merefresh pelajaran mengaji, Isyana mengajak Putri untuk sholat bersama Bu Dini.


Tidak sesuai perkiraan Binar, yang Bu Dini maksud untuk sholat itu, dirinya dan Putri. Walau sudah bukan darah merah, tapi masih keluar berak kuning dan belum sepenuhnya bersih jadi Isyana belum sholat. 


Di saat yang lain sholat Isyana masuk ke kamarnya dan memeriksa ponselnya. 


“Astagah, Mas Binar. Nggak sabaran banget!” gumam Isyana melihat pesan Binar banyak sekali dan isinya semuanya tidak penting. 


Hanya ungkapan kata kangen dan Binar dengan narsis mengirimkan foto selfinya, dia singgah dimana saja. 


Isyana hanya menghela nafasnya. Baginya kangen sih kangen, tapi kenapa sangat tidak penting mengirim pesan sampai puluhan isinya cuma kata kangen dan cinta.


Isyana pun menelponya, ingin bercerita tentang Bu Dini dan tentang kesepakatan KB. Sayangnya waktu di tempat Isyana dan Binar berbeda. Kali ini, gantian telpon Isyana yang tidak diangkat. 


Saat Isyana menelpon lagi, belum diangkat Putri sudah datang mencarinya mengajak Isyana makan malam. Isyana kembali meletakan ponselnya dan hanya memballas pesan Binar dengan ungkapan cinta sebagai balasan atas ungkapan Binar.


Isyana turun ke meja makan. Bu Dini, dan Dina ternyata sudah menunggu.


“Ini Mommy yang masak?” tanya Putri. 


“Yah...!” jawab Isyana. 


“Kapan buat pizza lagi, Mommy? Putri ingin Pizza!” ucap Putri lagi protes.


Walau isinya enak, dan toppingnya sama, tapi Putri lebih suka makan berbentuk pizza  atau sushi, dari pada terbentuk tumis dan nasi dalam piring. 

Isyana tersenyum.


“Maaf Mommy masih sibuk, Nak. Belum belanja lagi bahanya. Besok ya kalau Mommy libur kuliah!” jawab Isyana.


“Hmmm... kapan libur kuliahnya?” tanya Putri lagi. 


“Tiga hari lagi!” jawab Isyana. 


“Yah,!” keluh Putri kesal. 


Bu Dini yang sedari tadi menyimak pun angkat bicara memberitahu. 


“Sayang... Mommy kamu kan sibuk, harus kuliah dan juga urus adik Bian. Mommy kamu kan butuh banyak gizi agar ASI untuk adik Bian banyak keluarnya, jadi makanya harus banyak. Putri kan cucu Oma yang pintar, harus bersyukur, sabar dan mengerti. Makan seadanya, ini juga enak kok. Ini juga masakan Mommy. Mommymu udah capek lho masaknya. Dimakan ya? Hemm?” tegur Bu Dini panjang..


Sepanjang Bu Dini berkata Putri langsung terdiam mendengarkan. Dan sekarang Putri mengangguk patuh. Putri memang takut kalau ke Bu Dini bertindak.


"Ya Oma. I am Sorry Mommy!" tutur Putri.


Isyana tersenyum dan mengusap kepala Putri acak. Menjadi ibu dari anak yang aktif, juga mengurus anaknya yang masih sakit sekaligus mempunyai tugas kuliah. Isyana memang harus sabar, kreatif dan pandai membagi waktu.


Untung Putri mudah dikendalikan dan diberi pengertian.


Mereka kemudian makan bersama, setelah makan, Dina dan Putri belajar bersama untuk sekolah mereka.


Isyana sendiri memerah Asi kemudian mengambil laptop untuk mengerjakan tugas kuliahnya. 


Di sela itu, Bu Dini pun mendekati Isyana. 


“Boleh Mamah temani?” tanya Bu Dini lembut. 


“Ya, Mah, tapi Isyana sambil ngetik ya Mah!” jawab Isyana.


Isyana memang duduk di atas karpet menghadap meja lapatop sambi mengerjakan tugas. 


“Iyah, Mamah ganggu ya?” 


“Nggak, Mah. Ada apa?” jawab Isyana.


“Kuliahnya lancar, Nak?” tanya Bu Dini. 


“Alhamdulillah, Mah!” jawab Isyana. 


“Tadi Binar telepon!” ucap Bu Dini mulai bercerita.


“Oh ya Mah? Apa katanya?” tanya Isyana. 


“Dia telpon kamu nggak diangkat” tutur Bu Dini. 


“Oh itu? He...,” 


Isyana tersenyum malu, dalam hati merutuki suaminya. Padahal isinya tidak ada yang penting, hanya bilang kangen saja, masa sampai telepon ibunya. .


Isyana yang sudah sibuk dengan Putri, lupa dengan dirinya yang bucin juga sebelumnya. Sekarang Isyana jadi menyadari kalau mereka berdua menggelikan dan berlebihan. Padahal kan pisah belum genap satu hari. Walau penganten baru mereka kan orang tua dari dua anak. Seharusnya bersikap dewasa.


“Dia menunggumu! Coba telpon dia!” tutur Bu Dini lagi. 


“Ehm... udah Isyana balas dan baca kok!” jawab Isyana. 


“Oh ya sudah. Takutnya dia menunggu, mengira Mamah nggak sampaikan!” jawab Bu Dini lagi. 


Isyana semakin malu, kenapa dalam hal bucin begini Binar melibatkan ibunya. 


“Iya Mah!” jawab Isyana. 


“Mamah minta maaf ya, barang- barang Tiara belum dipindahkan!” tutur Bu Dini lagi menyinggung masalah kamar dan barang Tiara.


“Kenapa minta maaf Mah?” 


“Mamah tahu pasti kamu tidak nyaman, seharusnya Mamah kasih tahu Binar untuk simpan semuanya,” sambung Bu Dini mendengar cerita Binar.


Isyana kemudian tersenyum dan meninggalkan laptopnya  menatap Bu Dini.


“Isyana tidak apa- apa Mah, sungguh! Biarkan semuanya seperti sebelumnya!” jawab Isyana. 


“Kenapa begitu? Kalau boleh, Mamah bantu bereskan barang- barang Tiara ya!” tanya Bu Dini menawarkan bantuan.


“Jangan Mah!” 


“Kamu yakin?” 


“Yakin. Isyana Sayang sama Kak Ara. Kak Ara orang yang sangat baik. Isyana tidak akan seperti ini tanpanya. Isyana di sini tidak ingin menggantikan posisi Kak Ara Mah, Isyana ingin kita saling melengkapi dan Kak Ara tetap ada di hati kita! Hanya saja,” tutur Isyana berhenti menunduk.


Isyana malu kalau mau bilang ke Bu Dini, tidak nyamanya Isyana hanya jika membayangkan bagaimana Binar menc*mbu Tiara. Isyana juga malu jika Binar menggarapnya tapi ada foto Tiara seperti sedang memperhatikanya. 


Selain hal yang berbau dengan pergu-mulan panas Binar dan Isyana, Isyana nyaman dengan semua barang Tiara. 


Bu Dini yang memahami perasaan Isyana tersenyum menghargai keputusan Isyana. Bu Dini juga mengagumi kebesaran hati Isyana, kemudian tidak ingin membahasnya lagi. 


"Baiklah kalau itu keputusanmu. Tadi Binar juga bahas masalah lantai 3. Kapan mau dimulai pengerjaan lantai 3nya, pumpung Mamah di sini. Mamah bisa bantu awasi. Binar tadi bilang, secepatnya lebih baik!” tutur Bu Dini mengalihkan pembicaraan. 


“Oh.. kata Mas Binar begitu Mah?” tanya Isyana bingung.


“Iya.. sebentar lagi, Bian pulang kan? Kita juga harus belanja segala barang- barangnya. Dia anak laki- laki berbeda dengan Putri. Benar memang kalian butuh memikirkan kamar tambahan"


"Walau menempatinya masih beberapa tahun lagi, tapi kita butuh segera mempersiapkan semuanya. Anak juga perlu dididik mandiri dan dibiasakan punya kamar sendiri. Kalian butuh privasi juga kan?” tanya Bu Dini berfikir panjang. 


Isyana mengangguk. 


“Kata Binar, Binar serahkan pilihan desainya sama kamu!”  tutur Bu Dini lagi. “Mamah panggilkan arsiteknya sekarang ya!” ucap Bu Dini lagi. 


“Sekarang Mah?” tanya Isyana kaget. Isyana kan tidak punya bayangan apapun tentang desain rumah. Isyana gelagapan jika Isyana harus menentukan.


Bu Dini mengangguk. 


“Rumah dia deket kok, Nak! Sekitar, sini. Kamu siang kuliah kan? Besok juga ke rumah sakit kan? Sekarang aja ya?” tanya Bu Dini lagi. 


“Tapi Isyana masih kerjain tugas dan belum ada bayangan Mah!” jawab Isyana.


"Masih lama nggak kerjain tugasnya?"


"30 menitan lagi!"


“Ya sudah, selesaikan tugasmu, mamah telpon Miss Atik. Biasanya Miss Atik sudah punya contoh desainya. Nanti kamu bisa pilih semua desainya, lalu menambahkan atau mengurangi, intinya diskusi denganya. Mau rumah seperti apa yang kamu ingin!” tutur Bu Dini ramah ingin memuliakan Isyana.


“Iya Mah!” jawab Isyana mengangguk saja.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 240"