Istri yang terabaikan Bab 239

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang suka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Mantan


Di balkon villa lantai dua, seorang perempuan paruh baya, berdiri bersedekap memeluk dirinya sendiri  melawan dingin yang mencekam. 


Di tengah pemukiman dataran tinggi yang sepi itu, Bu Wira yang masih sakit tenggorokanya menatap keluar jendela.


Sorot matanya penuh cemas dan harap. Di tempat itu, dia sendirian, bersembunyi dari keramaian, memantau kabar suaminya lewat pengacaranya. 


Ya, walau tak dapat berbicara Bu Mutia masih punya banyak tabungan kekayaan. Harta saham di Suntech juga masih bernilai trilyunan. Meski mungkin nanti harta itu akan habis. Sebagian disita, karena sebagian hasil korupsi, dan belum lagi untuk membayar pengacara yang berjuang meringankan beban hukuman Tuan Wira. 


Lewat ponselnya, Bu Mutia tetap berupaya, agar Tuan Wira tidak dihukum mati. Dia meminta Lana menemui ayahnya di hotel prodeonya, juga kuasa hukumnya.


Lana bersedia menjenguk ayahnya sekaligus pamit menemui anaknya di rumah sakit. Bu Mutia pun memberikan banyak pesan agar anaknya tidak membuat masalah, menghindari wartawan dan cepat pulang.


Sayangnya langit yang warnanya biru sudah berubah menjadi gelap. Lana putranya tak kunjung memberi kabar. Baik kabar tentang cucunya atau kabar tentang Tuan Wira. 


Padahal tim kuasa hukum Bu Mutia sudah banyak menyampaikan informasi tambahan, dan memberitahu Lana sudah pulang sejak siang. 


“Kemana Lana dan Amanda? Situasinya sedang ssngat buruk. Aku harap mereka tidak membuat masalah lagi? Tapi kenapa hatiku gelisah begini?” batin Bu Mutia. 


Sejauh Bu Mutia memandang hanya pepohonan yang gelap dan kerlip lampu rumah. Deru mobil Lana dan lampunya yang terang tak kunjung datang.


Bu Mutia kemudian masuk ke dalam, menutup jendela kayunya, juga pintu mengkilap bergaya klasik itu.


Jarum jam yang berputar di dinding sudah menunjukan pukul delapen malam. Waktunya Bu Mutia makan malam. 


Penjaga Villa yang disediakan Amanda, rupanya sudah menyiapkan makan malam ada nila goreng juga tumis jagung muda dan paprika. 


“Silahkan Makan, nyonya!” tutur Pelayan ke Bu Mutia. 


Bu Mutia yang belum bisa bicara dengan benar mengangguk. Dia diam menatap meja makan. 


“Te..a i, a_u!” pinta Bu Mutia ke pelayan menemaninya makan. 


Pelayan awalnya bingung, Bu Mutia kemudian mengambil balpoint yang ada di atas nakas, meminta pelayan menemaninya makan dengan jelas.


“Ya Nyonya!” 


Di malam yang sepi itu walau majikan san pelayan, mereka berdua makan bersama. Penampilan luar Bu Mutia memang sangat halus dan ramah ke siapapun.


Di sela- sela makan, Bu Mutia kemudian bertanya pada pelayan tentang Amanda. Mulai dari kenal sejak kapan dan bagaimana Amanda. 


“Orang tua Non Amanda sering ke luar negeri, Nyonya. Mereka datang ke vila ini jika ada liburan,”  tutur Pelayan bercerita.


Bu Mutia memberikan pertanyaan via kertas lagi. Apa pekerjaan orang tua Amanda. 


“Orang tua Non Amanda kan punya pabrik besi dan baja Nyonya! Mereka jarang pulang. Non Amanda ya seringnya bersama saya!” jawab Pelayan lagi. 


“Uhuk...,” mendengar Amanda anak pengusaha pabrik besar, Bu Wira langsung tersedak. Ternyata Amanda lebih kaya dari yang Bu Wira kira. Amanda memang setara dengan Binar. 


“Kenapa Nyonya?” tanya pelayan cemas, lalu Bu Wira menunjuk air. 


Pelayan pun memberikan minum untuk Bu Mutia. Bu Mutia menenggaknya. Setelah reda, Bu Mutia menulis lagi pertanyaan tentang pacar Amanda. 


“Saya kurang tahu. Hanya saja, saya menemukan buku diari dan banyak foto laki- laki di kamar Non Amanda, kalau nggak salah namanya Binar Aksa! Sepertinya sejak dulu sampai sekarang Non Amanda hanya jatuh hati ke lelaki itu. Tapi sepertinya cinta Non Amanda tidak terbalas. Saya sering lihat Bu Amanda menangis, itu sebabnya sampai sekarang belum menikah?” tutur Pelayan lagi bercerita.


Bu Wira pun mengangguk tersenyum. Di saat yang bersamaan, ponsel Bu Mutia berbunyi, dia kemudian meminta tolong pelayan angkat. Bu Mutia kan sulit komunikasi via suara. 


Pelayan pun mengangkat teleponya. Bu Mutia menunggu pelayan dengan tenang. Sayangnya ekspresi Pelayan menimbulkan banyak tanda tanya.


"I_apa?" tanya Bu Wira.


“Nyonya, ini apanggilan dari aparat desa di desa sebelah!” tutur Pelayan lirih.


Ya, Lana dan Amanda memang dalam perjalanan pulang ke Villa. Desa tempat mereka berbuat salah dan Villa sebenarnya sudah dekat.


“E_a, e-elah?” tanya Bu Mutia tergagap, Bu Mutia kan orang asing. Bagaimana bisa aparar desa sebelah punya nomernya dan menelponya.


Pelayan pun menyeringai malu dan merasa ada yang aneh dengan penyampaian orang yang menelpon. Aparat hanya bilang, Lana dan Amanda melakukan kesalahan besar dan meminta Bu Mutia datang.


“Katanya, Nyonya harus ke sana. Terjadi sesuatu dengan Non Amanda dan Tuan Lana!” tutur Pelayan lagi. 


“A-pa a_mu au em_a'nya?” tanya Bu Mutia. 


Pelayan mengangguk, Pelayan tahu dimana letak desa itu.


"Dekat sini Nyonya. Sekitar berjarak 2 kilometer!" tutur Pelayan.


"A_al, a_u!" Bu Mutia pun meminta pelayan mengantarnya.


"Tapi tidak ada motor Nyonya. Saya tidak bisa naik motor. Tidak ada angkutan juga!" jawab Pelayan ragu.


Bu Mutia tersenyum dan menggerakan tanganya.


"I_ak a_a a_a!" jawab Bu Mutia bersedia jalan kaki. Yang penting diantar.


"Ya. Nyonya. Mari ikut saya!" jawab Pelayan.


Di malam itu, walau gelap, walau melawan jalan berkabut dan dingin, Bu Mutia berjalan bersama pelayan. Bu Mutia menggigil, jika bicara mulutnya mengeluarkan asap, kakinya juga pegal. Tapi dengan penuh cinta, Bu Mutia sebagai seorang ibu, yang hanya punya Lana tetap peduli Lana. 


“A_aaan!!” 


Sesampainya di balai desa, Bu Mutia langsung berlari berteriak. Bu Mutia seperti di hadapkan pada cambuk hukuman yang menyakitkan. Apa yang Bu Mutia saksikan mencabik hatinya.


Di hadapanya, dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat Lana kesayanganya dipukuli seorang pria berdasi. Di sekelilingnya padahal berdiri banyak orang, tapi tak ada yang menghentikan.


Bu Mutia langsung mendekat ke Lana menghentikan tidak peduli apapun. Mata dan pikiranya hanya tertuju pada Lana yang wajahnya sudah tak karuan.


Pria berdasi itu adalah Ayah Amanda. Dia baru pulang dari luar negeri langsung datang ke balai desa begitu mendengar panggilan warga.


Ayah Amanda sangat marah mendengar apa yang terjadi dengan anaknya. Amanda adalah putri yang berharga baginya, tapi harus berakhir memalukan. Hal itu sangat melukai martabat ayah Amanda.


“A-na... hughs... hughsss..., a-a ang eadii? A_mu enapa? Naak?” Bu Mutia langsung bersimpuh menyangga kepala Lana yang ditendang dan dipukul ayah Amanda. Bu Wira memanku Lana dengan derai air mata.

Hati Bu Wira semakin dipaksa untuk kuat menanggung semua salah anaknya. Walau luka dari ulah suaminya belum sembuh dan masih menguras pikiranya.


Sebagian warga sudah Kyai bubarkan karena mereka sudah puas mnghajar Lana sore.


Sekarang tinggal tetua yang hendak mengadili dan memberi solusi. Sayangnya mereka tak mampu mencegah kemarahan ayah Amanda karena Ayah Amanda membawa pengawal. 


Kyai dan perangkat yang hendak melerai malah dicekal pengawal ayah Amanda.


Lana pun kembali dihajar. Jika tadi dihajar oleh warga yang marah. Kini oleh tangan seorang ayah, yang putrinya dinodai Lana. 


“Jadi anda ibunya?” bentak Ayah Amanda. 


Bu Mutia menyangga kepala Lana sibuk menyeka darah yang keluar dari mulut Lana sambil menangis tersedu- sedu. Mendengar suara bentakan ayah Amanda, Bu Mutia berhenti dan mendongakan kepala.


Bu Mutia terperanjak kaget, begitu juga ayah Amanda. 


“U-opo?” 


“Larasati?” 


Mereka berdua saling tatap, kaget. Ternyata mereka berdua dulu pernah berkencan saat SMA, tapi Bu Mutia memutus hubungan sepihak tidak suka dengan ayah Amanda.


“Ehm...,” ayah Amanda yang bernama Lukman Sutopo berdehem malu. 


Lalu Tuan Lukman mengkode dengan tangan, memberi tanda dia bersedia berdamai dan bersedia menyelesaikan masalah dengan musyawarah.


Para bodyguard yang mencekal aparat desa dan Pak Kyai dilonggarkan. Mereka kemudian melakukan rapat di kantor desa itu. 


Amanda yang setengah mabuk hanya diam menangis di bawah pengawasan pengawal ayahnya. 


Aparat desa kemudian menceritakan detailnya. 


“Desa kami tidak mentolelir segala bentuk perbuatan asu_sila ini Tuan, Nyonya. Sebab kami tidak ingin putra putri kami tercemari dan menganggap hal ini wajar. Kami harus memberikan hukuman dan efek jera!” tutur salah seorang aparat. 


“Maksudnya bagaimana? Bukankah anak saya sudah mendapat hukuman? Apalagi memangnya?” tanya Ayah Amanda. 


Ayah Amanda menganggap, dengan mobil mereka dihancurkan. Lana dan Amanda terluka dan diarak adalah hukuman. Tapi ternyata itu belum cukup bagi warga.


“Mereka harus menikah!” celetuk warga yang lain. 


“Tidak! Saya tidak setuju!” sanggah Ayah Amanda. 


Ayah Amanda yang sudah lama ingin menjodohkan Amanda dengan anak teman bisnisnya sangat kecewa dan marah. Dia tidak setuju Amanda menikah denga duda tak berakhlak di depanya itu. 


“a-ya, e_u_u! I_ah an e_e_a!” celetuk Bu Mutia mengangkat tangan. 


Apapun yang terjadi dengan Lana di masa depan, Bu Mutia yang hatinya sudah lelah sangat, apalagi memikirkan suaminya. Bu Mutia ingin Lana segera ada yang mengurus lagi. 


Bu Mutia sebenarnya tahu, Pak Sutopo lebih kejam dari Tuan Wira. Bu Mutia hafal betul sepak terjang Tuan Lukman Sutopo. Dia kejam, galak, disiplin juga pelit. Itu sebabnya, walau Tuan Lukman mengejar Bu Mutia, Bu Mutia memilih jomblo hingga akhirnya bertemu Tuan Wira. 


Sebenarnya agak ngeri jika Lana menikah dengan Amanda, mungkin itu juga penyebab Amanda tidak nikah- nikah. Sebab Lana pasti akan di bawah kendali Ayah Amanda, tapi Bu Wira tidak ada pilihan lain. 40 menit lalu pengacara dan pegawainya memberi kabar, negara hendak menyita harta hasil korupsi Tuan Wira. 


Bu Wira berfikir, Lana hidupnya akan aman jika menikah dengan Amanda. Walau harus berhadapan dengan mertua yang galak tidak masalah.


Tuan Lukman memicingkan matanya kaget melihat Bu Mutia tergagap. Kenapa perempuan yang dulu dia gilai, sekarang tidak bisa bicara. Dia sadar Bu Mutia hanya masalalu, tapi Tuan Lukman tetap punya hati, dia jadi iba. 


“Larasati!? Apa yang terjadi denganmu? Kamu tidak bisa bicara?” tanya Lukman.


Padahal Lukman tahu, Bu Mutia 3 tahun belakangan sering nongol dan jadi pembicara di televisi.


Bu Mutia tidak menjawab.


Bu Mutia segera mengambill kertas. Demi cita- citanya Lana aman dan bisa mempunyai keluarga, Bu Mutia mengarang cerita. 


“Anakmu, dan anaku saling kenal. Mereka berhubungan badan atas dasar suka sama suka. Apa alasan kamu menentangnya? Asal kamu tahu, aku dan anakku, serta Amandamu kita tinggal satu rumah di villamu! Bukankah Amanda sudah berumur dan sudah waktunya menikah?” tulis Bu Mutia.  


"Kenapa kamu tidak jawab Larasati? Dia anakmu? Kamu kenapa? Bicaralah!" ucap Tuan Lukman lagi.


Bu Mutia tidak menjawab dan menyodorkan tulisanya. 


Tuan Lukman pun mengambil kertas dari Bu Mutia dan membacanya. Tapi kertas itu langsung direm-asnya.


“Tau darimana kamu? Kenapa bisa kalian tinggal di villaku?” tanya Tuan Lukman. 


Bu Mutia kembali mengambil kertas dan menulisnya lagi. 


“Aku tidak bisa bicara karena anakmu. Anakmu ingin mencelakai mantan menantuku, tapi racunya mengenai aku! Itu sebabnya aku dan anakku bersama anakmu!” tulis Bu Mutia lagi.


Kali ini, Tuan Lukman langsung mengambil kertasnya dan membacanya. 


“Mantan menantumu?” tanya Tuan Lukman kaget. 


Bu Mutia mengangguk. 


Tuan Lukman menelan ludahnya. Dia selama ini sibuk di luar negeri percaya Manda baik- baik saja menjadi ceo di perusahaanya. Dia tidak menahu tentang asmara dan kehidupan pribadi Amanda. 


Tuan Lukman kemudian mengambil kesimpulan, kalau Lana dan Amanda pacaran. Amanda bucin ke Lana sampai ingin membunuh mantan istrinya. "Jadi anakku menjadi pelakor? Kasian sekali?" batin Ayah Amanda terluka.


“Baiklah, aku nikahkan putriku dengan putramu, tapi dengan beberapa syarat!” jawab Tuan Lukman kemudian. 


Aparat desa dan Kyai kemudian bernafas lega. Lana yang sudah sadar tapi kesakitan kemudian di papah pengawal Tuan Lukman mendekat.  


“Untuk perjanjian dan selebihnya, kami serahkan ke keluarga, tapi urusan di desa ini harus diselesaikan malam ini!” ucap aparat desa. 


Warga mengira, karena Lana sempat tertidur dan setelah bangun bisa diajak bicara itu artinya sudah sadar. Jadi pernikahan ala kadarnya bisa dilakukan.


Di tempat itu, dengan terpaksa, ayah Amanda menikahkan Amanda dengan Lana. 


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 239"