Istri yang terabaikan Bab 229

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Memegang kendali


“Tuuuut...,” 


Dering telepon berbunyi, tertangkap ke indra pendengar dua insan yang masih bergelung di bawah selimut tebal di ruang luas dan dingin akan ac yang berada di angka 16”c. 


Isyana yang berada di bawah pelukan Binar meng-geliat, berusaha keluar dari selimutnya. Sementara Binar yang tangan dan tubuhnya lebih panjang, juga posisi tidurnya lebih atas langsung meraih ponselnya. 


Sambil mengerjapkan matanya dia menekan tombol jawab dari benda pipih nan mahal yang dia pegang. 


“Morniing Daddy...” sapa Putri melengking. 


“Emm...morning Sayang..” jawab Binar dengan suara seraknya karena kesadaranya belum pulih kembali. 


Isyana yang juga baru tersadar, mendengar suaminya menyebutkan kata Sayang, dia yang masih dihantui cemburu langsung cuning, menyembul keluar dari selimut dan menengok ponselnya dengan cepat. 


“Siapa?” pekik Isyana tidak sadar dia tak berpakaian. 


“Mommyy kok nggak pakai baju?” tanya Putri polos dengan cepat.


“Huh?” Isyana terbengong menoleh ke bawah dan langsung segera menarik selimutnya juga menghindar dari tangkapan kamera. Binar juga langsung menjauhkan ponselnya. "Ish ceroboh!" 


“Kok nggak bilang kalau itu Putri?” bisik Isyana mendelik ke suaminya, tidak mau disalahkan.


Binar tubuh bagian atasnya kan masih berpakaian lengkap, yang terbuka bagian bawah. Sementara Isyana bagian bawah tertutup atas yang terbuka. Binar langsung menertawai Isyana.


“Jawab tuh, pertanyaan anakmu!” jawab Binar malah terkekeh.  


Isyana mencebik malu. 


“Mommyy!” panggil Putri lagi. 


“Iya, Sayang!” jawab Binar lagi. 


“Mommy mana? Kok nggak jawab pertanyaan Putri?” tanya Putri lagi. Dan di belakang Putri terdengar Dina terkekeh tertawa, sembari berbisik ke Putri. “Mommy mau mandi kali! Makanya nggak pakai baju!” 


“Mommy mau mandi yah? Putri udah mandi, sama Kak Dina!” celetuk Putri lagi.


Binar sudah menyalakan loud speaker sehingga Isyana mendengar semua percakapanya. “Huuuft,” Isyana menghela nafasnya pelan sembari mengenakan pakaian pembungkus pabrik minuman untuk bayinya. “Thanks Diin, udah bantu aku, jawab Putri,” batin Isyana. 


Isyana masih tidak berani menampakan muka ke Putri.


“Pintar, anak Daddy, pantas udah cantik.Iya Mommy mau mandi" jawab Binar.


"Huuh. Daddy dan Mommy pemalas. Masih duluan Putri bangunya!" ejek Purtri Pintar.


Binar dan Isyana hanya menelan ludahnya malu


"Yaya. Anak Daddy the Best. Ya udah sana sarapan yang banyak dan sekolah yang pintar ya!” jawab Binar lagi.


“Iyah, Daddy sama Mommy kapan pulang? Mana adik bayi?” tanya Putri lagi. 


Semalam saat dia hendak menelpon Putri, Bu Dini datang sehingga Binar belum sempat berpamitan. 


“Adik bayi, masih belum boleh, pulang, masih sakit, Cantiik!” 


“Yaah, kirain, Daddy sama Mommy nggak pulang karena bawa adek. Kalau adek belum boleh pulang, kenapa Daddy sama Mommy nggak pulang?” protes Putri pintar. 


“Kemarin dokternya libur, princesku Sayang. Jadi Mommy sama Daddy biar nggak bolak balik nginep di rumah Oma. Nanti Mommy sama Oma akan tanya lagi ke rumah sakit, Putri berdoa ya... adik boleh pindah rumah sakit!” jawab Binar tak kalah pandai menjawab. 


“Oooh gitu, Putri selalu berdoa adik cepat pulang dan bermain bersama Putri!” jawab Putri lagi. 


“Baguus, itu baru pricessnya Daddy!” jawab Binar memuji Putri, lalu melirik Isyana di depanya membelakangi kamera, duduk tertunduk malu ikut mendengar percakapan Putri dan Binar. 


“Mau ngomong sama Mommy?” tanya Binar menambahi. Isyana langsung melotot dan menggelengkan kepala masih malu.


“Katanya Mommy mau mandi?” jawab Putri. 


Isyana pun lega. 


“Iyaah, kalau mau Daddy, panggilkan!” 


“Nanti saja!” 


“Oke... Princess. Daddy sama Mommy mandi dulu ya!” 


“Ya!” jawab Putri. 


Lalu mematikan teleponnya. 


Begitu telepon Putri ditutup, Isyana langsung mencubit paha Binar. 


“Apa sih, Yang?” jawab Binar manja. 


“Kenapa nggak kasih tahu aku pakai selimut dulu!” protes Isyana


“Ya kamu, yang asal nongol, Mas juga baru angkat!” 


“Kan malu! Mas.. ih!” 


“Sama anak sendiri nggak apa- apa!” 


“Eh... nggak apa- apa gimana? No. Pendidikan reproduksi ada masanya untuk anak. Dia belum mengerti dan belum bisa bedain hakikat hubungan orang dewasa. Harus  dikasih tahu dulu tentang batasan dan perbedaan orang menikah dan tidak. Nanti dia mengira hal seperti ini sebuah kewajaran bahaya!” jawab Isyana lagi. 


“Yaya. Kamu yang salah, kok nyalahin Mas sih!” jawab Binar tidak terima. 


Isyana yang salah tidak menampik lagi. “Kenapa nggak bilang dan pamit ke Putri kalau mas mau berangt ke LA?” tanya Isyana kemudian. 


“Nanti lah gampang! Udah mas, belum subuhan nih!” jawab Binar menyingkap selimut, buru- buru menyambar celana dan berjalan ke kamar mandi. Sementara Isyana merapihkan tempat tidur. Rupanya di sebagian seprainya kotor. Isyana pun segera menggulungnya. 


“Mas..,” tanya Isyana membuka kamar mandi. 


“Apa Sayang? Mau mandi bareng lagi?” jawab Binar malah ke GR an. 


“Mas belum sholat lho. Mandi bareng nanti keburu siang. Kalau mau ganti sprei dimana?” tanya Isyana. 


“Ngapain ganti sprei?” tanya Binar. 


“Kotor!” 


“Maksudku kenapa harus kamu. Pencel tuh telepon 01. Nanti ada yang beresin. Sinih mandiin Mas aja!” jawab Binar. 

Isyana mencebik, sayangnya dia merasa dadanya sudah sangat berat karena sudah lebih dari 3 jam tidak diperah. 


“Maaf, Mas. Dada Isyana sakit, udah waktunya diperah. Isya mau pumping dulu ya! Sakit!” jawab Isyana menolak. 


“Yaa...,” jawab Binar mengerti. 


Pagi itu, mereka melakukan aktivitasnya masing- masing tanpa ritual panas. Apalagi, begitu Isyana memencet telepon sesuai intruksi ART  Bu Dini yang jumlahnya jauh lebih banyak, langsung sigap membereskan kamar Binar dan Isyana. 


Mereka jadi segera turun ke bawah. Dan di bawah anggota keluarga yang lain juga semua sudah siap bekerja. Ternyata kebiasaan di rumah Bu Dini sangat disiplin, lebih  disiplin dari rumah di kota B apalagi di rumah Lana. Bahkan jam 06.30 Tuan Priangga sudah duduk mengenakan kemeja lengkap dengan jasnya di ruang makan. 


Arya dan kawan- kawan juga sudah siap dengan pakaian kerjanya. Bintang yang memakai pakaian casual terlihat muda dan energik, kini terlihat jauh dewasa mengenakan pakaian kantor dan kacamata. Binar dan Isyana yang turun paling akhir dan rambutnya masih belum kering sempurna. 


“Ehm...,” dehem Bu Dini melirik ke leher Isyana. “Naak..,” panggil Bu Dini. 


“Iya Mah,” 


“Boleh Mamah tanya?” 


“Ya Mah, silahkan!” jawab Isyana sopan. 


“Emm... dulu Mamah, selesai keluar darah nifasnya 2 minggu lho. Kamu masih keluar kan? Atau udah berhenti?” tanya Bu Dini ternyata sangat resah dan khawatir akan kelakuan anaknya sampai lupa ada anak- anak lain yang belum menikah. 


“Uhuk... uhuuk..,” Bintang dan Arya langsung terbatuk. 


Sementara Isyana ditanyai hal sensitif oleh mertuanya langsung menunduk malu. 


“Ehm... maksud Mamah. Mamah hanya ingin memastikan kamu sehat!” jawab Bu Dini. 


“Iya Mah! Isyana sehat,” jawab Isyana singkat, sangat malu. 


Binar langsung merasa tidak nyaaman karena semalam secara lugas sudah ditegur langsung. Dia janji akan memberitahu Isyana juga jaga diri. Tapi Bu Dini tidak puas dan ingin menegur Isyana langsung. Karena mereka malah turun paling akhir, rambutnya terlihat sehabis keramas dan leher Isyana yang semalam masih bersih sekarang belang- belang. Bu Dini yang sabar langsung panik dan gatal ingin menegur lagi. 


Sementara Tuan Priangga tak berkomentar. 


Bu Dini kemudian mendekat ke Isyana. 


“Tahan diri! Jangan buru- buru! Hari masih panjang untuk kalian!” bisik Bu Dini. 


“Iya Mah!” jawab Isyana menunduk. 


“Mah!” tegur Binar akhirnya mulai tidak nyaman.


“Ehm...,” dehem Tuan Priangga ikut memberi peringatan dengan kode. 


“Ayo, makan!” tutur Bu Dini kemudian tersenyum mengambil piring dan melayani suaminya. 


Mereka kemudian melakukan sarapan dengan tenang, tanpa ada percakapan. Setelah sarapan selesai, mereka semua pun bersiap bekerja semua. 


Begitu juga Binar dan Isyana. 


“Mas!” panggil Isyana


“Hmmm...,” jawab Binar hanya berdehem berdehem tampak sibuk, memeriksa ponselnya. 


Isyana langsung memeluk suaminya dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung Binar. 


Binar langsung tanggap mengantongi ponselnya dan menyentuh tangan Isyana yang melingkar di perutnya. 


“Kamu harus hati- hati, jaga Putri baik- baik, dan jangan pergi tanpa supir!” ucap Binar. 


Isyana tidak menjawab hanya mengeratkan pelukanya dan menghirup aroma tubuh Binar kuat- kuat. 


“Mas yakin, walau, Om Wira di penjara anak buah mereka tidak tinggal diam. Anak buah papah akan menjagamu. Jaga diri yah!” ucap Binar lagi. 


“Aku mau mas cepat pulang!” jawab Isyana. 


Binar menghela nafasnya, kemudian menguraikan kedua tangan Isyana dan dia memutar tubuhnya berbalik menghadap Isyana lalu meraih bahunya dan menatap isyana dalam. 


“Mas akan berusaha pulang cepat. Mas pulang kamu udah pulih dan sehat nifasnya ya!” ucap Binar. 


Isyana mengangguk. “Alat yang kemarin mana?” tanya Isyana mulutnya mencucu. 


Binar tersenyum, itu kan barang kantor dan tim khusus bukan barang pribadi. 


“Alat apa?” 


“Yang kemarin, yang ditempel di sini!” jawab Isyana. 


“Itu barang kantor yang dipakai untuk misi penting!” 


“Jadi aku nggak penting?” tanya Isyana bersedekap dan menatap Binar tajam. 


“Ya penting, tapi kan?” 


“Ya udah mas kan bosnya, aku mau pegang yang kemarin Mas pegang dan mas tempel di tubuh mas seperti aku waktu itu!” ucap Isyana menantang dan di luar dugaan Binar jiwa bosnya melebihi dirinya. 


Binar garuk- garuk kepala. 


“Pokoknya Isya harus tahu semua pergerakan Mas di sana!” jawab Isyana lagi. 


Binar menelan ludahnya dan tidak bisa berkutik. Entah kenapa berat sekali menentang permintaan Isyana. Padahal itu melanggar prosedur kantor. 


“Yah.. nanti Mas bilang ke Richard untuk segera antar kesini. Tapi jangan salahin Mas kalau papa mamah tahu marahin kamu!” jawab Binar. 


"Ya jangan bilang- bilang. Emang waktu Mas kasih ke Isyana kemarin bilang?"


"Enggak!"


"Ya udah!"


"Yaya!" jawab Binar patuh sekarang dia yang di bawah kendali Isyana.


Isyana kemudian tersenyum dan berjinjit mencium bibir suaminya cepat.


Saat Isyana hendak turun, Binar mencegahnya dan balas melahapnya kuat.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 229"