Istri yang terabaikan Bab 225

Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Kemajuan.


Selain cinta dan benci, masih ada satu kata yang seringnya membuat manusia meninggalkan akal sehat dan malunya, yaitu marah dan cemburu.


Sungguh, Isyana bukan naif atau pura lugu. Pengalaman dalam menyenangkan suami dia memang masih amatir. Sebab bersama Lana baru dapat jurus memakai pakaian se_h_si, wewangian dan oleh Bu Mutia diajak ke salon untuk merapihkan rambut dan memakai lipstik. 


Dalam hal dia yang merayu, dia tidak ada inisiatif, karena Lana saat itu langsung pada intinya, Lana yang aktif bergerak, mereka juga minim komunikasi. Dulu Isyana yang masih melawan takut berjuang meyakinkan itu kodratnya, Lana yang masih gengsi tapi mau.


Bukan tentang umur Isyana sudah kuliah atau berumur 22 tahun. Tapi tentang pergaulan. Isyana sungguh tidak pernah menonton video yang menjurus ke teori seperti itu. 


Saat tempo hari Binar mengajak dan mengajarinya hal yang tidak pernah dia lakukan. Menurut Isyana itu menji_jikan, dengan tangan saja, saat di kamar Putri,  dia pegal, apalagi dengan anggota tubuh yang lain.


Akan tetapi marah dan cemburu membuatnya membuang semua itu. 


Masih dengan mulut mencucu, Isyana menarik tangan Binar ke kamar mandi.


Kamar mandi Binar di rumah Bu Dini rupanya sebanding dengan kamar Binar di rumah kota B. Dalamnya sangat bersih, wangi dan mengkilat.


Bedanya, di rumah Bu Dini jauh lebih klasik dan bernuansa khas. Sementara di kota B yang memang di mengikuti selera Tiara dulu, lebih soft. 


Di rumah Bu Dini


Di Kota B.


“Cepat!” tarik Isyana. 


Binar yang masih ingin melihat seberapa besar nyali Isyana dan jiwa Isyana yang selama ini tertutupi malu, diam.


Binar mengikuti Isyana pura- pura pasrah dan mengalah, mempersembahkan tubuhnya terserah mau Isyana apakan. 


“Ya...,” jawab Binar tenang. Binar masih mode diam. Binar menunggu kejutan apa yang dikasih Isyana.


Sayangnya, begitu masuk ke kamar mandi dan saat Binar berdiri tegak, mendadak Isyana tampak gelagapan. 


“Ehm...,” dehem Isyana. 


“Kenapa diam? Katanya mau mandiin?” tanya Binar tidak sabar dan sudah membayangkan aksi Isyana. 


Isyana kemudian menatap mata Binar lalu tatapanya turun ke pangkal paha Binar. Tentu saja, hanya tatapan Isyana sudah memancing hipotalamus Binar.


“Huuuft...,” Isyana tampak menghembuskan nafasnya halus lalu mendekat ke Binar. 


Ya. Walau dalam kesunyian tanpa kata, hanya didekati Isyana, mendadak Binar dheg- dhegan, jantungnya berdetak tanpa ritme. Seperti ada yang menabuh genderang, memburu waktu, ingin cepat lihat apa yang hendak Isyana lakukan. Semoga sesuai ekspektai Binar. 


Dan benar, Isyana mendekat, sangat dekat. Tangan Isyana terulur tanpa komando apalagi permintaan.


Isyana menyentuh bulatan kancing kemeja Binar, dibukanya satu persatu, pelan dan lembut.


Setiap gerakanya menyihir Binar. Walau belum menyentuh kulit Binar, tapi karena berpapasan sedekat itu, hembusan nafas Isyana seperti mantra yang menghanyutkan Binar. 


Hingga tanpa Binar sadari, seluruh kancingnya terbuka, Isyana melingkarkan lenganya ke pinggang Binar dan menarik kemeja Binar ke bawah untuk menanggalkanya. Binar yang sudah telan jang dada, terus diam menanti apa yang Isyana lakukan. Sungguh dia sangat senang di telan**jangi Isyana begitu.


Hal ini adalah yang menakjubkan buat Binar. Isyana bisa seperti itu, dan dia semakin tidak sabar menunggu kelanjutanya. 


“Perlu kubantu?” tanya Binar tidak tahan pasif karena sifat asli Binar aktif, di dalam dadanya memberontak tidak terima jika disuruh diam terus.


Isyana yang masih cemburu diam. Tapi Binar paham, melepas ikat pinggang mahalnya sedikit susah, sehingga dia lakukan sendiri, sekarang tersisa celana bok_sernya. 


Isyana diam terpaku, rupanya Isyana masih tetap sedikit gugup. 


“Ayo!” ucap Binar tidak sabar. 


Sayangnya Isyana terus diam walau matanya tampak terus memandanginya. Heranya bukan tatapan ingin. Tiba- tiba Isyana mengkerutkan keningnya lalu menatap Binar. 


“Tuh kan? Belum Isyana sentuh aja, udah berdiri? Pasti tadi pas sama Bintang dipeluk sekencang itu, berdiri kan? Ih! Kessel!” celetuk Isyana malah ngambek dan keluar paranoidnya. 


Isyana mengepalkan tanganya geram kemudian membuangnya acak lalu memalingkan mukanya dan berjalan menjauh. 


“Haiishhh!” desis Binar mengacak- acak rambutnya sangat gemas. Udah siap- siap malah kambuh lagi.


Binar bergerak cepat tidak mau melepaskan anganya begitu saja. Dia segera menarik tangan Isyana yang tampak mau keluar kamar mandi. 


“Mau kemana? Katanya mau mandi?” tanya Binar.


“Isyana kesel, jujur tadi dipeluk begitu, pasti mas kesenengan kan?” tuduh Isyana masih merajuk. 


Sepertinya berharap Isyana agresif seperti Tiara dulu, perlu waktu. Harus Binar yang bertindak. Biar pun menarik Isyana dan membawa dalam pelukanya. 


“Sudah kubilang, dia jinak hanya sama kamu, makanya tanya dong sama dia langsung, buktikan!” bisik Binar merapatkan tubuhnya dan memajukan tubuh bagian bawahnya agar mendorong dan menyentuh Isyana. 


“Ehm... bener, tadi diam aja??” tanya Isyana. 


“Ya bener, sok tanya sendiri!” jawab Binar tanganya mulai aktif balas membuka kancing dress Isyana. 


“Mas!” pekik Isyana mulai geli. 


“Udah pernah kan di rumah sakit, nggak usah malu!” bisik Binar lagi terus memaksa membuka pakaian Isyana. 


“Aku tidak suka, mas disentuh orang lain selain aku!” ucap Isyana kemudian dengan nada menuntut.


Binar pun tersenyum bangga, lalu tanganya memutar bahu Isyana yang sekarang dressnya sudah tanggal ke lantai. 


“Semua punyamu! Bebas mau kamu apakan!” tutur Binar menarik tangan Isyana mengarahkan pada pinggulnya. 

Isyana menelan ludahnya, kali ini, satu kemajuan Isyana. Isyana bergerak cepat menarik karet celana Binar ke bawah dan benda tumpul yang pergerakanya terus mengusik pikiran buruk Isyana menyembul. Bentuknya memang hampir mirip dengan punya Lana. Hanya saja, sedikit beda, punya Binar terlihat lebih berotot warnanya lebih cerah.


Mereka berdua berdiri berhadapan saling tatap. Susana sepi.


Kedua jantung mereka sama- sama berdetak kencang. Walau tanpa kata, ada hubungan yang membuat mereka berkomunikasi dalam rasa. Suasana yang dingin menjadi hangat, bahkan semakin lama meningkat panas. 


“Yang penting nggak masuk kan?” tanya Isyana kemudian. 


Binar tersenyum, lalu maju merapatkan tubuhnya lagi, tangan Binar meraih dagu Isyana dan kemudian mendaratkan kedua bibirnya lembut ke bibir Isyana.


Isyana memejamkan matanya meresapi setiap gerakan bibir Binar, membuka bibirnya dan membiarkan lidah Binar masuk menjelajah di dalam dan memberikan ke nikmat'''an yang tidak pernah Isyana rasa saat bersama Lana. 


Setiap gerakan Binar membuat semua bulu kuduk Isyana seperti ditiup jutaan kupu- kupu, dingin menggelitik dari luar, tapi terasa panas di dalam, hingga tulang kerasnya seperti meleleh ingin dia serahkan pada Binar. 


Sepersekian detik, Binar melepaskan bibirnya. Lalu mengangkat tubuh Isyana, didudukanya di atas papan wastafel yang terdapat cermin besar dan aneka tanaman hias cantik beserta parfum yang begitu kuat aromanya. 


Binar berdiri menatap Isyana, mencium keningnya, lembut. 


“Sebentar!” bisik Binar lembut. 


Kemudian Binar menyalakan kran air di bathub mewahnya, sembari menunggu penuh, Binar kemudian mendekat ke Isyana lagi. Dilingkarkanya tangannya ke belakang punggung Isyana. Dicarinya tali pengait pembungkus dua tonjolan besar yang sangat memabukan Binar. 


Isyana pasrah membiarkan Binar membukanya. Dan kini dua benda bulat besar yang ditengahnya terdapat tombol coklat yang tampak membesar dan menghitam, merindukan kuatnya hi sap an bayinya, namun tak kunjung pulang tampak nyata di depan Binar.


“Tidak boleh ditelan, ini milik Bian!” tutur Isyana lembut mengingatkan Binar, karena mata Binar terus tertuju pada benda itu.


“Mas nggak akan minum, hanya bantu keluarin! Seperti biasa!” jawab Binar tersenyum nakal. Lalu menenggelamkan mulanya di situ. 


Bukan di tombol itu, tapi menjelajah di sekelilingnya, dia tidak ingin merebut hak anaknya. Meski begitu, itu semua cukup meluluhlantakan kesadaran Isyana


Sehingga Isyana yang terbuai terpaksa menyandarkan tubuhnya ke cermin dan bertumpu kedua tanganya. 


Sepersekian menit, mendadak tanda merah tercetak di beberapa bagian dada Isyana. Hingga suara gemericik air yang tadi keras mulai lemah tanda bathub mulai penuh. Binar menghentikan penjelajahanya dan menoleh. 


Dia kemudian tersenyum, menarik tubuh Isyana maju, dan menggendongnya kembali, membawanya masuk ke bathub itu. 


“Tunggu, Mas!” ucap Isyana tidak mau langsung masuk. 


“Kenapa?” 


“Kita mau berendam di sini?” tanya Isyana ragu.


“Hu um!” 


“Isyana kan masih nifas, nanti campur darah. Isyana cek dulu!” jawab Isyana jijik jika berendam bersama tapi nanti darahnya ikut terurasi bersama air. 


Binar menghela nafasnya dan menyeringai kecewa. 


Tanpa malu lagi, Isyana membukaa celanya, dan memeriksa. 


Isyana mendelik kaget. 


“Wuaa...,” 


“Kenapaa?” tanya Binar. 


“Aku normal kan?” tanya Isyana malah keheranan sendiri. 


Binar tidak sabar, tanpa jijik menarik benda yang seharusnya tidak dia lihat. Binar ikut memeriksa.


Jika, Isyana wajahnya tampak bingung, panik keheranan dan berfikir. Binar malah tersenyum senang. 


“Yes!” pekik Binar. "Apa ini artinya penantianku berakhir?" gumam Binar.


“Yes apa?” 


“Sebentar lagi kamu akan selesai, lihatlah, nggak ada warna merah darah lagi!” jawab Binar senang. 


“Tunggu, lihat ini. Masih belum sempurna. Kata teh Bila dan nenek orang nifas itu 1 bulan, atau dua mingguan. Isya kan baru beberapa hari, Ini aneh. Jangan- jangan Isyana nggak normal. Isya harus tanya nenek dulu, kok jadi warna kuning kecoklatan gini. Aku harus tanya dan pastikan Mas!” jawab Isyana malah takut dia tidak normal. 


“Ya udah iya. Sehat insya Alloh nggak masalah! Oke? Yang penting sekarang selesaikan dulu,” jawab Binar masuk ke bathub dan menarik Isyana.


Karena pengeluaran lokhea atau darah nifasnya memang sudah tidak aktif. Isyana tidak menolak untuk ikut masuk.


"Tapi tetep jangan dulu, yah. Jahitannya belum sembuh total! Pokoknya Isya tanya dulu!" tutur Isyana lagi, setelah ikut di dalam bathub yang sama.


"Iyaah!" jawab Binar meraih sebotol sabun dan menyerahkan ke tangan Isyana.


Mereka berdua sudah berada di bathub sama- sama tanpa pakaian.


"Katanya mau mandi, cepat bersihkan tubuh Mas!" ucap Binar kemudian.


Isyana tersenyum mengangguk.


Sore itu pun, Isyana membahagiakan Binar dengan cara yang Binar ajarkan. Isyana semakin pintar.


****


Hehehe Maaf aku susah jabarinya. Jabarin sendiri.



Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







 

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 225"