Istri yang terabaikan Bab 221

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


221 Bicara serius


“Hah... whas is it?” pekik seorang perempuan cantik langsung menutup mulutnya. 


Amanda langsung melirik Lana yang baru saja mendapatkan obat dan kemudian tertidur. 


“Hooh, apa ini artinya gue aman dan gue bisa pergi ninggalin si bayi tua merepotkan ini?” gumam Amanda berfikir. 


Amanda mendengar siaran tentang tertangkapnya Tuan Wira dan komplotanya yang langsung ramai. Untungnya sepanjang malam Lana ngegame dan istirahat karena dia selalu emosional ingin pergi dan bangun tapi nyatanya tubuhnya masih lemas. 


Amanda sangat syok mendengar Tuan Wira ditangkap apalagi kasusnya besar. Selagi Lana tidur, Amanda yang harus menunggu Lana sebagai pengganti hukuman di penjara buru- buru mengemasi tasnya dan berniat kabur. 


“Om Wira nggak akan laporin gue ke polisi kan? Binar juga nggak mungkin kan berpihak sama Lana. Gue nggak mau jadi babu di sini?” gumam Amanda segera berjalan mengadap. 


“Brak!” 


Sayangnya begitu Amanda membuka pintu di depan pintu Rida art Bu Wira sudah ada di depan pintu mendorong Bu Mutia. 


“Gleg!” Amanda langsung terdiam dan terhenti. 


“Aaaa... kaaa uuu aaauuu kee aanaa?” 


Dengan suara gagu dan tampak kesulitan berucap, Bu Wira meneteskan air matanya menatap Amanda penuh harap. Amanda tidak bisa berkata apapun. Pada dasarnya Amanda hanya gadis kaya yang hatinya juga sensitif tapi dibutakan cinta. Amanda masih takut dan merasa bersalah melihat keadaan Bu Wira. 


Racun yang Amanda taburkan ke coklat lumer itu, sifatnya iritan dan membakar saat bersentuhan dengan air atau jaringan basah. Sehingga begitu menempel dengan lidah dan rongga mulut juga pangkal tenggorokan Bu Wira langsung perdarahan. 


Jika masuk ke lambung langsung bisa perdarahan lambung, untungnya baru di mulut dan pangkal tenggorokan sehingga Bu Wira hanya jadi cacat sebagian. 


“Ttt..tante?” ucap Amanda gugup tjadi merasa bersalah jika harus kabur. Apalagi Bu Wira tampak menitikan air mata. 


Karena susah bicara, Bu Wira langsung meraih tangan Amanda. 


“Aaan eeeeiii!” ucap Bu Wira lagi menggelengkan kepalanya. 


Walau tidak ahli, Amanda tahu maksud Bu Mutia, dia melarang Amanda pergi. 


“Ee... **..tante, Amanda mau beli makan sebentar!” jawab Amanda beralasan. Bu Amanda kemudian menoleh ke Rida meminta ponselnya. 


Rida pun memberinya ponsel. Bu Wira langsung mengetik sesuatu. 


Lalu menunjukan ke Amanda. 


Amanda langsung gelagapan membacanya. 


“Aku tahu kamu pasti sudah dengar kabar tentang suamiku? Apa kamu pikir kamu bisa lari dari tanggung jawab. Aku korbanmu, aku bisa bersaksi dan melaporkanmu ke polisi!” tulis Bu Wira. 


Amanda terskak dan tidak bisa kabur. 


“Aku nggak akan kabur Tante, aku akan di sini, sampai Tante dan Mas Lana sembuh!” jawab Amanda. 


Bu Wira yang otaknya masih waras dan jarinya masih aktif bekerja mengetik pesan lagi. 


“Jangan pergi. Kamu ingin makan apa? Aku bisa pesankan lewat aplikasi online!” jawab Bu Mutia lagi. 


Amanda semakin tidak bisa berkutik, dia beru tahu walau dalam keadaan sudah terinfus dan tak berdaya perempuan tua bernama Mutia ini otaknya sangat peka dan seperti tahu otak- otak jahat Amandaa. 


“Ya Tante. Aku ingin beli pancake durian, steak sapi, yoghurt es krim dan air mineral!” jawab Amanda sambil menahan kesal. 


Bu Amanda melirik ke Rida untuk memesankan semua yang disebutkn Amanda lalu meminta mereka masuk ke ruangan Lana. 


Amanda tak jadi kabur, dan mau tidak mau tetap mendampingi Bu Wira dan Lana. 


Sesampainya di dalam, Bu Mutia, walau dia sakit dia masih sempat mendekati Lana. Memegang tanganya dan menitikan air matanya. 


Amanda bisa jelas melihat, Bu Mutia perempuan yang berusaha kuat, seperti sedang menanggung atas semua dosa anak dan suaminya. 


Amanda sudah tidak punya ibu, Amanda dalam diam mengagumi kegigihan Bu Mutia, apapun masalahnya ternyata Bu Mutia tampak berdiri kokoh. 


Amanda dan Rida pun memilih duduk tanpa berkata apapun. Setelah sepersekian menit, Bu Mutia kemudian menoleh ke Rida minta didorong kursi rodanya dan duduk di sofa bersama Amanda. 

Bu Mutia meminta ponsel lagi dan kembali mengetik pesan ke Amanda. 


“Jangan ceritakan apapun tentang suamiku pada anakku!” ketik Bu Mutia dengan tatapan penuh beban. 


“Iya Tante!” jawab Amanda. 


**** 


Di kota B.


Setelah berpamitan dengan nenek dan keluarga yang lain serta memberi pengertian ke Putri. Binar dan Isyana menuju ke Ibu kota. 


“Putri janji akan jadi anak baik. Daddy sama Mommy cepat bawa pulang adik bayi yaa!” ucap Putri di depan sekolahnya. 


Isyana dan Binar pun mengangguk. 


“Insya Alloh, semoga adik kamu sudah boleh dibawa pulang ya!” jawab Isyana. 


Putri mengangguk dan memberikan jempolnya. 


“Oh ya Kak Dina dan Nenek boleh ya, Dad tidur di kamar Putri yang baru?  Daddy sama Mommy nggak apa- apa kalau mau temani adik bayi. Putri kan udah sering ditemani Mommy sama Daddy!” celetuk Putri lagi. 


Isyana pun menoleh ke Binar, merasa terharu dan tidak menyangka Putri sampai berfikir sejauh itu. 


“Mommy dan Daddy akan maunya kita temani Putri dan adik bayi bareng- bareng. Udah kamu sekarang sekolah yang pintar, doain adik bayi yah. Kalau bisa pulang, Daddy dan Momy pasti pulang!” jawab Isyana. 


“Nenek dan Kak Dina boleh tidur di kamar Putri kalau jam 8 malam Daddy dan Mommy belum pulang!” jawab Binar lagi. 


“Thank you, Dad, Mom!” jawab Putri kemudian mencium tangan kedua orang tuanya. 


Putri pun segera berlari bersalaman dengan guru di sekolahnya yang rutin menyambut murid- muridnya. 


Isyana dan Binar langsug masuk ke mobil menuju ke kota B. Kali ini mereka memakai supir sehingga Binar di belakang bersama Isyana. 


“Mas udah cari- cari nih nama yang bagus untuk si ganteng, kamu suka yang mana?” tanya Binar membuka percakapan. 


“Huh?” sahut Isyana yang tadinya menatap jalanan termenung langsung menoleh ke suaminya tidak menyangka Binar sudah berfikir sejauh itu. 


“Tah baca dan kamu pilih, mana nama yang kamu suka?” jawab Binar lagi memberikan I_PADnya. 


Bukanya langsung membaca layar yang Binar tunjukan, Isyna malah menatap suaminya dengan tatapan penuh cinta dan terharu. 


“Kok malah liatin Mas? Jangan diliatin terus, nanti gantengnya Mas bertambah, bingung kamu ngimbangin Mas nanti!” jawab Binar keluar sifat narsisnya. 


“Issshhh,” desis Isyana manja dan tersipu,  mencubit paha suaminya. 


“Au,h...Sok pilih, kamu suka nama yang mana untuk anak kita?” jawab Binar mengaduh. 


“Makasih ya, Mas. Walau dedek bukan anak Mas, Mas seperhatian ini,” jawab Isyana. 


“Kata siapa dia bukan anakku, aku ingin anak laki- laki. Dia akan jadi jagoan di rumah kita nanti! Cepat pilih, nanti kita ajukan ini ke Tante Mutia dan Lana. Ya kalau mereka setuju sih! Atau kamu punya ide lain?” jawab Binar serius memikirkan nama untuk anak tirinya.


Isyana pun membacanya dan mulai memilihnya. 


"Isya Danu Hanggara, Darma Kusuma Hanggara, Dimas Dwi Hanggara, Yosa Ndaru Hanggara?"


****


Hehehe


Maaf sabar yaa. yang nungguin Isyana agresif. Mood author buat rangkai cerita h.o.t lagi lemot.


Pilihin nama dulu yuk, untuk anak Isyana. Kalau ada ide lain boleh sebutin kumasukin alur ide Isyana atau Lana.



Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 221"