Istri yang terabaikan Bab 216

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


216 Tugas Amanda


“Mommiii...,” teriak Putri girang saat pulang sekolah dijemput Isyana. 


Satu jalan dengan arah Isyana pulang dari kampus. Isyana menjemput Putri yang ada kelas ballet.


“Hai... Sayang....,” jawab Isyana menyambut Putri dengan rentangan tangan.


Putri  langsung berlari mencium tangan Isyana dan memeluknya. Isyana pun menggenggam tangan Putri erat, menuntunya masuk ke mobil. 


“Mommy udah selesai kuliahnya?” tanya Putri tahu kalau ibu cantiknya yang sekarang lebih mirip kakaknya ini kuliah. 


Sejak lahiran, perut Isyana kembali mengecil walau belum sempurna. Wajahnya seperti bersih bersinar apalagi nenek, rutin memijat sebelum tidur dan memberinya jamu. Isyana jauh terlihat manis dan cantik seperti layaknya mahasiswa. Tidak tampak menjadi ibu dua anak. Apalagi pakaian yang Isyana kenakan semua pakaian bagus dan branded.


“Udah... gimana sekolah dan lesnya hari ini? Are you happy?” tanya Isyana lembut dengan senyum manisnya.


Isyana jarang menanyakan apa hasil nilai Putri, tapi selalu, apakah Putri bahagia dengan kegiatanya atau tidak. 


Sayangnya Putri cemberut dan menggeleng. 


“Why? Kenapa anak Mommy nggak happy? Bukankah sekolah itu sangat menyenangkan?” 


“Kapan adik bayi, boleh pulang. Kapan Putri boleh lihat adik bayi Putri? Semua teman- teman Putri tanya. Mereka semua bercerita tentang adiknya!” jawab Putri curhat. 


“Ohhh itu?” jawab Isyana tersenyum dan mengangguk tenang. 


Isyana kemudian merogoh sakunya dan menunjukan video yang dikirimkan Binar. Kali ini bayi Isyana sudah terlihat gerakanya. 


Putri pun melihatnya senang tapi juga menyiratkan kekecewaan. Wajahnya masih mengenakan alat oksigen.


“Adik Putri masih sakit ya? Makanya tidak gendut seperti adiknya Feli? Ya sudah Putri liatnya nanti aja!” tanya Putri polos. 


Isyana pun mengambil ponselnya. Sebenarnya pertanyaan Putri juga cukup menyayat hati Isyana, apalagi Isyana ibunya.


Isyana ingin ke Ibukota mendampingi dan menunggu anaknya. Tapi di sana tidak baik untuk kesehatan dan keamananya. Isyana juga harus tetap menunaikan tanggung jawabnya sebagai ibu sambung Putri. Isyana pun menyembunyikan sedihnya dan berusaha baik- baik saja di depan Putri. 


“Adik Putri kan baru lahir, nanti kalau udah minum susu Mommy, udah pulang, udah digendong. Akan gendut juga. Putri berdoa ya... biar adik Putri sehat dan cepat pulang!” tutur Isyana.


“Iya... Mommy! Putri tidak sabar ingin pegang tangan mungilnya. Lucuu sekali. Nanti Putri bantu kasih susu ya!” jawab Putri lagi. 


Isyana pun tersenyum mengangguk. Rasanya sudah tidak sabar segera menjemput anaknya pulang. Pasti bahagia sekali jiga setiap sebelum dan sepulang kuliah dikelilingi anak- anaknya yang lucu.


"Iya. Sayang. Dia kan adik Putri!" jawab Isyana.


"Putri mau rajin sholat dan doakan adik bayi!" tutur Putri lagi.


Isyana tersenyum haru dan mengelus puncak kepala Putri. Walau bukan kakak kandungnya Isyana berharap menjadi kakak sulung yang baik untuk adik- adiknya nanti.


“Cerita dong, sama Mommy, tadi sekolahnya diajarin apa aja? Bekalnya dimakan nggak? Besok bawa bekal apa ya?” tanya Isyana mengalihkan perhatian Putri. 


Putri kemudian menjawab pertanyaan Isyana, pikiran tentang adiknya teralihkan. Seperti biasa dengan ceriwis bercerita banyak tentang kegiatanya di sekolah. 


Sesampainya di rumah Isyana pun langsung memerah Asi dan mengurus Putri. Membantunya mandi dan menemani tidur siang. 


“Moommy...,” panggil Putri manja. 


“Yaah... ada apa?” 


“Itu susu buat Adek Putri?” tanya Putri ternyata memperhatikan Isyana memerah ASI. 


“Iyah...,” 


“Apa Putri boleh minta?” tanya Putri polos. 


“Hummmm....?” pekik Isyana kaget.


Padahal Isyana sudah buatkan susu formula seusia Putri. ASI dari Isyana kan tidak ada rasa.


“Dikiiiit aja!” pinta Isyana.


“Kan Putri udah Mommy buatkan ini! Ini untuk adik bayi. No enak!” 


“Hmmmmm penasaran rasanya!” jawab Putri lagi. 


Isyana kemudian mengangguk dan mengijinkan tapi hanya pakai pipet. 


“Hoek... asyiin!” ucap Putri dengan ekspresi tidak suka menjulurkan lidahnya. Isyana pun tersenyum geli. 


“Iyah soalnya kan nggak ada gulanya. Udah aah... tidur yaa..,” jawab Isyana lalu mengajak Putri tidur. 


Putri patuh naik ke kasurnya sembari membawa boneka berbentuk wortel kesukaanya. Isyana pun memeluknya hangat. Menepuk lembut Putri sambil mendongeng.


Kini dia tidak hanya sebagai teman, tapi sah menjadi ibu dan anak. 


“Mommy...,” panggil Putri menatap ke Isyana. 


“Ya...,” 


“I Love You!” ucap Putri dengan suaranya yang merdu dan menggemaskan.


Isyana tersenyum dan memencet hidung Putri. 


“I love you too. Sayang!” jawab Isyana.


Lalu Putri memeluk Isyana kencang. 


Dalam kesempatan itupun, Isyana mengutarakan niatnya tentang kamar Ara. Isyana ingin Putri menempati kamar Ibunya. 


"Sayang apa kamu rindu Mommy Ara?" tanya Isyana kemudian.


"Hmmm...,"


"Putri Sayang kan sama Mommy Ara?"


"Iyah...., biasanya kalau libur Daddy dan Omma ajak ke makam!" jawab Putri lagi.


"Hmm... Putri mau nggak biar tiap hari Putri selalu liat senyum Mommy Ara?"


"Ya! Putri juga sering mimpi. Mommy datang Mommy bahagia sekali!" jawab Putri lagi.


"Oh ya?"


"Huum. Mommy Ara sayang Mommy Isya Putri juga katanya!" tutur Putri lagi


Isyana baru tahu kalau Putri sering mimpi bertemu ibunya.


"Biar Mommy kamu nggak sedih. Gimana kalau Putri kamarnya pindah ke kamar Mommy Ara. Nanti chat dan barang- barang Putri dipindah ke sana juga!" tutur Isyana lagi.


“Kamar Mommy Ara sangat besar Mom, Putri takut!” jawab Putri. 


“Ya... nanti, setiap malam sebelum tidur. Mommy dan Daddy temani! Kalau adik sudah pulang juga sama adik di sana!” jawab Isyana. 


“Kenapa nggak adek dan Mommy Daddy yang di sana? Putri suka kamar ini!” 


“Hmm... nanti Mommy dan Daddy juga di sana sampai kamar Mommy dan Daddy jadi. Putri kan nanti akan tumbuh besar harus tidur sediri, nggak boleh sama Daddy dan Mommy terus. Suatu saat nanti adik Putri juga butuh kamar. Daddy sama Mommy akan buat kamar lagi sendiri. Tapi karena Putri anak Mommy yang paling besar. Biar Kakak Putri nempatin kamar yang besar nanti adik di sini?” tutur Isyana memberi tahu. 


Putri masih mendengarkan. awalnya tidak paham tapi lama- lama paham. Isyana dan Binar akan tetap menempati kamar Tiara berkumpul bersama Putri dan anaknya. Dan tidak menghilangkan kenangan Tiara.


Akan tetapi khusus jika Binar meminta haknya. Isyana mau melakukanya di kamar lain. Sampai lantai 3 jadi di kamar Putri.


Setelah berbicara panjang dan dijelaskan kalau perpindahan kamar untuk jangka panjang, Putri pun setuju.


Isyana lega esok kamar Binar akan segera Isyana desain seperti mau Putri tanpa menghilangkan semua peninggalan Bu Tiara.


Baru Putri terlelap, terdengar pintu diketuk oleh Dina. 


Isyana pun segera bangun. 


“Ada apa Din?” tanya Isyana lirih.


“Ada tamu, Teh!” jawab Dina memberitahu. 


“Tamu?”


“Iyah!” 


“Siapa?” 


“Bapak- bapak. Nanyain Teteh! Dina nggak tahu!” jawab Dina lagi. 


Isyana pun mengangguk turun ke ruang tamu. Di sofa ruang tamu, tampak duduk termenung seorang laki- laki berkumis dan rambut mulai bercampur uban. Tidak ada raut jahat sedikitpun. Tapi Isyana juga cukup bingung sebab merasa tidak kenal dengan bapak itu. 


“Permisi?” tanya Isyana menyapa. 


Bapak yang tadinya menunduk langsung mengangkat wajahnya dan tampak kaget mengetahui kedatangan Isyana. Bapak itu pun tampak tersenyum memberikan hormat. 


“Dengan Ibu Isyana Putri?” 


“Ya.. saya. Maaf bapak siapa ya? Ada apa mencari saya?” tanya Isyana. 


Bapak itu pun tampak mengangguk dan membetulkan duduknya. 


“Terima kasih atas kesediaan Ibu menemui saya. Sebelumnya saya mohon maaf kalau menganggu. Senang bertemu dengan anda Ibu Isyana. Perkenalkan saya Dana... bapaknya Mika!” tutur Bapak itu. 


Isyana langsung tersentak dan menelan ludahnya kaget. 


“Maafkan saya, mungkin anda kaget. Tapi saya tidak akan menuntut apapun! Saya tulus ingin menemui anda sebagai bapak Mika.” jawab Pak Dana cepat. 


Isyana hanya mengangguk bingung. Isyana risih menerima tamu tanpa didampingi Binar.

“Sebagai ayah Mika. Saya merasa bertanggung jawab untuk menemui anda Nyonya. Saya kesini, saya ingin memohon maaf atas apa yang sudah dilakukan anak saya terhadap anda dan keluarga anda. Saya sangat malu atas semua yang anak saya lakukan. Saya mohon maafkan anak saya. Mika harus mendapatkan pelajaran yang setimpal atas perbuatanya,” tutur Bapak Mika jelas.


Isyana sangat tercengang mendengar kebesaran hati bapak Mika jauh berbeda dengan sifat Mika. 


“Saya sudaah maafkan, Pak! Saya juga ikut prihatin atas apa yang menimpa, Mika. Jujur bukan saya yang melaporkan Mika. Maafkan saya! Jika Mika harus dipenjara,” Jawab Isyana tahu Bapak Mika pasti hancur.


“Oh tidak, tidak begitu,” jawab Bapak Mika terus menggelengkan kepala. “Anda tidak perlu meminta maaf, Nyonya. Anak saya memang salah. Dia pantas mendapatkan hukuman itu. Terima kasih atas kesediaan anda Nyonya Isyana. Anda sangat mulia, hati anda cantik seperti wajah anda,” jawab Bapak Mika memuji Isyana.


Isyana pun tersenyum mengangguk.


“Yang penting saya selamat, Pak. Saya yakin ini semua sudah suratan saya. Saya tidak menyesalkan satupun atas semua yang terjadi. Saya sudah memaafkan dan mengikhlaskan semua. Saya juga banyak kesalah yang harus diperbaharui. Yang lalu biarlah berlalu. Saya hanya ingin melanjutkan hidup saya ke depan dengan benar dan bahagia!” jawab Isyana lagi. 


“Saya doakan, Ibu Isyana hidupnya selalu sehat dan bahagia,” 


“Terima kasih, Pak!” 


“Saya sudah lega bisa mengatakan ini pada Anda. Saya hanya berharap dengan maaf anda. Tuhan bisa bukakan hidayah untuk anak saya!” Jawab Bapak Mika pamit. 


"Iyah. Saya berdoa demikian. Saya mohon maaf ya Pak. Tidak bisa membantu banyak. Saya turut priatin. Semoga ke depan Mika bisa lebih baik,"


"Iya Nyonya. Terima kasih. Kalau gitu. Saya cukupkan. Senang bertemu dengan anda,"


Isyana yang tidak ada suaminya di rumah memang sungkan menerima tamu laki- laki. Isyana pun mempersilahkan tamunya pergi.


Tentu saja begitu Tuan Dana pergi, Isyana langsung menelpon suaminya. Isyana menceritakan semuanya.


“Bagus dong Sayang... berarti bapak Mika tanggung jawab,” jawab Binar menanggapi. 


“Isyana kasian sama Bapaknya Mas.” 


“Ya mau gimana lagi? Kita doain aja. Mika sadar setelah ini!” 


“Ya Mas!” 


“Kamu udah makan? Putri lagi apa?” tanya Binar perhatian.


“Masih tidur. Udah kok!” 


“Oke. Kamu udah sehat kan? Capek nggak kuliah? Kalau capek ijin aja!"


"Nggak. Nina dan Farah banyak bantu,"


"Oke. Mas malam ini, mau ajak Adnan temenmu makan malam, Sayang!” 


“Oh ya? Dia udah balas pesan mas?” tanya Isyana senang.


“Udah.” 


“Oke....salam ya...,” 


“Ya... agenda pestanya lusa. Mas nggak pulang ya!” tutur Binar lagi pamit. 


Pesta di sini adalah pertunjukan besar membongkar siapa Tuan Wira. 


“Iyah... hati- hati. Isyana doain semua berjalan dengan lancar baik. Mas jaga diri lho! Aku nggak mau jadi janda lagi!” 


“Iyaa nggak. Mas jadi operator aja kok diam di mobil yang turun ya nggak mungkin Mas lah!” jawab Binar lagi.


“Oke... Isyana berdoa yang terbaik! Oh ya, balas pesan Isya ya Mas!” 


“Siaap! Eh jangan kangen ya? Mau liat nggak?" jawab Binar menggoda.


"Kangen gimana? Liat apa?" tanya Isyana.


"Kesukaan kamu semalam!" jawab Binar memberi kode.


Mendadak Isyana jadi merinding.


"Iiissh Apaan sih?" jawab Isyana mendesis.


Binar pun terkekeh. Isyana yang malu langsung menutup teleponya. Dan tanpa malu Binar yang sedang istirahat di ruanganya mengirim foto tak seno noh.


"Iih mas Jorok ih!" balas Isyana cepat dan tubuhnya bergidik. Ponselnya langsung dipegang erat takut ada yang intip padahal tidak ada orang.


Mereka pun menyudahi telponya. 


Isyana kembali menunaikan tugasnya sebagai ibu dan mahasiswa. Nenek juga kembali memanjakan Isyana memijat rutin Isyana.


"Huuft. Tinggal flek...tapi kenapa aku jadi takut sih?" gumam Isyana saat berganti pakaian di kamar mandi.


**** 


Malam harinya. Binar menemui Adnan untuk mengucapkan terimakasih. 


Adnan yang tadinya pundung diancam pacarnya. Masih akan terus pundung dan memikirkan istri orang atau berdamai dan menerima keadaan. Adnan yang sudah dewasa dan tidak ingin terus jomblo sadar. 


Adan bersama Fira memenuhi Binar. datang ke makan malam di sebuah hotel berbintang. Adan diperlakukan sangat istimewa oleh Binar.


“Lhoh... kamu yang pagi itu di green house?” pekik Binar begitu bertemu Adnan 


Adnan pun mengangguk memberi hormat. Adnan sedikit tertegun, saat mengenakan jas dan pakaian resmi, Binar jauh berbeda kelas dengan dirinya. Isyana sangat pantas lebih memilih Binar dibanding siapapun.


“Ya... saya Adnan teman Isyana!” jawab Adnan sopan.


"Silahkan dduduk. Terima kasih sudah memenuhi undangan saya!" tutur Binar sopan


Adnan dan Fira tersenyum.


Mereka pun berkenalan lalu saling mengungkapkan keperluanya. Binar ingin berterima kasih.


Sementara Adnan pulang ke kota b untuk menjenguk ibunya, ingin minta maaf dan memberi kabar pernikahanya dengan pacarnya. 


"Maaf ya. Istriku masa pemulihan saya memang melarangnya bepergian jauh dulu," tutur Binar.


"Ya Tuan. Tidak masalah!" jawab Adnan berbesar hati.


“Jadi kalian mau menikah?” tanya Binar 


“Iya!” 


“Istriku pasti senang mendengarnya. Kapan kalian akan menikah? Beritahu saya. Kalian ingin hadiah apa?” tanya Binar loyal. 


Binar ingin memberi hadiah terbaik untuk sahabat istrinya.


“Doa dan kehadiran Tuan Binar beserta keluarga merupakan hadiah terbesar bagi kami!” jawab Fira dewasa dan cepat. 


Adnan ikut mengangguk membenarkan. 


“Oke... masih satu 1 bulan kan? Semoga istriku sudah sehat begitu anak kami. Insya Alloh kita akan datang” jawab Binar. 


Mereka pun melakukan makan malam. 


**** 


Di rumah sakit.


“Tante butuh, apa Tante? Ingin duduk? Atau ingin minum?” tanya Amanda lembut ke Bu Mutia yang mulai sadar. 


Bu Mutia jadi gagu dan susah bicara. Meski sudah sadar dan selamat, Bu Wira tampak selalu diam dan terbengong.


Ditemani Rida, Amanda oleh Tuan Wira diberi tugas mengurus Lana dan istrinya. Amanda pun bersedia mengorbankan waktunya untuk melayani Bu Wira dan Lana sampai sadar dan sembuh asal tidak dilaporkan ke polisi.


Tuan Wira bilang akan memberinya tugas tambahan, sebagai jaminan tidak dimasukan ke penjara. Akan tetapi tugas dari Om Wira kata Tuan Wira akan dia katakan setelah urusanya selesai. 


Sampai Tuan Wira menyelesaiakan urusanya. Tugas Amanda adalah merawat Lana. 


"Ehm...," dehem Amanda bingung menghadapi Bu Mutia yang terus diam


"Apa Tante mau nonton film? Saya carikan film ya!" rayu Amanda menebak.


Kali ini Bu Mutia mengangguk.


Amanda pun berusaha melayani Bu Mutia sebaik mungkin.


Belum selesai Amanda melayani Bu Mutia.


Lana yang sudah mulai sadar memukul- mukul bed memanggil.


Amanda pun berlari cepat menanyakan apa yang diinginkan Lana.


****


Hhhhh...


Maaf yaa. Akunya mulai lelah. Untuk saat ini nggak bisa up banyak.


Seharian liat berita di tv dan medsos ikut prihatin atas bencana di negeri kita di Malang.


Semua kakak pembaca yang baik. semoga bisa ambil pelajaran ya. Sayangi diri dan sesama. Kita doakan saudara- saudara kita.


Dan semoga Alloh jaga kita dan negeri kita, lebih baik. Aamiin.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat admitnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 216"