Istri yang terabaikan Bab 215

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


215Bayar kesalahanmu


Demi dua gadis muda yang selalu cerewet ke Isyana tapi baik karena selalu kirim tugas dan materi kuliah, bahkan jika ada tugas kelompok selalu mencantumkan nama Isyana. Isyana pun bersedia bercerita. 


Akan tetapi tentu saja Isyana tidak cerita perihal rahasia, seperti penemuan misi Binar ataupun ruang rahasia di rumah Lana yang baru dia tahu justru setelah keluar dari rumah itu. Isyana juga tidak cerita bagian panas di kamar mandi bersama mantan gebetan gelo yang sekarang jadi suaminya. 


Isyana hanya bercerita, kalau benar dia adalah menantu Tuan Hanggara sanga Pejabat Ibukota. Dia dijodohkan oleh orang tuanya dua tahun lalu. Akan tetapi Lana tidak mencintainya dan banyak melakukan hal buruk. Hingga Isyana memutuskan berceraai. 


Terhadap Binar, mereka dipertemukan oleh anggrek dan Putri. Awal mereka menikah dan kenapa mereka menikah cepat karena Binar tidak ingin kelak Lana mempermasalahkan hak asuh anak Isyana. 


“Oh gitu, Teh?” tanya Nina dan Farah. 


“Berarti nggak bener kalau Teteh pacaran dan selingkuh?” 


“Ya nggaklah, mana ada Mas Binar sempat selingkuh. Mas Binar dan Kak Ara melakukan pengobatan di Negara Singa. Aku di sini, kuliah bareng kalian. Kalian tahu sendiri jadwal kuliah kita awal jadwalnya kek mana? Aku pagi sampai sore bareng kalian. Malam aku jualan dan ngamen sama adek aku ma nenek,” jawab Isyana lagi. 


Farah dan Nina pun mengangguk. 


“Sebelum Kak Ara meninggal, Mas Binar juga menemuiku selalu bersama Kak Ara. Nggak ada kita dekat atau ngobrol. Anakku anak Mas Lana!” jawab Isyana lagi. 


“Hmmm yaya. Tapi teteh nggak apa- apa nikah dadakan gitu? Nggak takut sakit hati kalau suami Teteh masih sayang atau belum move on dari istrinya? Kan cepet banget?” celetuk Nina spontan dan polos. 


Dalam hal ini Isyana sedikit termenung, 


“Ups Maaf Teh,” imbuh Nina kakinya langsung diinjak Farah. 


“Jujur ada, pasti! Karena sampai detik ini, aku juga nggak bisa nempatin kamar mereka!” jawab Isyana cepat dan jujur. 


Nina dan Farah pun melongo. Isyana sekarang merasa lega akhirnya ketemu tempat untuk  cerita. 


“Kamar mereka?” pekik Nina dan Farah. 


“Iyah. Semua perlakuan manis Mas Binar ke Kak Ara semua masih aku ingat jelas. Bahkan semua kenangan Kak Ara masih tertata rapih. Kalau kalian tanya sakit atau enggak? Takut atau enggak. Jelas aku takut, jelas aku sakit. Mas Binar menyatakan cinta begitu cepat, entah itu cinta sungguhan? Nafsu atau karena Kak Ara dan Putri. Semua mungkin kan? Aku hanya sellu berfikir, aku melihat kesungguhan dia melindungiku dan membahagiakanku. Dia juga selalu baik ke aku, ini demi anakku. Demi Putri juga yang harus kita besarkan bersama!” tutur Isyana panjang ingin keluarkan semua gundahnya. 


“Tapi teteh cinta kan sama dia? Nikah tanpa cinta itu nyesek lho Teh!" 


“Ya cintalah, Niin, Teh Isya normal kali, gue aja yang nggak dinikahin naksir!” sahut Farah cepat. 


“Cicing! Aing hente tanya maneh!” jawab Nina bete ke Farah.


Farah pun manyun. 


“Ya aku tahu itu. Aku juga pernah merasakan itu saat bersama Mas Lana. Mas Binar selalu yakinin aku perasaan dia nyata. Dan yang pasti aku selalu bahagia, merasa dihargai saat bersamanya. Bahkan kadang merasa kita seperti sudah kenal lama dan tidak ada Kak Ara di antara kita. Dia sangat sweet,” tutur Isyana sambil tersipu. 


“Heeem... heeem..., ya ya.” teman- teman Isyana pun langsung mendengus ngeledek Isyana. 


“Jahat nggak sih kalau aku ingin dia lupakan Kak Ara dan hanya ada aku di hidupnya?” tanya Isyana kemudian. 


Farah dan Nina saling pandang. 


“Ehm....,” Nina berdehem takut salah jawab. 


“Ya normal Teh!” jawab Farah. 


“Maksud Teteh, tadi, Teteh nggak bisa nerima kamar dia dan segala- barang- barangnya masih ada gimana?” 


Isyana kemudian cerita semua yang ditemui di kamar Binar. 


“Waaah kalau itu salah suami Teteh, harusnya udah diberesin. Terus Teteh tidurnya dimana?” 


“Di kamar Putri anakku!” 


“Hhhh....,” Nina dan Farah kemudian saling mendengus. 


“Kasian anak Teteh!” jawab Nina


“Eh tapi kan teteh masih nifas yak?” celetuk Farah. 


“Iyah...,” 


“Ya udah pumpung Teteh masih nifas. Minta atuh kamar mantan suami Teteh diberesin! Anak suami teteh, udah sekolah paud bentar lagi TK itu udah mulai ngerti Teh. Meski anak teteh mungkin pas mau tidur bareng Teteh sama suami Teteh. Tapi teteh dan suami Teteh juga harus punya ruang privasi!” 


“Iyah!” jawab Isyana. 


Tidak lama alarm jemputan Isyana bunyi. Isyana juga merasa dadanya sudah penuh. Isyana kemudian pamit pulang ke teman- temanya. 


Sepanjang jalan Isyana berfikir dan merangkai kata. Dia harus punya kamar pribadi secepatnya, tapi tidak mau menghilangkan barang Tiara, sebelum Putri dewasa dan mengikhlaskanya. 


“Semoga Putri paham dan Mas Binar setuju,” batin Isyana hendak meminta Putri tukaran kamar. 


**** 


Di Ibukota. 


Binar terus melakukan pekerjaanya bersama Tuan Priangga dan Arbi beserta tim lain. Tentu saja sebelum melakukan itu semua, yang pertama kali dilakukan ke rumah sakit dan menanyakan kabar anaknya. 


Info terbaru dosis alat yang sekarang terpasang sudah turun dan esok akan ujicoba dengan alat oksigen yang lebih sederhana. Dan seperti biasa Binar mengirim video bayi Isyana. 


Tim Tuan Priangga pun memanfaatkan musibah Bu Wira untuk mengelabuhi Tuan Wira. Beberapa pegawai diutuskn untuk pura- pura jadi timnya Om Sandi dan menjadi mata- mata. 


Operasi Tuan Wira ternyata lusa.


**** 


Di tempat lain di Ibukota. 


Adnan yang belum move on dari Isyana tampak murung uring- uringan dan meski bersama pacarnya inginya terus membicarakan kekesalanya pada Isyana. 


“Mas... stop berhenti ngobrolin Isyana kenapa sih?” bentak Fira akhirnya kesal ke Adnan. 


Adnan dalam hidupnya memang selalu bersemangat saat bercerita tentang Isyana. Fira jadi merasa cemburu dan sadar, Adnan belum move on dan menerima dirinya sepenuh hati.


Adnan langsung terdiam dan gelagapan. 

“Kita mau nikah, Mas! Aku yang sekarang ada di depanmu? Tapi otakmu selalu ke Isyana... Isyaa Isyana...Isyana terus! Kamu ngehormatin aku nggak sih?” omel Fira lagi. 


“Aku kan hanya curhat Sayang,” jawab Adnan gelagapan. 


“Iya curhat kekesalan kamu, karena kamu terus mikirin dia!” 


“Maaf, maaf maksud aku bukan begitu!” 


“Ya kalau kamu emang udah lupain dia dan anggap dia sahabat, kamu harus hargai dong keputusan dia mau nikah sama siapa aja? Bagus dong dia udah nggak bareng sama suami yang mau main tangan sama istrinya? Apa masalahnya?” cecar pacar Adnan lagi. 


Adan diam dan menunduk, mengakui salah dan dirinya masih cemburu. 


“Kalau memang di hati kamu nggak bisa nerima perjodohan kita dan kamu masih mencintai dia. Oke! Kita berakhir di sini!” ucap pacar Adnan tegas. 


Adnan tercekat, tidak bisa menjawab. Perkataan Fira ada sebagian yang benar. Tapi kan Adnan tidak bisa memiliki Isyana. Padahal Fira perempuan yang cantik, smart memberinya pekerjaan di sukai emaknya. 


Adnan tidak mau mengulang kesalahan berkali- kali. 


Fira tampak marah dan mengambil tasnya hendak pergi. Adnan pun terskak dan kelimpungan.


Tidak mau menyesal. Adnan pun langsung bangun dan lari mencegahnya. 


“Aku lupakan dia, aku ingin kita tetap menikah,” jawab Adnan. 


“Ya udah nggak usah badmood dan terus bahas dia! Bisa?” tanya Fira tegas. 


Adnan menelan ludahnya mengangguk. 


“Ya udah jawab ajakan suami Isyana untuk bertemu!” ucap Fira lagi. 


Ternyata Binar menghubungi Adnan dan mengundang untuk makan malam di ibukota. 


“Okeh!” jawab Adnan akhirnya. “Kamu  ikut!” jawab Adnan. 


**** 


Di tempat lain. 


“Tolooong.... tolong lepasin aku!” teriak perempuan berambut pirang yang di bawa sekelompok orang ke sebuah ruangan gelap. 


Akan tetapi tidak ada yang mendengar dan peduli terhadapnya. 


Perempuan itu pun hanya bisa menangis tersedu- sedu, dan ketakutan. Dia menyesali semua yang sudah dia lakukan. Dia juga meresapi semua kata Binar. 


Dan sekarang sebanyak apapun harta orang tuanya, tidak dia pegang. Entah apa yang akan dia timpa. 


Saat Amanda hendak pulang sehabis bertanya keadaan Bu Wira dan selesai diceramahi Binar, tiba- tiba Amanda dicekal beberapa pria bertubuh besar dan sekarang disekap. 


Amanda dipukuli dengan cambuk oleh anak Buah Tuan Wira. Bahkan sekarang tubuhnya sudah tidak jelass rasanya, semua sakit dan lebam. Tanganya diikat. 


“Kreek...,” suaraa pintu terbuka. 


Amanda yang menangis menunduk putus asa, dibuat tersentak dan berharap. Meski begitu jantungnya berpacu dengan rasa takut dan penasaraan siapa yang datang? 


Derap langkah sepatu terdengar ke arahnya. Seperti ada rombongan. 


“Buka penutup matanya!” titah Tuan Wira. 


Amanda yang mendengarnya langsung tersentak. 


“Tuan Wira....,” lirih Amanda. 


Pria yang ketika di depan layar televisi terlihat begitu ramah dan berkebapakan langsung menampakan wajahnya aslinya. Tatapanya begis dan kejam. 


“Kamu yang ingin membunuh istriku?” tanya Tuan Wira. 


Amanda menggeleng cepat sambil menangis. 


“Tidaak, Om. Bukan Tante Mutia!” jawab Amanda cepat.


Tuan Wira kemudian maju dan mencengkeram dagu Amanda. 


“Berani kamu mengusik, keluargaku?” tanya Tuan Wira dingin. 


Tuan Wira memang ingin memberi pelajaran kepada musuhnya dengan hukumnya. Dia belum tahu siapa Amanda dan mengira Amanda musuh yang ingin celakai Lana atau istrinya. 


“Amanda ingin celakai Isyana, Om, bukan Tante. Tolong maafkan saya! Ampuni saya... lepaskan saya!” rengek Amanda. 


Tuan Wira diam. 


Amanda kemudian menceritakan kalau dia dijebak Binar masuk ke ruang itu. 


“Siapa kamu?” tanya Tuan Wira cepat. 


“Masa Om Lupa? Aku Amanda... aku Amanda William Om!” jawab Amanda cepat. 


Tuan Wira pun mengangguk, memperhatikan Amanda dengan seksama dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. 


“Ampuni Amanda Om... lepaskan Amanda!” rengek Amanda terus. 


“Aku akan ampuni kamu. Tapi kamu harus membayar kesalahanmu!” ucap Tuan Wira dengan tampang seramnya. 


Mata Amanda langsung berbinar mengangguk. 


“Amanda akan lakukan apapun, Om!”


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat admitnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 215"