Istri yang terabaikan Bab 213

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.

Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


213 Bapak.


Sembari menunggu suaminya bangun tidur, Isyana menyibukan diri membuka buku mata kuliahnya.


Ya, Isyana sadar, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik itu sesuai keinginan atau yang di luar kuasa kita, adalah campur tangan Tuhan. Kita tidak bisa menolak harus bisa menyikapinya dengan cerdas, semangat dan syukur.


Lahir prematur dan bayinya harus dirawat ekstra di rumah sakit tak membuatnya patah hati atau terkurung dalam kesedihan.


Isyana mengambil celah, menyaring ampas positif di balik musibah. Perbedaan jarak Isyana dan bayinya oleh Isyana, Isyana manfaatkan untuk mengejar terus tugas kuliahnya.


Nasehat nenek yang sempat dia genggam erat untuk menunda nikah dan raih gelar sarjananya sudah terlepas oleh tekad Binar yang memprioritaskan hal lain.


Ya, dalam hidup kita memang beberapa kali di hadapkan oleh keadaan yang harus memilih, dan setiap pilihan akan punya konsekuensinya sendiri, meski harus mengorbankan pilihan yang lain, termasuk pernikahan Isyana yang berjalan begitu saja.


Meski begitu, Isyana tidak ingin pernikahan dadakanya menghancurkan segalanya. Pernikahan Isyana dan Binar harus Isyana maknai sebagai solusi, sebagai jalan pertolongan mulia dan sebagai jalan menuju kebahagiaan.


Isyana kemudian menghubungi temanya, jadwal kuliah hari ini jam berapa aja.


“Haiii Titaa...,” sapa Isyana ke temanya.


“Teh Isya?”


“He... aku minta jadwal kuliah sama tugasnya dong yang untuk hari ini?”


“Ehm...,” teman Isyana jadi kaget, desas desus tentang Isyana tentu saja sudah sampai ke telinga teman- teman Isyana. “Teteh udah sehat? Teteh mau lanjut kuliah?” tanya Tita.


“Iyah... lanjut dong! Teteh udah sehat Insya Alloh, kirimiin tugasnya apa aja ya!” jawab Isyana mantap. Isyana sudah libur lebih dari 3 hari.


“Ya, Teh. Nanti aku kirim via whastap!” jawab Tita.


“Makasih Taa...,” jawab Isyana tersenyum.


Isyana pun segera mentup ponselnya.


“Ehm!”


Seseorang yang sedari tadi ngorok sudah berhenti, terbangun mendengar suara Isyana dan sekarang menatap Isyana dengan tatapan siap menghakimi Isyana.


Mengetahui suaminya sudah bangun, Isyana pun tersenyum.


“Hai Mas? Udah bangun?” tanya Isyana.


Binar yang mukanya masih bau bantal dan jelek maksimal memicingkan matanya dengan tatapan tidak suka.


“Telpon siapa kamu?” tanya Binar sedikit galak.


“Ehm... telpon? Isyana telpon siapa?”


“Ya!”


“Telepon Tita!” jawab Isyana tanpa rasa bersalah.


“Tadi kamu bilang apa sama dia? Tanya apa?” tanya Binar lagi ketus.


Isyana mulai menangkap aura kemarahan.


“Tanya jadwal kuliah hari ini?” jawab Isyana mulai pelan.


“Ck!” Binar langsung berdecak keras menunjukan ekspresi tidak sukanya secara jelas. Isyana pun jadi kaku menunduk.


“Kamu mau kuliah?” tanya Binar.


“Ehm... ,” dehem Isyana ragu.


Binar terus menatapnya. "Kenapa diam?"


“Iyaah!” jawab Isyana pelan.


“Hhhh...,” Binar menghela nafasnya pelan dan menegakan duduknya lalu mendekat ke istrinya.


“Kamu lho baru melahirkan, suamimu ini punya kantor. Mertuamu itu punya 3 perusahaan besar, belum perusahaan kecil di bawah naungan Suntech, karyawan mertuamu itu ada lebih dari 50.000 orang. Kenapa sih masih mikirin kuliah? Hah?” tanya Binar menatap Isyana heran.


“Ehm...maaf Mas, tapi kan itu Mas dan Papah, bukan aku!” jawab Isyana masih berani menjawab meski pelan dan lirih.


“Haissshh...,” desis Binar mengacak- acak rambutnya sambil melebarkan bola matanya yang baru bangun tidur dan ingin ditidurkan lagi.


Ada aja yaa pikiran Isyana. Orang lain bersuamikan orang kaya kan enak tinggal jadi Nyonya.


Isyana hanya diam dengan tampang polosnya, tau sih Binar pasti akan marah.


Tapi Isyana akan lebih stress jika diam di rumah besar dan bingung mau apa sebab semua sudah dikerjakan art.


Nenek saja sudah kebingungan dan ribut kapan bayi Isyana dibawa pulang atau nenek balik lagi ke rumah kecilnya.


“Meski itu bukan kamu, tapi aku suamimu. Papah itu ya Papahmu. Apa lagi yang kamu khawatirkan? Untuk apa kuliah?"


"Ya Isyana suka, Mas!" jawab Isyana cepat dan asal.


Binar pun geleng- geleng kepala semakin heran.


"Yakin hanya karena suka? Perempuan itu tugasnya jadi ibu dan jadi istri. Uang kamu butuh berapa. Pegang kartu Mas. Belanjalah sesukamu. Sudah sih, fokus di rumah, temani Putri. Sehat- sehat di rumah. Urusan kuliah gampang! Udah nggak usah berangkat dulu!” tutur Binar tepat sesuai dugaan Isyana.


Isyana pun mengigit bibirnya ragu, mau jawab atau patuh.


“Ehm... boleh Isyana jawab?” tanya Isyana sopan. Kalau saja status mereka belum suami istri Isyana sudah jawab cepat.


“Hmmm...,” jawab Binar malas.


“Putri sekolahnya sampai siang Mas, semua pekerjaan rumah sudah dikerjakan ART, bayi Isyana juga belum dibawa pulang. Isyana juga nggak ada keluhan lagi, tinggal tunggu darah Isyana berhenti keluar. Kalau di rumah terus Isyana malah mikir yang nggak jelas, Isyana jadi ingin ikut ke Ibukota aja tunggu bayi Isyana. Kalau kuliah otak Isyana kan jadi berfikir tentang kuliah. Di kampus Isyana kan sama aja duduk berangkat dan pulang diantar jemput juga kan? Jadi...,” jawab Isyana beralasan, tapi dipotong Binar.


“Ehm...,” dehem Binar memotong.


Istrinya pandai sekali beralasan, dan Binar sepertinya luluh.


"Isyana belum selesai!" sambung Isyana sekarang lancar bicaranya melihat ekspresi Binar yang mulai di bawah pengaruhnya.


"Di masa depan. Putri akan semakin bertambah pendidikannya dan pola pikirnya. Begitu juga Mas dan anak kita yang lain. Kita hidup tidak hanya untuk hari ini Mas. Bekerja atau tidak bekerja. Tapi Isyana jadi istri Mas dan jadi Ibu anak- anak. Isyana akan dampingi kalian dan membersamai kalian, juga teman- teman Mas!"


"Kuliah tidak hanya untuk mencari uang dan kedudukan. Tapi membuka pola pikir, wawasan dan otak Isyana agar kelak Isyana juga bisa nyambung kalau diajak ngobrol sama Mas, teman- teman Mas. Juga saat bercerita dan jadi ibu untuk anak- anak kita!"


“Jadi Isyana mohon, anggap aja Isyana lagi cari hiburan dan main. Boleh ya...,” tutur Isyana merayu.


Fiks, Binar pun kalah telak setelah Isyana mengeluarkan semua ultimatumnya.


“Kamu yakin nggak tambah stress dan capek?” tanya Binar singkat.


“Nggak, Mas! Isyana nggak akan stress dan nggak akan target apapun yang berlebihan atau membebani. Isyana mau kuliah happy!” jawab Isyana terus merayu.


"Nomer satu kesehatan. Mas dan Anak. Paham?"


"Yap!" jawab Isyana cepat.


Binar pun mengangguk dan akhirnya boleh. Tentu saja Isyana sangat bahagia, dan saking bahagianya Isyana spontan mendekat ke Binar memeluknya dan mencium pipinya. Binar jadi tambah luluh.


“Jam berapa sekarang?” tanya Binar.


Isyana pun memberitahu sudah jam 08.15 menit. Binar lumayan sudah sekitar 4 jam. Binar pun segera mandi, bersiap pergi dan sarapan.


Setelah sarapan mereaka pun menunaikan undangan polisi. Sesuai perkiraan Binar, mereka memang mendapatkan pengakuan dari si pelaku, Mika biang keroknya.

Isyana pun menjawab sejujurnya, tentang masalalunya dan keterkaitanya dengan Mika. Termasuk siapa Adnan. Binar dan Isyana juga memberikan detail info tentang Mika, kampusnya bekerja apartemen yang dulu dibelikan oleh Lana, dan orang tua kandungnya.


Polisi pun mengangguk dan puas dengan semua keterangan Isyana.


“Sekarang tahu kan?” tanya Binar kemudian setelah sampai di mobil.


“Tau apa?”


“Banyak yang ingin celakain kamu. Mulai sekarang jangan makan- makanan sembarangan yang dikasih orang. Jangan anggap semua orang itu baik. Anggap semua orang itu jahat!"


"Iiisssh...," desis Isyana pendapat Binar untuk orang awam aneh. Tapi untuk pembisnjs mungkin itu prinsip tersendiri agar tidak mudah tertipu.


"Dan yang paling penting. Pulang dan pergi diantar,” ucap Binar posesif.


“Iya Mas... tapi jangan terlalu cemas juga. Kecemasan adalah salah satu dari penyakit, yang menakutkan, dan pasti ujungnya nggak baik. Isyana akan waspada, tapi kita juga harus percaya kematian itu takdir. Lebih dari sekedar waspada terhadap kejahatan orang. Terus berbuat baik dan mempersiapkan kematian itu jauh lebih penting. Kalau emang belum waktunya segimana pedang menancap di dada kita, kita akan selamat. Begitu sebaliknya!” tutur Isyana keluar sifat emak versi ustadzah.


“Hmmm..., ya.” Binar yang malas diceramahi walau di hatinya membenarkan hanya berdehem.


Malas saja istrinya ternyata mulai pandai bicara dan cerewet.


Isyana pun diantar ke kampus, sementara Binar kembali ke Ibukota.


****


Siangnya.


Bapak dan Ibu Mika kaget, mereka selalu menjadi warga negara yang baik, taat membayar pajak baik kendaraan atau tanah dan bangunan, tidak pernah bermasalah atau jahat ke orang. Ada apa gerangan Polisi datang.


“Selamat siang? Pak, Bu!” sapa Polisi.


“Ya.. siang! Ada apa ya Pak?”


“Benar di sini kediaman, Nona Riri Mika Haliza?” tanya Polisi.


“Dheg!”


Bapak dan Ibu Mika saling pandang, degub jantung mereka perlahan naik, kakinya terasa berat seperti ada tali yang merayap perlahan mengikat sesak. “Ulah apa lagi yang dilakukan anak cantiknya?” Bapak Mika pun terdiam kaku, bibirnya kelu untuk menjawab, pasti ada masalah dengan Mika.


“Benar!” jawab Ibu Mika pelan tahu suaminya tampak Syok.


“Apa Nona Mika ada di rumah?” tanya Polisi.


“Ya. Ada... ada apa, ya Pak?” jawab Bapak Mika akhirnya.


“Bisa minta tolong, panggilkan Nona Mika? Kami akan beritahu nanti!” jawab Polisi.


Bapak dan Ibu pun mengangguk walau tatapannya pias dan ragu.


“Biar Ibu panggil, Pak!” bisik Ibu tiri Mika.


“Jangan!” cegah bapak Mika. “Dia hanya akan menyakitimu. Aku saja. Buatkan tamu kita air teh aja, biar duduk dulu!” jawab Bapak Mika lembut.


Bapak Mika tahu putri sulungnya semenjak ibunya memutuskan menikah lagi dan meninggalkanya jadi susah diatur dan urakan.


Bapak Mika pun berjalan dengan langkah gontai, hatinya hancur berkeping, bahkan kedua manik matanya mulai berkaca menahan pedih.


Dia meras gagal menjadi seorang ayah. Entah apa masalah Mika yang pasti berurusan dengan polisi bukan hal yang baik.


“Mika bangun!” ucap Bapak Mika lagi.


Mika benar- benar tidur lagi setelah sempat beradu mulut tadi.


“Iiiih bapaaak! Baweeell banget sih!” jawab Mika masih saja kurang ajar. “Mika udah bilang, Mika mau tidur!”


“Plak!”


Akhirnya kali ini, bapak Mika kehilangan kesabaran. Satu tamparan mendarat ke pipi Mika yang bekas cakaran pacar Andre masih ada baru mulai mengering.


“Bapak!” pekik Mika matanya melotot ke Bapaknya.


"Begini sikapmu pada Bapakmu?"


"Ya Bapak kenapa sih? Bawal banget. Udah Mika bilang Mika mau tidur!"


“Bapak salah sudah terlalu percaya dan membebaskanmu Mika. Kamu sudah semakin dewasa, kapan kamu bisa memaafkan ibumu dan menghargai hidupmu? Kebencianmu tidak akan membahagiakanmu, kenapa kamu terus menuruti dendam dan sakit hatimu sehingga kamu menjadi perempuan mengerikan seperti ini?” tanya Bapak Mika dengan suara parau dan bergetar.


Mika cukup tersentil dengan perkataan bapaknya menyebut kata ibu. Ada sayatan yang membuat perih hatinya, sehingga Mika terdiam memegangi pipinya tidak menjawab lagi.


"Bapak gagal mendidikmu. Mungkin memang harus Tuhan yang mendidikmu," lirih Bapak Mika.


"Bapak ngomong apa sih?" gerutu Mika.


“Bangun dan keluarlah!” ucap Bapak Mika pelan.


“Nggak!” jawab Mika masih keras kepala.


“Ya sudah, kalau kamu tidak mau keluar, biar mereka yang jemput kamu ke kamar ini!” jawab Bapak Mika kemudian.


“What?” pekik Mika kaget, “Jemput? Siapa yang datang?” tanya Mika mengira itu Lana atau mungkin Andre.


“Cepat keluar dan jelaskan pada Bapak, apa yang terjadi!” ucap Bapak Mika lagi.


Mendengar perkataan bapaknya, tanpa cuci muka, hanya mengambil acak ikat rambut yang ada di nakas, Mika langsung loncat tanpa merapihkan kasurnya. Mika mengikuti langkah bapaknya kelar kamar dan menuju ke kamar tamu.


“Gleg!”


Seketika itu langkah Mika terhenti di depan pintu. Tubuh Mika gemetaran kaget. Mika menoleh ke bapaknya.


“Bapak siapa mereka? Kenapa polisi ke sini?” tanya Mika gugup.


“Duduklah! Bicarakan baik- baik apa yang terjadi?” ucap Bapak Mika tabah dan tenang.


Mika malah menggelengkan kepalanya dan air matanya keluar.


“Bapak jahat, bapak yang laporin Mika ke mereka? Bapak mau penjarain Mika? Hah!” teriak Mika malah histeris dan menuduh bapaknya.


Ibu Mika yang membawa makanan sampai kaget dan hampir jatuh mendengar Mika. Polisi dan Bapak juga ikut berdiri. Bapak semakin yakin anaknya sudah melakukan hal jahat sampai bicara begitu.


“Bapak tidak tahu apapun, Nak!” jawab Bapak Mika.


“Nggak...aku nggak mau dipenjara!” teriak Mika kemudian berlari keluar.


Polisi pun langsung sigap mengejar.


Bapak Mika pun memijat keningnya menahan sabar.


Karena komplek rumah Bapak lumayan padat, polisi dengan mudah menangkap Mika.


Mika langsung dibawa ke mobil polisi. Sementara satu polisi kembali berpamitan pada Bapak Mika.


“Saya akan ke kantor nanti, Pak!” jawab Bapak Mika tegar, walau hatinya menangis.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat admitnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 213"