Istri yang terabaikan Bab 209

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


209 Amanda


"Kamu harus mati janda bunting siaalan." Umpat Amanda sangat frustasi dan patah hati.


Bahkan dia meminta supirnya pulang naik taksi.


Amanda nekat ke rumah sakit Bakti Sehat. Amanda seperti kerasukan setan. Amanda naksir Binar sejak pertama orangtuanya dan Tuan Priangga mengadakan makan malam.


Hanya saja malam itu belum kenalan. Amanda sudah keduluan Tiara.


"Seharusnya sejak anak Binar terus menyebut nama perempuan bunting itu, aku curiga mereka ada hubungan. Harusnya aku cepat tanggap buat singkirin.  Mereka pasti belum menikaah… argh!" batin Amanda terus mengumpat, berandai- andai, menyalahkan yang telah terjadi dan tidak terima dengan kenyataan yang ada.


Ya, padahal itu sifat yang dilarang Tuhan. Terhadap sesuatu, sebagai orang yang beriman harusnya sadar semua sudah jadi kehendaknya. 


Tapi Amanda dibutakan oleh cinta yang penuh ambisi. 


"Aku sudah menanti kematian Tiara bertahun- tahun, seharusnya sekarang Binar jadi milikku. Berani- beraninya perempuan bunting itu datang dan menghancurkan semua mimpiku. Kamu harus mati juga! Kamu harus susul Tiara!" gumam Amanda bertekad.


Bahkan Amanda sudah membeli racun. Amanda berencana menjenguk Isyana sebagai teman Binar dan Lana. 


Amanda membeli separcel buah dan satu kotak kue coklat lumer, sebagai bentuk simpatinya pada istri Binar yang baru saja melahirkan.


Amanda akan menaburkan racun ke dalam kue itu.


Sesuai rencana Binar, Amanda sampai ke rumah sakit Lana, bertanya ke petugas informasi tentang pasien bernama Isyana Putri Anjani. Petugas pun bertanya nama Amanda.


"Harus ya? Penjenguk ditanyai namanya?" Tanya Amanda curiga.


Di rumah sakit lain kan tidak serumit itu, masuk rumah sakit yang penting saat jam besuk atau membawa kartu penunggu bukan ditanya identitas.


"Maaf Nyonya. Peraturan kami begitu?" Jawab petugas berbohong tapi mematuhi atasan. Tidak berbohong sih, perintah si pemilik kan berarti peraturan, meski lisan dan hanya berlaku saat itu.


Amanda pun mendengus kesal dan menjawab malas.


"Namaku Amanda. Perlu sama ktp juga?" 


"Tidak Nyonya!" Jawab petugas 


Dipanggil Nyonya Amanda yang seharusnya sudah menikah dan punya anak pun mendelik kesal dan tersinggung merasa dihina. Amanda kan tidak bisa move on dari Binar padahal usianya sudah masuk kepala tiga. Makanya tetap perawan.


"Kamu bilang apa, Nyonya?" bentak Amanda.


Petugas pun gelagapan menunduk bingung.


"Ma- ma- maaf!" jawab petugas tidak mengerti dimana salahnya.


Dia melihat wajah Amanda sudah matang dia kira Amanda memang sudah Nyonya, apalagi penampilanya yang resmi. 


"Kurang ajar kamu ya, aku belum Nyonya. Aku saja sama kamu masih cantikan aku. Beraninya menghinaku!" omel Amanda lagi sensitif dan emosi.


"Maaf saya tidak bermaksud begitu!"


"Sudah cepat katakan dimana kamar tempat Nyonya Isyana dirawat?"


Petugas pun memberikan informasi kamar dan bangsal dimana Lana dirawat. Setelah dapat, Amanda pun berjalan cepat dan pergi.


Petugas hanya melongo setelah Amanda pergi. 


"Dia masih gadis gaees…perawan tua kali?" bisik teman satunya yang cari aman tapi nguping.


Petugas yang kena semprot pun mencebik.


"Iyalah jadi perawan tua. Meski cantik galak gitu. Eh tapi kenapa Tuan Binar suruh kita bohong ya? Itu kan kamarnya Tuan Lana?" 


"Entahlah. Bukan urusan kita. Sengaja kali ngerjain orang galak begitu. Dari bibirnya aja keliatan judes!" petugas itu malah ngerumpi


"Ehm…." Sejurus kemudian Binar datang berdehem


Petugas pun langsung diam dan memberi hormat. 


"Selamat Malam Tuan!"


"Apa dia jadi kesini?" tanya Binar.


"Baru saja, Tuan!" jawab Petugas.


Binar pun mengangguk dan segera berjalan ke tempat Lana dirawat.


Binar membuntuti Amanda, tapi jika Amanda lewat lift Binar lewat tangga dan mengintai dari kejauhan.


"Sedang apa dia?" gumam Binar melihat Amanda.


Amanda tidak langsung ke kamar rawat rupanya, dia mampir mencari lorong yang tidak ada cctvnya.


"Whaat? Shyiiiiit," umpat Binar geram.


Binar melihat dengan mata kepalanya sendiri, Amanda menabur racun di atas kue lalu mengemas kembali dan memberi label lagi. 


"Amanda serendah itukah kamu. Kamu mencari istriku untuk membunuhnya?" gumam Binar menelan ludahnya tidak menyangka. Binar mengepalkan tanganya geram.

Binar ingin maju dan memergoki langsung. Tapi langkah Binar tertahan. Pertunjukan asik yang dia ingin belum terjadi. Binar ingin tahu reaksi Amanda melihat Lana berbaring lemah. 


"Okeh. Mari kita mulai permainannya Amanda," batin Binar bersembunyi lagi.


Amanda berjalan cepat menuju ke ruang Lana.


Binar terus mengikuti dari kejauhan. Dan di dalam perjalananya Binar pun berfikir.


"Kalau benar itu racun? Racun apa? Bagaimana kalau Lana dan Tante Mutia yang memakanya?" batin Binar sekarang jadi panik


Walau Bu Mutia dan Lana jahat, tapi Binar masih punya hati dan tidak kejaam.


Tinggal menunggu waktu Tuan Wira akan segera ketahuan dan hancur karirnya. Lana juga tidak tahu akan sembuh atau tidak, sebab kata Arbi alkohol sudah membuat lambung Lana terjadi perdarahan. Usus Lana juga jadi radang. Untung segera ditangani sehingga belum merusak jantung dengan parah. 


Masa iya Bu Mutia harus meninggal juga kena racun Amanda.


Binar pun berjalan cepat menyusul agar jangan sampai Bu Mutia memakan roti itu 


Sayangnya dari tempat Binar beranjak Amanda terlihat sudah masuk ruangan.


"Drrrrttt…," saat Binar hendak berlari, ponselnya berbunyi. 


Untuk nada dering Tuan dan Nyonya Priangga ayah ibunya dan Isyana istrinya serta Putri anaknya, Binar memasang nada dering khusus. Dan itu satu di antara mereka.


Binar jadi terhenti angkat telepon dulu. Prioritas Binar kan keluarganya dan orang tuanya. 


****


"Kamar Aster nomer 1A," eja Amanda


"Ya benar ini kamarnya," batin Amanda senang lalu mengetuk pintu dan membukanya.


"Permisi, selamat malam," sapa Amanda.


Amanda dan Binar sampai ke rumah sakit Bakti Sehat malam, sebab dari rumah sakit Mutiara Sehat sudah sore.


"Malam…," sahut Bu Mutia dari dalam.


"Jedeerr," Amanda pun dibuat terbelalak kaget. "Kok ibunya Mas Lana?" batin Amanda.


Amanda mendadak canggung dan dheg- dhegan bingung. Tapi karena sudah ada di hadapan Bu Mutia. Amanda tetap memaksa diri tersenyum dan membungkuk memberi hormat sambil membawa tentengan buah dan kue.


"Malam Tante?" sapa Manda menundukan bahunya.


Bu Mutia tampak memperhatikan Amanda dari bawah sampai atas.


Amanda jadi keki. Dia belum melihat pasien yang memakai selimut di bed sakit. "Oh ya. Perempuan bunting itu kan jandanya Lana. Kalem Amanda," batin Amanda merilekskan diri. 


"Malam… siapa ya? Kaya pernah liat. Teman Lana ya?" Tanya Bu Mutia.


Manda pun tersenyum mengangguk. 


"Iya.. Tante," jawab Manda sambil mengulurkan oleh- olehnya. "Ini tante oleh- oleh dari saya biar cepat sembuh!"


"Oh terima kasih sekali kebetulan Tante belum makan. Tante boleh ikut makan kan? Baru mau minta tolong ke pegawai antar makanan. Makasih juga ya sudah berkenan menjenguk Lana," ucap Bu Mutia menerima bingkisan dari Amanda.


"Tttap.. tapi Tante?" ucap Amanda gugup.


Amanda jadi panik mendengar Bu Mutia kelaparan dan ingin makan. Lalu dia juga semakin terkejut dan syok mendengar kata menjenguk Lana. "Lana?" Batin Amanda. Amanda menelan ludahnya dan melirik ke bed pasien. Ya pasien yang berselimut dan memakai oksigen tampak panjang tidak kecil.


"Tau darimana Lana sakit?" tanya Bu Mutia sambil membuka bungkusan dari Amanda.


"Hooh," Amanda pun menegang bingung.


Amanda pun melotot ke kue itu. Amanda ingin menarik cepat mencegah Bu Wira memakan roti itu. Tapi dengan cara apa dan kata apa.


"Ehm…Tan- tante," ucap Amanda gugup.


"Ya? Kok nggak jawab. Tau darimana Lana sakit?" Tanya Bu Wira sudah menemukan sendok coklat nya.


Nafas Amanda semakin memburu. Amanda harus mencegah Bu Mutia makan kue itu tapi apa alasan Amanda. Masa iya Amanda bilang janhan dimakan karena ada racunya.


Sementara sambil duduk dan bertanya Bu Mutia tampak mulai mengambil coklat lumer itu. 


****


Hehe yang protes alur buat cerita sendiri ajaa....


Author sedang menyusun alur waktu penyelesaian konflik. Mumet nyatuin satu- satu.


Maaf kalau panjang. Semoga tetap dapet feelnya ya. Aamin.


Semoga Alloh kasih ide Author ngerangkai kata yang pas dpt feel.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat admitnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 209"