Istri yang terabaikan Bab 204

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.

Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


204 Nggak ada solusi lain


“Maaf!” ucap Binar begitu menebak alasan Isyana menangis.


Isyana terus menatap foto pernikahan mereka sambil berderai air mata.


“Apa itu nenyakitimu? Mas minta maaf. Mas lepas ya!” lanjut Binar bertanya tanpa jawab.


Binar beringsut hendak turun dari ra*jangnya


“Jangan!” cegah Isyana meraih tangan Binar.


“Kenapa?” tanya Binar lagi, jadi bingung terhadap Isyana.


Isyana malu ketahuan Binar tidak nyaman dengan foto Tiara, Isyana malu ketahuan cemburu. Isyana malu dianggap egois padahal dirinya merasa dirinya hanya yang kedua.


Isyana pun menyeka air matanya cepat.


“Biarkan Mas. Isyana nggak mau jahat. Ini kamar Kak Ara. Isyana hanya orang baru. Kak Ara pasti sedih jika tahu, foto dirinya harus dilepas karenaku. Isyana minta maaf. Isyana tidur di kamar Putri saja atau kamar lain,” ucap Isyana lagi menunduk tidak berani menatap Binar.


“Haiiissshh...,” desis Binar frustasi dan mengacak rambutnya.


Kenapa Isyana jadi sensitif begitu dan berfikir jauh sekali.


Binar tidak mau mengikuti Isyana yang baper. Binar yakin Tiara sudah beda alam dan tidak ada istilah sakit hati.


Binar kemudian turun, berdiri hendak bermelepas foto pernikahanya.


Isyana yang labil jadi emosional dan ikut turun mencegah. Isyana memegang tangan Binar dan menariknya.


“Jangan!” bentak Isyana lagi dengan emosional.


“Hhhhh...,” Binar menghela nafasnya.


Binar jadi pusing menghadapi istri barunya itu.


Lalu Binar berdiri menatap istrinya yang berdiri di depanya itu. Ternyata menjengkelkan, saat dia tidak bisa memahami perasaan orang lain.


“Aku bilangg jangan dilepas Mas!” ucap Isyana lagi.


Binar pun mengatur emosinya agar tidak marah dan tambah menyakiti Isyana. Binar kemudian mendekat dan meraih bahu Isyana.


“Sayang... lihat Mas!” tutur Binar.


Perlahan Isyana pun mendongakan kepalanya ke atas dan menatap suaminya.


“Kamu sekarang istriku! Hanya kamu. Katakan apa yang kamu mau, katakan apa yang kamu suka dan katakan pula apa yang membuatmu tak suka atau tak nyaman?"


"Mas tidak suka melihat orang menangis. Apalagi itu kamu, jika kamu menangis begini. Ini lebih menyakitiku. Apa kamu masih tidak mengakui aku suamimu?” tanya Binar menatap tajam Isyana.


Isyana tidak menjawab. Perasaanya campur aduk. Tapi Isyana merasa, seperti ada Tiara di antara mereka.


“Isyana minta maaf Mas!” jawab Isyana menitikan air matanya lagi.


“Ssssttt... ya tapi jangan nangis gini, dong!” ucap Binar tanganya terulur menyeka air mata Isyana.


“Isyana minta maaf, Isyana ngrasa jahat Mas! Di kamar ini Isyana rasa ada Kak Ara. Apa Isyana salah, jika Isyana ingin mas hanya jadi suami Isyana?”


“Krep!” mendengar itu Binar langsung maju memeluk Isyana.


“Isyana minta maaf Mas! Isyana egois, Isyana minta maaf...” ucap Isyana berulang sambil terisak di pelukan Binar.


Binar tidak menyangka Isyana sesensitif dan serapuh itu padahal dia kira Isyana kuat.


Tapi kan sekuat- kuatnya perempuan dia tetap mempunyai sisi hati yang sensitif.


“Ya.. ya.. mas maafkan, kamu nggak egois kok. Katakan apa yang kamu inginkan? Jangan menangis begini?” tanya Binar sambil membelai rambut Isyana.


“Maafin Isyana...,” ucap Isyana lagi.


“Hih! Jangan minta maaf terus kamu nggak salah kok!”


“Isyana tidak nyaman di kamar ini, Mas! Isyana ingin di kamar Putri saja, atau di kamarku yang dulu!” jawab Isyana lagi.


Walau hanya beberapa hari, Isyana kan pernah tinggal di rumah Binar saat kebakaran.


Isyana menempati kamar tamu di lantai bawah dan berdekatan dengan kamar Bu Dini.


“No! Kamu istriku, kamu nyonya di rumah ini. Aku ingin kamu ada di sampingku. Kamar itu terlalu sempit, tidak ada kamar mandinya. Kamu tidak boleh di situ!” jawab Binar tegas dan beralasan.


Isyana pun menelan ludahnya.


Ya benar memang rumah Binar di kota B itu tidak terlalu besar, sesuai inginya Tiara. Hanya ada dua lantai, tak seperti rumah utama yang di tempati Bu Dini saat Isyana antar anggrek. Begitu besar luas dan tidak hanya ada satu bangunan.


Rumah Binar, lantai dua khusus untuk ruang gym Binar, ruang kerja dan hanya ada kamar Putri dan Binar.


Akan tetapi meski hanya ada dua kamar, semuanya luas dan lengkap.


Berbeda di lantai satu, ada ruang les, mushola, ruang tamu, ruang keluarga dapur kamar tamu, kamar Bu Dini, kamar untuk asisten rumah tangga dan juga dapur.


Kamar tamu yang Binar sediakan kamar mandinya di luar dekat mushola keluarga. Tak seperti kamar utama yang dulu di desain untuk Tiara yang sakit.


Bahkan meski hanya dua lantai tetap ada liftnya memudahkan Bu Tiara yang memakai kursi roda. Semua didesain dan diperuntukan untuk Tiara. Karena tinggal di kota B juga demi Tiara.


“Tapi Isyana nggak nyaman di kamar ini Mas!” jawab Isyana

“Kenapa? Karena ada barang- barang Tiara? Maafin Mas, mungkin Mamah sibuk urusin Putri jadi tidak berfikir jauh ke situ!” jawab Binar menjelaskan.


Ya tadinya, Bu Dini kira, Binar dan Isyana akan pulang ke Ibu kota, karena kan bayi Isyana masih belum boleh alih rawat.


Bu Dini justru sibuk di kebun. Bu Dini justru memikirkan tempat Isyana kelak jemur bayi kecilnya lalu membayangkan Putri bermain bersama adik kecilnya di luar ruangan. Kapan lagi Bu Dini berkebun jika tidak libur kan keseharian Bu Dini di Ibukota.


Masalah kamar, Bu Dini berfikir itu privasi. Bu Dini hanya menyiapkan pakaian karena memang pakaian itu sudah ada sejak saat Isyana tinggal di rumah itu pasca kebakaran.


Akan tetapi karena Binar ditelepon Tuan Priangga besok pagi harus bekerja, Binar berubah haluan.


Mbak Nik dan Bu Dini yang diberi kabar sore hanya fokus menyiapkan makanan dan merawat Putri yang tiba- tiba sakit.


Bu Dini juga hanya meminta Mbak Nik memindahkan barang Isyana di kamarnya dulu dibawa ke kamar Binar.


Tentang isi kamar Binar, baik Bu Dini apalagi Mbak Nik tidak ada yang berani mengotak- atik.


Kamar itu milik Binar Itu ranah privasi Binar. Bu Dini menghargai itu. Selain itu, Putri yang sakit lebih penting didampingi.


Binar sudah dewasa dan bukan anak remaja lagi. Bahkan saat Binar sd pun, Bu Dini membiarkan Binar mandiri berkreasi tanpa intervensi. Dulu Bu Dini hanya sesekali memeriksa dan mengontrol. Apalagi sekarabf menikah dua kali.


“Intinya Isyana nggak nyaman di sini Mas, walau bagaimanapun, pasti banyak kenangan mas di sini bersamanya. Isyana sakit membayangkan banyak hal yang dilakuksn mas dan Kak Ara di sini. Isyana nggak bisa. Isyana minta maaf!” ucap Isyana akhirnya mengungkapkan perasaanya.


Binar pun terdiam berfikir. Tapi kemudian tersenyum. Itu tandanya Isyana sangat cemburu pada Binar. Bahkan pada perempuan yang sudah tidak ada.


“Oke... kalau gitu kita beli rumah baru?” tanya Binar cepat.


“Gleg!”


Mendengar pertanyaan Binar Isyana malah tersentak. Seharusnya bahagia tapi semakin membuatnya merasa salah.


“Nggak! Itu berlebihan Mas!” jawab Isyana menggeleng.


“Ck... terus apa mau kamu?” tanya Binar mulai hilang kesabaran.


Isyana dan Tiara memang kontras. Tiara tidak sesensitif dan semanja Isyana.


Isyana tidak menjawab. Isyana bingung sendiri. Perempuan kan suka gitu, kode- kode ingin dimengerti tapi gengsi.


Binar semakin tidak sabar.


“Kita rombak kamar ini ya? Kamu yang tentukan semuanya!” sambung Binar lagi.


Isyana masih menggelengkan kepala.


Binar pun tambah kesal dan mengacak- acak rambutnya.


“Terus gimana biar kamu nyaman, Sayang?” tanya Binar frustasi.


“Kalau dirombak Isyana takut Mas, Putri akan sedih karena semua kenangan ibunya digantikan aku. Putri pasti akan menganggapku jahat. Walau bagaimanapun. Putri pasti merindukan ibunya.” jawab Isyana.


“Huhhhh...,” Binar pun menghela nafasnya pusing.


“Maaf! Isyana butuh waktu! Isyana ingin berssma Putri dulu!” sambung Isyana tidak berani menatap Binar lagi.


Binar jadi gemas sendirinya.


Sepertinya dia memang harus mengalah pada Putri.


“Oke... Mas akan telepon Pak Jodi. Kalau kami pikir Putri berhak mengenang ibunya. Biar Putri pindah ke kamar ini. Kamar Putri untuk anak kita kelak. Kita tambah satu lantai untuk kita!” jawab Binar berfikir cepat.


“Gleg!” Isyana menelan ludahnya kaget menatap Binar.


“Nggak boleh bantah! Nggak ada solusi lain!" sahut Binar cepat tahu istrinya terkejut.


"Nggak ada jawaban kamu berlebihan lagi. Nggak ada yang bilang kamu egois atau jahat. Berapa kali mas Bilang. Tiara sudah di surga dalam pelukan Tuhan. Mas hanya punya kamu seorang! Anak kamu kelak besar dan butuh kamar, kamat Putri kita ganti desai cowok dan kita bikin anak lagi! Nanti kita buatkan kamar di lantai tiga. Ide bagus kan?” jawab Binar tegas.


Isyana tidak menjawab dan hanya diam melotot.


“Untuk malam ini, kalau kamu nggak nyaman di sini. Oke kita tidur di kamar Putri! Tapi tidak di kamar tamu! Dilarang tidur di bawah. itu bukan kamarmu!” jawab Binar lagi mengakhiri perktaan.


"Ya!" jawab Isyana akhirnya lega.


Kali ini Binar tidak peduli Isyana yang masih berdiri mematung. Binar mengambil selimut dan berjalan ke kamar Putri.


Adik kecil Binar terpaksa mengecil karena pusing.


Sepertinya memang harus menunggu darah nifasnya berhenti mengalir.


Isyana pun mengikutinya.


“Udah tidur!” ucap Binar berbaring di kamar Putri.


Malam itupun mereka bertiga tidur di kamar Putri tidak mengindahkan warning dari Bu Dini. Nyatanya Putri memang tidak bangun.


Bu Dini kan melarang Binar dan Isyana karena ingin Isyana dan Binar dekat. Selama ini mereka dekat selalu karena ada Putri. Tapi Isyana lebih nyaman dengan itu semua.


****


(Jangan lupa pencettt biar admin semangat postingnya hehehehe)makacciihh kak😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 204"