Istri yang terabaikan Bab 203

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


203 Maaf


Bu Dini pun bangun dari duduknya meninggalkan pasangan pengantin baru. Ada kelegaan di hatinya melihat Putra semata wayangnya seperti kembali bernyawa. Sorot matanya memancarkan kecerahan dan semangat.


Kini di ruang tamu hanya tinggal Binar dan Isyana mereka pun saling tatap.


"Kenapa cemberut gitu?" tanya Binar langsung menangkap aura suram dari istrinya.


"Ciiiit!" Tidak menunggu di kamar Isyana langsung mencubit paha Binar


"A.a.ak!" jerit Binar mengaduh.


"Kenapa lagi sih? Suka banget cubit- cubit?" tanya Binar mesra ke Isyana.


"Mas ngadu ke Mamah kalau Isya nangis?" tanya Isyana keningnya mengkerut.


"Jangan manyun gitu dong, dengerin dulu cerita Mas!"


"Iiih tuh kan bener? Kapan ngadunya? Bete ih suka ngadu!" keluh Isyana mulutnya langsung mencucu dan pipinya yang memang bulat semakin membulat.


Binar yang melihatnya bukanya merasa bersalah malah terkekeh dan langsung menangkup kedua pipi Isyana gemas dengan kedua tanganya.


"Uuuuh!" keluh Isyana bibir nya jadi mecucu maksimal membentuk cocor bebek.


Isyana berusaha menangkis tangan Binar, tapi bukanya melepas malah Binar mengecup Bibir Isyana.


"Cup!" bibir mereka pun bertemu untuk yang kesekian kalinya, setelah itu Binar baru melepasnya sambil tersenyum.


Isyana benar- benar diperlakukan selayaknya bayi besar.


"Iih...," pukul Isyana lagi. "Bete!" tutur Isyana merajuk dicium tak membuatnya sembuh.


"Mas niatnya ngubungin anak- anak buat urus masalah itu. Mamah dengar, terus tegur Mas. Ya mas cerita dong. Masa Mas biarin kamu nangis gitu? Nggak ada tindakan apa- apa!" jawab Binar menjelaskan.


"Ooh gitu?" tanya Isyana mengangguk sekarang jadi mengerti.


"Iyaah. Gitu, Sayangku! Tapi kalau kata Mamah dan kamu,nggak usah. Its oke. Malah enak gak banyak kerjaan... Kata Mamah biar nanti go publiknya sekali pukul langsung telak. Jangan hal murahan begini!" jawab Binar menjelaskan sambil menghadap ke Isyana dan menatap Isyana intens.


"Oooh... Makasih ya Mas. Mas peduli sama aku!" tutur Isyana lagi dengan mata bulatnya.


"Ya pedulilah. Kamu istriku!" jawab Binar.


Isyana jadi menunduk tersipu dan Binar sangat suka saat Isyana begitu. Baginya lucu.


"Tidur yuk!" ajak Binar kemudian mendekatkan wajahnya ke Isyana dengan tatapan tengilnya.


"Dheg!" ketika diajak masuk kamar, Isyana pun kembali teringat akan Tiara lagi.


Isyana jadi kelimpungan. Isyana gelisah ingin mengungkapkanya, tapi dengan kalimat apa? Bagaimana memulainya?


"Isyana belum ingin tidur Mas!" jawab Isyana beralasan.


"Haiishh ibu nifas nggak boleh begadang. Ayuk tidur yuuk!" ajak Binar maju mendekatkan duduknya dan mengalungkan tanganya ke belakang bahu Isyana. Mereka kini berhadapan.


"Ehm.... Isyana kepikiran bayi Isyana mas. Anakku apa kabar ya Mas? Kapan dia bisa dipindah ke rumah sakit yang dekat sini?" tanya Isyana lagi masih mengulur masuk ke kamar.


Binar tidak menjawab, dan justru membelai rambut Isyana, merapihkanya, dengen menyelipkan ke telinga dan menatapnya.


"Biar paru- parunya matang dulu Sayang... sabar. Besok pagi Aku sama Mamah mau ke rumah sakit lagi. Kita juga berniat mau ketemu dan bicara baik- baik ke Lana. Kamu udah kepikiran nama buat dia belum? Walau seperti apapun Lana ke kita. Dalam penentuan nama anak, sepertinya kita berhak kasih kesempatan Lana memberikan pendapat!" tutur Binar di luar dugaan Isyana.


Isyana tersentak. Kenapa tidak kepikiran tentang nama segala. Dia kan ibunya.


Isyana pun menggelengkan kepalanya.


"Belum!" jawab Isyana.


"Ya udah kita tanya Lana dulu. Kalau kamu mau cari nama. Ya udah nanti kita cari- cari nama. Sekarang kita tidur yah!" tutur Binar lagi sambil menyentil hidung Isyana.


"Isyana kangen Putri Mas. Isyana mau lihat Putri!" jawab Isyana ngeles lagi.


Isyana lebih nyaman di luar kamar, berbeda dengan Binar yang ingin cepat- cepat membawa Isyana ke bawah gulungan selimut bersamanya.


"Kan tadi udah dikasih tahu Mamah. Putri jangan diganggu. Kita kasih surprise besok aja!" jawab Binar lagi


Isyana masih malas lagi. Dan putar otak mencari alasan.


Isyana jadi istri kan baru dua hari, Isyana masih menyelami sebarapa banyak suaminya mencintainya.


Isyana malas jika harus meminta Binar mengerti dan mengutarakan perasaanya.


Isyana ingin Binar mengerti. Isyana ingin dimengerti.


Sayangnya entah Binar mengerti atau tidak.


Isyana malah jadi berkutat dengan pikiranya sendiri. Isyana takut membuka percakapan tentang Tiara. Isyana tahu diri. Isyana melihat dengan mata kepalanya sendiri bahkan mengagumi betapa cinta Binar ke Tiara.


Isyana mengagumi betapa tulus dan setianya Binar ke Tiara, merawatnya dan menjaganya.


Isyana takut Binar marah. Isyana takut mendengar jawaban Binar akan menyakitinya. Isyana sangat takut jika ternyata Binar masih ingin kamar seperti sedia kala.


Isyana terdiam bingung alasan apalagi.Memendam sesak sendiri.


"Ehm...tapi. Liat aja boleh kaan?" jawab Isyana lagi merayu Binar terus mengulur waktu.


"Oke!" jawab Binar setuju.


Mereka pun ke kamar Putri, berjalan beriringan masuk sebagai kedua orang tua lengkap. Keduanya tersenyum lega melihat Putri yang tidur terlelap.


Isyana pun duduk di tepi Putri, membelai keningnya lembut.


"Alhamdulillah Putri sudah tidak panas," batin Isyana.

Isyana terduduk lama di samping Putri.


Rasanya Isyana ingin membuka selimut Putri dan ikut berbaring di situ saja. Kamar Putri juga besar tapi dihiasi aneka gambar tumbuhan dan boneka lucu. Isyana lebih merasa nyaman dan familiar di kamar itu.


"Kluthiik...," kaki Binar pun menggeser kaki Isyana, memberi kode.


"Ayooh tidur ke kamar kita!" bisik Binar.


"Ehm...," dehem Isyana gelagapan.


Binar menggerakan matanya dengan tatapan memaksa.


Isyana pun merapihkan selimut Putri dan patuh, bangun dan berjalan pelan keluar dari kamar Putri. Tidak ada alasan melawan Binar.


Isyana berjalan sangat malas. Dalam hatinya ingin mencurahkan semuanya. Isyana memendam dongkol dan berupaya merangkai kata bagaimana cara mengungkapkanya kalau dia tidak suka dengan kamar itu.


Kalau diungkapkan. Apa dia akan terkesan egois dan jahat jika meminta Binar membuang kenangan tentang Bu Tiara. Padahal Bu Tiara sangatlah baik.


Isyana sadar Bu Tiara sangatlah baik. Bahkan Binar meminta Isyana menganggapnya sebagai kakak Isyana juga tahu Bu Tiara yang lebih dulu memiliki Binar dan ada di hidup Binar


Tapi kenapa rasanya sakit dan Isyana ingin jadi satu- satunya. Apa Binar juga mengerti itu?


Isyana tahu diri. Isyana hanya yang kedua. Isyana hanya seorang yang terbuang dan terabaikan, yang beruntung ditemukan dengan orang baik seperti mereka.


Apa jangan- jangan benar, Binar menikahinya hanya karena permintaan Bu Tiara?


Isyana malah terjebak dalam perasaanya sendiri.


Binar masih belum peka. Melihat Isyana berjalan pelan, dikiranya takut. Binar malah meraih Isyana dan menggendongnya tiba- tiba.


"Maas!" pekik Isyana kaget.


"Lamaa.. banget jalanya. Mas udah ngantuk!" tutur Binar malah tersenyum.


Isyana pun gelagapan jadi pasrah aja, mau memberontak turun dan jerit- jerit malu sama mertua apalagi kalau ART nya ada yang keluar.


Kamar Binar dan kamar Putri dekat. Tidak lama mereka sampai, dan Binar langsung menidurkan Isyana di atas kasurnya. Tempat yang sama dengan yang dia gunakan bersama Tiara.


"Ehm...," dehem Isyana gelagapan rasanya masih sakit.


Binar masih tidak peka, Binar malah tersenyum nakal.


"Katanya, kalau istri sedang haid atau nifas? Hanya satu yang dihindari, tapi yang lain boleh kan?" tanya Binar mengkode.


Tidak dipungkiri Fitrah otak laki- laki beda dengan perempuan.


Binar malah tidak berfikir lain selain ingin beradu mesra sementara istrinya sedang berperang rasa.


"Ehm...maaf Mas.Tapi!" tolak Isyana gelagapan memegangi kancing dadanya.


"Aku bantu pijat lagi ya!" tutur Binar lagi matanya sudah merah.


"Maas. Tapi..., jangan," jawab Isyana lagi.


Sayangnya tangan Binar malah aktif membuka kancing baju tidur Isyana.


"Ingat Mas. Nggak boleh suami ikut menelan ini! Ini hanya boleh untuk anakku!" jawab Isyana terus beralasan dan berusaha memegangi kedua asetnya. Agar Binar tak salah.


"Mas tahu. Mas nggak akan telan kok!" jawab Binar lagi tanganya menyingkirkan tangan Isyana.


Akhirnya Isyana pasrah saat Binar menjamaahnya, menciumi bagian tubuhnya , mulai dari perut, menji-lat sekitar areeolanya. Memang tidak menghisaap, dia hanya begerak bebas penuh haas- rat membara, yang lambat laun membuat Isyana terbawa, masuk ke rasa yang menggelitik, geli- geli membawa setrum hingga tanpa sadar Isyana me leng uh dan meng geli jang.


Tepat saat itu Isyana memejamkan matanya dan kemudian membuka matanya menoleh ke samping karena Binar aktif menciumi lehernya.


"Dheg!"


Semua rasa nikmat itu buyar tatkala netra Isyana mendapati satu buah benda menempel dinding. Ya bahkan masih ada foto Tiara tertempel di dinding.


Foto pernikahan Binar dan Tiara masih terpajang rapih. Foto saat Tiara masih cantik, tubuhnya tinggi berisi dengan hidung mancung sempurna dan senyum bibir sensuaalnya yang merekah sempurnya. Tiara Bak Cindera dengan gaun nikah yang indah dan Binar memakai jas sangat gagah.


"Mas stop!" pekik Isyana menahan kepala Binar, langsung terbangun dan tersendat menahan sesak.


Binar ikut kaget.


Dan di saat itu Isyana yang tak kuat memendam perasaanya, meneteskan air matanya.


"Kamu kenapa?" tanya Binar bingung masih belum peka.


Kemarin saat di kamar mandi rumah sakit, bahkan saat malam mereka tidur, Isyana sudah menyambutnya dan menerimanya.


Isyana menunduk menitikan air matanya.


"Isyana tidur di kamar Putri saja aja Mas. Isyana.. Isyana nggak ingin di sini!" jawab Isyana sambil berderai air mata.


Isyana ngambek sudah sangat sesak tapi bingung bagaimana cara mengungkapkanya


"Kenapa?" tanya Binar lagi.


Isyana tidak menjawab tapi menoleh menatap foto Tiara.


Binar pun mengikuti tatapan Isyana.


"Astagah," lirih Binar menepuk jidatnya.


"Ehm... maaf!" ucap Binar kemudian. 


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 203"