Istri yang terabaikan Bab 200

Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.

Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰

200 Bersamaku.

Pov Arbi.

Arbi gemetaran berdiri di hadapan bos besar perusahaan raksasa yang menjadi ladang dirinya mengumpulkan pundi- pundi kekayaan serta mempraktekan ilmu selama kurang lebih 5 tahunan.

Dlam waktu singkat Arbi berhasil mengantongi sertifikat kepemilikin salah satu unit apartemen mewah di ibukota seharga 5 M. Arbi sudah berhasil mengumrohkan kedua orangtuanya.

Arbi juga sedang nyicil dua mobil mewah satu sport seharga 3 M dan mobil kecil seharga 2 M. Dan saat ini juga Arbi sedang menguliahkan kedua adiknya serta menabung untuk meminang pujaan hatinya.

Arbi harus memutar otak, melawan janji setianya pada Tuan Wira dan Bu Mutia yang dulu memilihnya sebagai sekertaris Lana, atau tetap setia tapi sepertinya riwayatnya akan hancur.

Sesuatu yang tadinya hanya menjadi rahasia urusan Binar dan Lana, kini semua orang jadi tahu karena ulah Lana yang mengamuk di depan umum.

Padahal Tuan Priangga selalu menunjukan keprofesionalanya bersikap di hadapan semua karyawan kalau Tuan Priangga dan Tuan Wira baik- baik saja.

Termasuk Arbi, kini jadi sudah menebak. Tuan Priangga tidak akan tinggal diam bukan? Anaknya dijelekkan.

Pertanyaan Tuan Priangga tentang Lana juga tatapan menyelidik.

Meski semua orang tahu, Tuan Priangga tegas, bahkan pada Binar tak segan memukul, memindah tugaskan dan memarahi. Tapi semua orang juga tahu, Binar adalah satu- satunya anak yang dipunyai Tuan Priangga. Pasti Tuan Priangga sedang melakukan serangan balik pada Bu Wira.

“Kamu tidak mau menjawab?” tanya Tuan Priangga tersenyum sinis, sambil memasukan tangan ke sakunya, masih terus menatap Arbi.

“Ehm...,” dehem Arbi masih bingung. Arbi semakin takut mendapat tatapan tajam dari orang berambut putih itu.

“Kamu tinggal pilih, buat surat pengunduran dirimu dan bawa ke hadapanku besok pagi!” tutur Tuan Priangga pelan tapi tajam.

Tentu saja Arbi langsung mendongakan kepala kaget mendengarnya, pengunduran diri? Oh tidak.

“Atau...,” lanjut Tuan Priangga.

“Siapkan semua berkas profil dirimu besok pagi ke ruanganku, aku akan promosikan kamu ke para pemegang saham?” lanjut Tuan Priangga.

“Duer!”

Arbi semakin membelalakan matanya, jantungnya terasa mau terbang mendengar tawaran pilihan yang diberikan oleh Tuan Priangga.

"Ehm..." dehem Arbi masih terbengong diam. Walau bagaimanapun, Arbi masih mempertimbangkan kebaikan Bu Mutia.

“Seseorang yang terbukti, membantu atau menyembunyikan suatu kejahatan. Itu ikut kena hukuman juga!” sambung Tuan Priangga.

Arbi masih gelagapan.

“Jawab pertanyaanku, atau aku yang tentukan. 3..2..” tutur Tuan Priangga memancing, tidak memberikan waktu untuk Arbi banyak berfikir.

“Ya Tuan!!” jawab Arbi cepat. “Tuan Lana mabuk, dan mencoba bunuh diri, dia tidak terima Tuan Binar menikahi mantan istrinya!” sambung Arbi menjawab asal sesuai perkiraan yang dia lihat.

Tuan Priangga kemudian tersenyum. Lalu melirik ke petugas

“Video beres kan? Urus ruangan ini jangan bersihkan dulu. Aku takut karyawanku tidak tertolong, jangan sampai menimbulkan rumor terjadi pembunuhan di kantor!” titah Tuan Priangga tenang

Petugas kebersihan dan ajudan Tuan Priangga mengangguk.

Arbi masih menunduk gemetaran. Dan Tuan Priangga kembbali menatap tajam Arbi.

“Ikut aku!” ucap Tuan Priangga.

Arbi mengangguk dan mengikuti Tuan Priangga ke ruangan pribadinya.

Di situlah Tuan Priangga menawarkan jabatan bergengsi dan tinggi untuk Arbi. Menjadi Direktur di perusahaan pusat. Tentu saja gajinya jauh lebih tinggi dari sekertaris.

Akan tetapi Arbi juga dimintai semua rahasia Lana dan juga Tuan Wira. Juga dilibatkan dalam misi menggagalkan transaksi besar Tuan Wira dan mafia luar negeri.

****

Di kota B.

Genggaman tangan yang pernah Isyana bayangkan meski tak pernah terterka dari siapa, kini Isyana rasakan nyata. Seperti doa neneknya, Isyana punya suami yang sayang.

Meski Isyana menepis karena malu, tapi Binar tetap mengulurkan tanganya. Berusaha memberitahu hadirnya, sekarang Binar ada untuk Isyana.

“Malu... Mas?” bisik Isyana saat Binar merangkulnya di mobil.

“Malu kenapa?” tanya Binar

“Risih, aja. Kita udah nempel gini kok duduknya, nggak usah dirangkul- rangkul segala!” jawab Isyana malu sebab di depan mereka ada dua ajudan.

“Hmmmm...di luar dingin, hujan kan, barangkali kamu mau tidur? Atau memelukku?” tutur Binar lagi.

Niat Binar baik, ingin Isyana bersandar di bahunya seperti adegan dalam drama telenovela.

“Isyana nggak ngantuk kok, kan tadi seharian tidur!” jawab Isyana menolak tidak nyaman tidur di mobil.

“Yaya!” jawab Binar mengalah sambil mencibir.

Sudah jadi suaminya pun, rupanya masih disuruh berjuang mengambil hati Isyana dan bersabar.

Beda sekali dengan Tiara, setiap habis kontrol, bukan hanya menyandarkan kepala di bahu Binar, seringkali Binar menggendongnya, tidur di pangkuanya. Isyana malah nolak.

“Pegangan tangan boleh kan?” bisik Binar tidak menyerah, lalu menggenggam tangan Isyana.

“Ehm... ya!” jawab Isyana.

Isyana sebenarnya senang, tapi heran. Lana kan tak pernah seperti itu. Dulu memandangnya saja jijik, tangan Isyana katanya kasar.



Kenapa Binar terkesan sangat berlebihan seperti harus ada yang nempel terus padanya. Apa semua suami seperti itu? Atau hanya awal saja? Tapi Isyana mau bertanya dan membandingkanya pada siapa? Isyana kan tidak punya teman yang sudah menikah.

Ya sudah, Isyana terima saja semoga Binar terus begitu sampai akhir hidupnya.

Sama- sama membelah hujan seperti yang Mika temui, bedanya Isyana berada dalam mobbil yang empuk dan dalam genggaman hangat suaminya.

Isyana berlalu meninggalkan Ibukota. Meski berat, meninggalkan anaknya, tapi tidak ada pilihan lain, tinggal di rumah sakitpun Isyana tak bisa berbuat apapun.

Bayi Isyana belum bisa menyusu dan masih dengan selang. Belum boleh digendong karena nafasnya masih begantung pada alat dan digeserpun tak boleh.

Jadi Binar mengambil jalan tengah, Isyana fokus pemulihan pasca lahir untuk dirinya sendiri dulu.

Agar nyaman dan tenang Binar tinggal kerja, Isyana tinggal bersama Putri di rumahnya. Nenek, Dina juga Mbak Nik bisa menemaninya. Jika di Ibukota, Putri dan Dina kan sekolah tidak bisa temani Isyana. Nanti kalau sendiran malah stress.

Bukanya Isyana yang tidur, malah Binar yang tertidur di bahu Isyana. Dan tidak terasa sekitar pukul 20.30 malam mobil mereka sampai di depan rumah Binar.

“Maas udah sampai!” tutur Isyana membangunkan suaminya.

“Hmmmm,” Binar pun mengerjapkan matanya bangun.

“Udah sampai! Ayo turun,” tutur Isyana lagi.

"Ya!" jawab Binar

Ajudan Binar satunya sudah membukakan pintu, satunya sudah mengambil tas Isyana di bagasi. Pintu rumah dengan ukiran indah di rumah Binar terbuka.

Bu Dini keluar tampak menyambut dengan senyum damainya.

Isyana dengan wajah menunduk keluar mengikuti Binar.

Sungguh Isyana sangat malu. Tak pernah Isyana mengungkapkan pada Pelanggan Bunga, sekaligus Ibu asuh rasa mentornya itu, kalau Isyana ada rasa dengan Binar, apalagi hubungan, tahu – tahu pulang bersama anaknya sebagai istri dan menantu.

Padahal beberapa waktu lalu, Isyana masih sangat canggung makan siang bersama Binar dan Bu Dini.

“Kok wajahnya ditekuk gitu? Biasa aja?” bisik Binar membercandai Isyana dan menggandeng tangan Isyana.

Isyana tidak menjawab dan terus menunduk.

“Alhamdulillah kalian sudah sampai... sehat Nak!” sambut Bu Dini tidak berubah, tetap ramah tenang dan berwibawa.

Binar dan Isyana mencium tangan Bu Dini.

“Sehat, Bu!” jawab Isyana kaku. Masih bersikap sopan pada Bu Dini.

“Panggil Mamah!” sahut Binar menegur.

Isyana melirik Binar dan menatap Bu Dini kikuk.

Bu Dini mengerti, lalu tersenyum dan meraih kedua bahu Isyana.

“Kamu sekarang jadi menantuku Isyana. Sudah sah, kamu memanggilku Mamah, hmm? Sekarang ini rumahmu, masuklah dan berikan kehangatan dalam rumah ini!” tutur Bu Dini.
Isyana terharu mendengar penuturan Bu Dini, Isyana tersenyum, kemudian melirik ke Binar.

“Dengar kan? Masuklah kamu sekarang Nyonya Binar!” sahut Binar.

Isyana pun mengangguk.

“Terimakasih....Mm-Mah!” jawab Isyana pelan.

Bu Dini tersenyum kemudian menggandeng Isyana masuk.

Mereka bertiga pun masuk, jika sudah ada ibunya, Binar menghormati Bu Dini, berjalan di belakang melepas Isyana berjalan berdampingan dengan Bu Dini.

Ya Binar mendahulukan dua perempuan berharga dalam hidupnya itu.

“Putri mana Mah?” tanya Isyana sudah rindu Putri

“Putri baru aja tidur!” jawab Bu Dini.

“Oh! Isyana kangen Putri Mah!” tutur Isyana.

Isyana kemudian berjalan ke atas hendak ke kamar Putri.

“Kamu mau kemana?” tanya Bu Dini.

“Ke kamar Putri.”

“Dia badanya panas, biarlah tidur jangan dibangunkan ya. Kasian!” jawab Bu Dini.

“Putri sakit?” tanya Isyana terhenti.
“Sudah Mamah kasih obat kok. Nggak usah khawatir, besok baikan, dia juga pasti senang kalian sudah pulang. Putri nanyain kamu terus!” jawab Bu Dini lagi.
“Oh, syukurlah!” jawab Isyana.

“Kalian bersih- bersih dulu, kan baru dari rumah sakit. Sudah makan atau belum?” tanya Bu Dini.

“Belum!” jawab Binar.

“Ya sudah mamah tunggu di ruang makan, ganti baju dulu ya!” tutur Bu Dini.

Isyana mengangguk, kemudian menatap Binar bingung.

Walau Isyana sudah tahu rumah itu, tapi kan Isyana juga tetap masih kikuk. Selama ini yang dia masuki hanya dapur, kamar Putri dan lantai bawah.

“Kok berhenti?” tanya Binar.

“Baju Isyana gimana? Aku tidur dimana?” tanya Isyana menggigit bibir bawahnya malu.

“Heellleeeh,” Binar pun langsung tepuk jidat dan menghela nafas kasar. Lalu meraih tangan Isyana.

“Kamu Istriku, tentu saja tidur bersamaku!” jawab Binar mantap.

Berbeda dengan Isyana rsanya seperti lancang dan aneh, bahkan terasa masih ada Bu Tiara. Apa iya Isyana akan masuk ke kamar yang sama dengan kamar yang ditempati Bu Tiara.

Bersambung

Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn






Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 200"