Istri yang terabaikan Bab 198

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


198 Pulang


"Saya lepas selang infusnya, ya Bu...," tutur perawat sopan di depan Isyana.


Sebelumnya obat injeksi terakhir sudah diberikan pada Isyana. Karena Binar donatur, walau mereka mendapat pelayanan khusus, Isyana dan Binar gratis.


"Iyaah. Silahkan!" jawab Isyana ramah dan senang akhirnya Isyana mau pulang.


Binar diam dan bersedekap mengawasi dengan wajah dinginya. Jika bersama orang lain Binar memang tidak pernah menyapa dan hanya diam.


Tidak menunggu lama, satu persatu hypavic yang menempel di kulit yang memfiksasi selang infus terlepas, infus pun terlepas sempurna.


"Nanti di rumah, plester ini dibuka ya?" tutur perawat lagi.


"Ya, Sus!"


"Sudah diambil obat pulangnya Bu?"


"Sudah tadi? Surat kontrolnya juga udah kok!" jawab Isyana.


Dengan ramah dan muka yang manis perawat, mempersilahkan Isyana dan Binar pulang.


"Oh berarti tinggal pulang aja ya Bu! Obat yang di rumah diminum sesuai petunjuk. Kalau ada yang perlu ditanyakan bisa whastap ke nomer yang ada di surat kontrol!"


"Oh Iyah. Terima kasih ya Sus. Terima kasih sudah merawat saya. Maaf kalau selama dirawat kita udah ngerepotin dan bikin masalah!" tutur Isyana lagi malah meminta maaf pada Perawat.


Tentu saja Binar langsung mendelik ke Isyana. Ngapain minta maaf segala. Sementara Perawat melirik Binar kikuk.


Sekarang kisah cinta segitiga Isyana, Lana dan Binar sudah jadi rahasia umum. Apalagi Tuan Priangga juga membagikan makan malam dan mengatakan syukuran nikahan Binar dan Isyana.


Walau beberapa orang menjadikan bahan gibahan, karena baru lahiran langsung menikah. Tapi kan Binar tidak peduli itu.


"Tidak Bu!" jawab Perawat. "Kami senang bisa merawat Bu Isyana. Ibu pasien yang baik dan ramah, cantik lagi!" jawab perawat jujur


"Ehm...," Binar kemudian berdehem menampakan muka tidak suka.


Perawat menelan ludahnya gemeteran. Binar tidak ada wajah ramah- ramahnya sedikitpun.


"Sudah selesai?" tanya Binar.


"Su-sudah, Pak!"


"Silahkan keluar!" usir Binar.


"Baik Pak!" jawab perawat menunduk takut. Lalu segera keluar membawa peralatanya.


Isyana pun mendelik kesal dan mencubit tangan Binar.


"Maaas!"


"Apa?"


"Jangan galak- galak jadi orang!" tegur Isyana.


"Galak gimana sih? Enggaklah!" jawab Binar lagi.


"Mas itu galak sama serem!" sahut Isyana lagi.


"Serem gimana ceritanya? Aku ganteng begini?" tutur Binar membanggakan dirinya.


"Galak tahu!" cibir Isyana dengan bibir manyunya.


Iya. Binar dulu memang galak, suudzon lagi sama Isyana.


"Tapi kamu cinta kaan?" tanya Binar lagi mendeka.


"Justru itu, nanti kalau orang lain jatuh cinta juga gimana?" jawab Isyana.


Binar ketawa mendengarnya.


"Jadi kamu jatuh cinta sama galaknya Mas?" tanya Binar sedikit membungkuk mendekatkan wajahnya ke Isyana hampir mencium.


"Nggak juga!" jawab Isyana menjauhkan wajahnya ke belakang dan tanganya menangkup wajah suaminya agar menjauh.


"Terus?" tanya Binar tidak menyerah dan menurunkan tangan Isyana. Binar terus mendekat malah duduk di samping Isyana dan mengambil alih mendekatkan wajahnya ke sisi kuping Isyana mengendus.


"Malu aja Mas kalau digibahin orang. Terus disumpahin orang- orang kalau galak. Biasa gitu lho, kalau ditanya jawab, karma juga tahu!" jawab Isyana lagi menasehati dan akhirnya pasrah membiarkan Binar mengendus lehernya.


"Cup... cup...," Binar pun berhasil menciumi sisi samping kepala Isyana sambil menyibakan rambut Isyana.


"Maas... geli iih!" jawab Isyana terus menghindar. Seluruh tubuhnya jadi terasa bergetar dan merinding seperti ada aliran listrik yang menyebar.


Bukan berhenti Binar justru memeluk pinggang Isyana dan menyandarkan kepalanya. Binar sangat suka menghirup wangi rambut Isyana.


Setelah lahiran, wajah Isyana tampak lebih bersinar. Padahal Isyana belum bermake Up, hanya memakai sabun muka yang pacar Saka belikan dari swalayan.


Isyana juga memakai dress cantik yang dipilihkan pacar Saka. Dress setinggi lutut dengan corak bunga, bagian lenganya berkerur di tengah siku dan pangkal ketiak. Bagian dada sedikit terbuka sehingga dua gunungan Isyana yang siap mengaAsihi bayinya tampak tegak menantang lebih besar dari sebelumnya.


"Emang kamu dulu nyumpahin Mas? Karena mas galak?" tanya Binar lagi sambil memeluk erat.


Isyana semakin terlihat menggoda. Tubuhnya yang masih melar terlihat segar.


Isyana gelagapan melirik ke sekeliling diperlakukan seperti itu. Suaminya mendadak kaya perangko, suka menempel seperti Putri.


"Gleg!"


Dari celah kaca di bagian pintu, Ajudan Tuan Priangga sudah stand by.


Isyana pun tidak menjawab pertanyaan Binar lagi, yang Isyana sadar percakapan mereka tidak penting.

Isyana pun meraih tangan Binar yang melingkar di pinggangnya dan dia uraikan.


"Katanya mau cepat pulang, Mas. Udah ih jangan banyak bercanda!" jawab Isyana.


"Cup!" Binar malah mecium Isyana lagi.


"Ayo.. pulang!" jawab Isyana dengan suara yang mulai parau, kecupan Binar di telinganya benar- benar membuatnua meleleh.


"Yah!" jawab Binar melepaskan pelukanya sambil mengerjapkan matanya seperti mengusir sesuatu.


Ya, jagoan Binar bangun dan berdiri tegak sempurna.


"Ya udah. Ayuk!" jawab Isyana bangun dari duduknya.


"Tunggu di sini dulu!" ucap Binar hendak keluar.


Benar saja begitu Binar membuka pintu, ajudan keluarga Priangga membungkukan tubuhnya memberi hormat.


"Sudah siap semuanya?"


"Sudah Tuan!"


"Oke.. ambilkan kursi roda!" titah Binar.


"Ya Tuan!" jawab ajudan mengambil kursi roda.


Binar menerimanya.


Di depan bangsal rawat Isyana ajudan Tuan Priangga sudah siap di depan pintu mobil.


Ajudan yang sudah menunggu pun ikut masuk Binat mengambil dan membawa barang- barang Isyana.


Binat pun siap dengan kursi rodanya.


"Silahkan Sayang!" tutur Binar mempersilahkan Isyana duduk di kursi rodanya.


Isyana bukan duduk malah berdecak sambil menatap kesal ke suaminya.


"Isyana bisa jalan, Mas!" tutur Isyana merasa risih jika harus dimanjakan begitu.


Isyana merasa sudah sehat. Untuk apa pakai kursi roda.


"Ya nggak apa-apa, kenapa sih? Kan biar kamu nggak capek jalan, sini mas dorong!" jawab Binar jadi sewot dan tersinggung. Udah baik- baik serius mau manjain malah ditolak.


"Ya ngapain di dorong- dorong? Nggak enak didorong- dorong begitu Mas. Isyana jalan aja!" jawab Isyana


"Udah sih duduk sinih! Kamu kan abis dirawat, jangan capek- capek," jawab Binar ngotot.


"Ngapain? Isyana udah sehat!" jawab Isyana lagi jadi kesal.


"Astagah... tinggal duduk doang! Susah banget sih!" jawab Binar emosi dan meraih tangan Isyana.


"Mas aneh banget sih. Perkara keluar jadi bertengkar gini!" jawab Isyana lagi


"Ehm....," ajudan Tuan Priangga yang membawa tas Isyana berdehem di depan pintu.


Dia dengar perdebatan Isyana dan Binar tentu saja rasanya geram.


"Malu kaan di denger orang. Udah jalan aja. Kan biar Isyana cepat sehat!" cibir Isyana lirih.


Binar merengut.


"Mas nggak suka kalau kamu jalan terus orang- orang liatin tubuh kamu!" bisik Binar masih cemberut


"What?" pekik Isyana menoleh. "Isyana kan cuma jalan di lorong bangsal menuju ke mobil mas? Emang siapa yang mau liatin?" jawab Isyana.


Di lorong ruangan bangsal yang merawat Isyana terlihat sepi.


"Pegawai Papah kan juga orang. Laki- laki lagi. Pan tatmu dan payu daramu, sangat seksi kalau jalan," ucap Binar lagi.


"Heeh?" Isyana pun langsung melotot dan menelan ludahnya.


Reflek Isyana menundukan matanya dan menyentuh bagian tubuhnya.


Ya ibu nifas kan memang tubuhnya melar dan aset- aset tubuhnya mengembang.


"Ehm...ya Isyana pakai kursi roda aja!" jawab Isyana patuh.


"Nah gitu. Nurut gitu aja. susah amat!" cibir Binar lagi


"Iyaa. ini kan udah Mas. Jangan berisik!" jawab Isyana lagi.


"Hmmm," dehem Binar sambil mendorong Isyana keluar.


Ajudan Binar pun mengikutinya. Mereka langsung masuk ke mobil.


Setelah berunding, mereka memutuskan pulang ke kota B. Binar mendapatkan panggilan ayahnya untuk menyelesaikan pekerjaan.


Mereka harus segera menyusun taktik menggagalkan dan menangkap operasi Tuan James dan Tuan Wira. Apalagi yang mereka hadapi Tuan Sandi yang mengantongi tanda bintang di pundaknya.


Bukan Isyana yang tidak mau, tapi sekarang Binat yang memaksa dan tidak rela Isyana di rumah hanya bersama para pegawai Tuan Priangga.


Adapun yang menjenguk dan mengantar ASI, Binar bersedia bolak balik, sampai bayi Isyana bisa dirujuk alih rawat ke rumah sakit dekat rumah Binar di kota B.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 198"