Istri yang terabaikan Bab 197

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


197 Buka Suara.


Adnan duduk termangu di depan laptop. Dia melamun jauh ke depan. Batinya bergejolak.


Walau Adnan punya pacar dan hampir menikah, tidak menampik itu karena dia mengikuti mau emaknya dan karena ditolak Isyana.


Jauh di ruang hati Adnan, benih cinta pada Isyana masih ada. Benih cinta yang dia paksa untuk ikhlas, tapi masih sulit.


Itu sebabnya mendengar berita pernikahan Isyana Adnan jadi salah berfikir, otaknya liar tak berarah.


Dulu Isyana menolak Adnan dengan alasan ingin fokus pada dirinya, tak ingin membuka hati untuk pria lain kalaupun pisah dengan Lana.


Sampai Adnan berfikir dia salah besar sudah memisahkan Isyana. Tapi nyatanya Isyana malah dinikahi pria lain. Kalau tahu Isyana mau menikah dengan orang lain, Adnan kan berusaha tidak menyerah. Tapi semua sudah terlambat.


"Bilang saja aku kurang tampan dan kaya. Tapi kenapa kamu memilih duda Isyana? Kurang baik apa aku?" batin Adnan lagi.


Ponsel Adnan terus berdering gegara jengkel dan sakit hati, Adnan tidak ngeh.


Padahal itu panggilan dari Isyana dan polisi.


****


Begitu selesai spa, bu Mutia keluar ruang spa dan membayar. Sembari menunggu ajudanya mengambil mobil, Bu Mutia memeriksa ponselnya.


“Hhhh... kenapa lagi Lana?” gumam Bu Wira memijat keningnya.


Sebenarnya Bu Wira merupakan ibu yang hebat dan cukup kuat. Bu Wira rela menemani Tuan Wira berjuang, mengurus Lana di berbagai kondisi sampai sesukses sekarang. Walau tidak dengan cara yang benar.


Dia berasal dari keluarga yang mapan dan terhormat, hanya saja, Bu Wira salah jatuh cinta.


Tuan Wira pun awalnya mahasiswa yang baik, tampan, cerdas dan berprestasi.


Akan tetapi begitu masuk dunia pernikahan dia salah memilih jalan akibat kecurangan bapaknya. Tuan Wira tak mampu menanggung beban peninggalan orang tuanya dan masuk dalam jerat Tuan James.


Bu Mutia berharap beban mengurus Lana selesai setelah ada Isyana. Nyatanya Lana malah tambah kacau. Itu sebabnya Bu Mutia dulu berusaha keras agar Isyana bertahan. Sebab hanya Isyana gadis yang polos dan tulus yang dia temukan.


“Silahkan masuk, Nyonya!” tutur ajudan Bu Wira membukakan pintu mobil mengkilap mewah berwarna hitam.


Dengan langkah anggun dan sepatu haknya sampai berbunyi, Bu Wira masuk ke mobilnya menenteng tas yang harganya senilai mobil lcgc.


“Ke rumah dinas atau rumah Tuan Lana Nyonya?” tanya ajudan.


“Kantor Suntech 1!” jawab Bu Wira.


“Baik Nyonya!” jawab supir.


Mereka kemudian berangkat ke kantor Suntech satu.


Seharusnya di usianya Bu Wira sekarang, seperti Bu Dini, menikmati hari tuanya, banyak jalan- jalan, ibadah dan ngasuh cucu.


Bu Wira malah masih berjalan cepat dan keringetan menaahan sesak dan khawatir di dada.


Marah, lelah, sedih dan kecewa. Kenapa Lana susah dibilangin. Kenapa Lana susah diatur. Kenapa Lana sampai tua tetap bikin masalah. Bahkan sampai di usia kepala tiganya terus merepotkanya.


Padahal Tuan Wira juga berupaya keras mempromosikan Lana, menutup semua kekurangan dan aibnya. Akan tetapi Lana tidak kunjung sembuh dan dewasa.


“Selamat sore Nyonya!” sapa Arbi menyambut Bu Mutia dan membungkukan badanya.


“Hhhh..,” Bu Mutia menatap Arbi dengan menghela nafas mengeluarkan kelelahan batinnya.


“Dimana Lana?” tanya Bu Mutia lirih


“Ikut saya, Nyonya!” tutur Arbi lembut.


Lalu Arbi membawa Bu Mutia ke sebuah ruangan. Dimana di situ ruang privasi Lana.


Di gedung pencakar langit itu, ada satu lantai itu khusus direktur. Ada ruang khusus bekerja. Ada ruang tamu penting, ada ruang pribadi untuk istirahat.


Saat Binar yang menjabat, ruang itu dia desain seperti tempat bermain dan ruang keluarga. Ruang dimana Bu Tiara datang membawakan bekal makanan.


Oleh Bu Tiara dulu di desain banyak bunga anggrek putih kesukaanya. Akan tetapi hari ini oleh Lana dirombak. Semua barang- barangnya dia pecahkan untuk melampiaskan emosinya.


“Astagah Lana!” pekik Bu Wira, melongo.


Wajah Bu Wira pun mendadak pias. Jas Lana tergelatak acak di lantai. Dasi lana juga terbuang sembarangan.


Lana seperti orang gila, duduk di pojokan ruang kaca itu dengan kemeja berantakan, rambutnya pula berantakan. Di sampingnya botol minuman keras bertebaran.


Lana mabuk dan sangat kacau. Lana termakan sumpahnya Bu Wira sendiri. Dan sekarang Bu Mutia sendiri yang kerepotan.


“Hoooh,” Bu Wira menghela nafasnya panjang, menahan dadanya yang sesak agar sakit jantungnya tidak kumat.


Anak tampanya, anak kebanggaanya, kenapa hanya karena Mika jadi seperti ini?


Bu Mutia bahkan menyesal pernah menyumpahi anaknya sendiri.


Ya seburuk apapun anaknya, ibu tidak boleh menyumpahi anaknya. Seharusnya mendoakan dan membimbing agar Tuhan peluk kembali ke jalan yang benar.

Bu Mutia sendiri gemetaran, takut mau mendekat melihat masih ada satu botol kaca dan melihat ada bercak darah di lantai.


“Lanaa... anakku,” panggil Bu Mutia lirih dengan nafas yang tersendat.


Bu Mutia merasakan sakit yang tak terkira melihat keadaan Lana. Kesakitan seorang ibu saat melihat kehancuran anaknya.


"Lana..."


Lana tak menoleh.


“Lanaa...,” panggil Bu Mutia lagi maju mendekat ke Lana.


Lana masih di posisinya duduk membungkuk tak bergerak. Bu Wira kemudian mendekat lagi.


“Lana...,” panggil Mutia sudah ada di samping Lana.


Meski sudah tak berjarak, Lana tak menoleh.


Bu Mutia kemudian menepuk pundaknya. Lana masih tak menoleh.


Bu Mutia kemudian memeriksanya dengsn mennggoyangkanya, dan.... “brug....” Lana terjatuh.


“Astagah, Lana...., Lanaaa!” teriak bu Mutia.


“Lana anaakku, apa yang terjadi padamu! Toloong!” teriak Bu Mutia lagi berusaha memeluk Lana yang tergeletak.


Arbi dan ajudan Bu Wira yang tadi berdiri di depan pintu berlari masuk.


Di bawah tempat duduk Lana ternyata menetes darah, masih segar dan berlangsung, mulut Lana juga sedikit berbusa.


“Apa yang terjadi Nyonya?” tanya Arbi.


“Bawa Lana ke ruumah sakit, cepat!” teriak Bu Wira sammbil menangis.


Kemungkinan Lana overdosis. Sebab sumber darah berasal dari telapak tangan bukan dari pergelangan tangan.


“Matikan semua cctv. Jangan sampai ada yang melihat!” ucap Ajudan setia Bu Mutia memerintah.


Arbi pun menelpon staf kantor yang mengurus bagian cctv. Para ajudan paham, apapun kejelekan yang terjadi pada Lana tidak boleh ada yang tahu.


“Maaf, Tuan. Tuan Priangga dan beberapa dewan direksi sedang ada kantor!” jawab pegawai cctv.


“Gleg!” Arbi menelan ludahnya bingung.


“Kenapa diam? Cepat bawa Lana ke rumah sakit!” teriak Bu Wira lagi.


“Tuan Priangga ada di kantor, Nyonya!” jawab Arbi.


“Tidak peduli!” jerit Bu Mutia lagi. “Cepat selamatkan Lana!”


Ajudan pun langsung membawa Lana keluar. Bu Wira mendampinginya.


Sementara Arbi yang sifatnya hanya bekerja dan Netral hanya tertegun bingung dan menatap sekeliling ruang. Sangat kacau.


“Apa iya aku harus mengajukan surat resign atau pindah cabang? Pusing sekali aku?” batin Arbi rasanya hampir nyerah jadi sekertaris Lana.


“Hhhh, Nyonya Isyana, benarkah dia sudah menikah dengan Tuan Binar? Semoga kabar itu benar? Anda berhak bahagia, Nyonya!” batin Arbi lagi.


Arbi pun tetap melakukan tugasnya, menelpon bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan Lana. Petugas kebersihan menjawab setuju.


Arbi pun berniat keluar, sayangnya saat Arbi membuka pintu, petugas kebersihan tidak datang sendiri.


“Gleg!” Arbi menelan ludahnya menunduk.


Di depan petugas kebersihan terdapat 3 orang berjas, yang artinya di hadapan Arbi kini ada 4 orang menatapnya. Arbi kenal siapa mereka.


“Selamat sore Tuan!” sapa Arbi membungkukan badan sebagai tanda hormat.


Satu orang berdiri tepat di hadapan Arbi paling depan dari keempat orang itu.


Laki- laki berambut sebagian putih, tinggi tegap, perut sedikit membesar dan mengenakan jas. Laki- laki berkepala lima itu tampak mengedarkan pandangan ke semua penjuru ruang.


Di belakangnya dua ajudanya berdiri tegap. Ya, beliau adalah Tuan Priangga dan kedua ajudanya, ayah Binar.


Putra pendiri Suntech, pemilik saham terbesar dan memegang posisi serta kekuasaan tertinggi dari semua cabang Suntech.


“Apa yang terjadi?” tanya Tuan Priangga dingin tatapanya tajam menusuk Arbi.


Arbi tidak bisa berkutik berdiri gemetaran. Akankah Arbi menceritakan semua perilaku Lana atau tetap menyembunyikanya.


Jika Arbi buka suara dan bersedia bersaksi mutlak, pemecatan Lana bisa resmi diajukan.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 197"