Istri yang terabaikan Bab 195

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


195 Siapa Adnan?


Dina gatal, terus menghubungi Isyana, walau telepon tak diangkat dan tidak balas, tapi tidak ada yang bisa menghentikanya.


Dina mengirim banyak pesan, mulai dari tanya kabar Isyana? Mengungkapkan kangen? Sampai mengadu kelakuan Bu Wira. Dina bahkan mengirim downloadan video dari tautan yang dia dapat dari instagram.


Setelah itu Dina membombardir dan menggeruduk Isyana dengan banyak pertanyaan.


Benarkah Isyana menikah? Isyana sekarang ada dimana? Bagaimana keadaan Isyana? Kenapa Isyana bisa melahirkan prematur? Apa yang dilakukan Lana? Apa yang terjadi? Dan bagaimana keadaan bayi Isyana?


Ya, Dina si gadis tomboy dan dipaksa dewasa sebelum waktunya memang seposesif itu ke Isyana.


Dia hanya punya nenek dan kesepian. Dia tidak punya sahabat dan teman bermain karena sejak kecil ditinggalkan orang tuanya. Waktunya tersita banyak untuk membantu nenek jualan demi bisa bertahan hidup dan memenuhi perutnya yang lapar.


Begitu Tuhan mempertemukan Isyana yang saat itu sebatang kara, cocok. Dina tidak ingin kehilangan.


Isyana menjadi tetehnya yang kadang membuat Dina gatal membulli tapi tetap sayang. Bahkan Isyana banyak mendatangkan rejeki untuk Nenek dan Dina.


Ketulusan nenek yang awalnya tidak masuk akal, jika dinalar orang miskin menampung orang hamil akan direpotkan dan bertambah beban, tapi nyatanya, Isyana justru mendatangkan keberkahan. Bahkan orang yang dulu mengusirnya termakan omonganya, bucin.


“Hiiiks,” Isyana yang sudah membaca dan mendengar penuturan Bu Wira meneteskan air matanya lagi.


Padahal baru beberapa jam, Isyana tenang dan positif thingking, semangat mau pulang dan semagat sehat agar bisa mengASIhi anaknya.


Kini Isyana dibuat kacau lagi dengan penuturan Bu Wira. Pesan Adnan yang menyampaikan kalau kontrakanya 80 persen ada yang bakar juga cukup menncengangkanya, tapi tak terlalu menyita hatinya.


Hati Isyana begitu sakit dan ngilu tatkala mendengar, pernyataan Bu Wira di depan banyak reporter “Entah sejak kapan menantu saya dan Tuan Binar Aksa menjalin hubungan? Bahkan mereka sengaja melahirkan cucu kami sebelum waktunya agar cepat menikah? Ibu macam apa?”


Binar yang tadi fokus membaca pesan Adnan, tersentak mendengar Istrinya terisak.


Baru sehari menjadi suaminya, Binar terus disuguhi pemandangan Isyana yang mengalirkan air matanya tentu saja itu menyakiti Binar.


Binar merasa dilecehkan sebagai suami jika tidak bisa membuat Istrinya tersenyum. Sakit yang Isyana rasakan juga menyayat Binar yang melihatnya.


“Sayang... hei... jangan nangis gitu dong. Everything will be okay, kamu kenapa?” tanya Binar meletakan ponselnya.


Ya, inilah yang Binar tidak suka dari benda pipih yang kata orang ajaib, meski untuk beberapa hal berguna dan memudahkan, tapi juga banyak membawa dampak negatif.


Harusnya Binar tetap sita ponsel Isyana sampai pulang ke rumah. Tivi di rumah sakit kan isinya channel rumah sakit dan film yang tersedia di flashdish yang ada nyantol.


Sambil berderai air mata Isyana menatap suaminya, Isyana kini tidak ragu meluapkan emosinya.


Kata orang masa nifas memang sangat rentan terjadi Baby blues, emosional ibu nifas sangat sensitif. Apalagi bayi Isyana sangat memprihatinkan dan membuatnya galau.


Saat di depan ruang bayi, Isyana berani menjawab Bu Mutia, namun setelah melihat anaknya, Isyana kembali dibuat teriris hatinya.


“Kenapa Bu Mutia tega mengatakan itu di media mas? Kenapa dia terus bilang begitu? Apa iya Isyana ibu yang jahat Mas? Isyana ibu yang jahat ya? Isyana udah celakain anak Isyana.... hiks... hiks...,”


“Haissshh...,” desis Binar kecolongan, sudah ditutup- tutupi biar Isyana nggak dengar malah, ada yang lapor.


Binar berdiri dan langsung memeluk Isyana.


“Kamu dengar apa memangnya? Huum?” tanya Binar lirih.


Isyana masih terisak di pelukan Binar. Untung Isyana sudah sarapan, jadi tidak pingsan. Tapi meski sudah ditransfusi 4 kantong, kenyataan yang mengoyak hatinya cukup membuatnya lemas.


Binar mengurai pelukanya kemudian duduk di atas bed Isyana di samping paha Isyana dan meraih tanganya.


“Kamu dengar apa emangnya? Sampai nangis gini? Siapa yang ngomong?” tanya Binar menyeka air mata Isyana.


“Ciit,” cubit Isyana kesal.


“Kok malah nyubit, nakal banget!” jawab Binar mesra mengaduh dan menarik tanganya.


Meski masih sedih dan menangis, Isyana juga masih punya rasa kesal ke Binar.


“Mas pasti udah tahu kan? Makanya medsos Isyana dihapus? Kenapa Mas nggak cerita?” protes Isyana kesal.


“Cerita apa emangnya? Ada apa?”


“Mas pasti bohongin Isyana. Nih, baca pesan Dina!”


“Haiish anak kecil itu?” cibir Binar lirih.


Isyana mencubit tangan suaminya lagi walau tangisnya belum berhenti.


Binar mengaduh walau tidak sakit, hanya bermanja mesra dan ingin mengurangi isakan Isyana.


“Dina udah SMA, bukan anak kecil!” jawab Isyana membela Dina.


“Yaya. Dina udah besar, yang kaya anak kecil malah istri Mas sukanya nangis!” jawab Binar lagi berusaha membercandai Isyana lagi.


Isyana hanya diam dan cemberut.


Binar pun menatap istrinya lalu mengambil helaian rambut Isyana yang tercecer dan diselipkan ke telinganya dengan lembut.


“Berapa kali sih mas bilang? Kenapa masih memperdulikan omongan mereka sih? Hhh...?” tutur Binar lembut.


“Sakit Mas dituduh begitu terus, kenapa juga harus bicara di media begitu?” jawab Isyana.

Air matanya yang tadi menyusut keluar lagi. Ingat lagi rasa sakitnya Isyana didzolimi mantan mertuanya.


“Ck...hh...,” Binar pun berdecak lirih dan menghela nafasnya mencoba memahami istrinya. Binar menatap Isyana lembut lalu satu tanganya menyeka pelan air mata Isyana yang mengalir di pipi Isyana.


“Tidak ada yang salah dengan pernikahan kita, Sayang. Kita menikah dengan cara yang benar. Percayalah, aku menikahimu juga agar kita bisa memperjuangkan hak asuh anak kita. Aku bisa menemanimu di sini, tanpa ragu, tanpa merepotkan mereka! Tanpa merepotkan Mamah, ataupun nenek yang masih sakit. Aku mencintaimu, aku menikahimu karena aku ingin kamu bahagia. Kamu janda sudah sejak lama, aku pun sebagai laki- laki tidak punya masa iddah, ibuku ayahku semua setuju, mendiang istriku dan anakku juga menginginkanmu. Kita menikah dengan niat yang lurus dan baik,”


“Bayimu lahir karena memang takdirnya, hummm... kemarin kamu juga berani kan jawab mereka. Keren banget lho kemarin kamu jawabnya. Udah.... buat apa merisaukan mereka?”


Tutur Binar panjang dan pelan.


“Tapi kalau sampai terjadi sesuatu pada anak kita gimana? Aku takut Mas, aku takuut, aku nggak bisa jaga anakku?” jawab Isyana termakan omongan Bu Wira dan menyalahkan diri sendiri.


“Haaisssh.. kenapa malah jorook net thing gitu sih mikirnya. Ingat Tuhan sesuai prasangka hambaNya!” sahut Binar.


Mendengar teguran Binar Isyana berhenti menangis tapi langsung mendelik matanya mengkerut.


“Maas, kok bilang gitu?” pekik Isyana.


“Nah kamu. Dengerin yah. Kamu sekarang jadi ibu! Omongan Ibu itu adalah doa yang paling mujarab untuk katanya. Latihan positif thingking, optimis dan berkata yang baik. Jangan pikirkan apapun yang nggak bermanfaat untuk kita dan keluarga kita! Yakiin anak kita bertahan dan tumbuh sehat. Jangan nangis dan dengerin orang lain, banyakin doa. Dengar kan kata perawat kemarin? Banyak bayi yang lahir prematur dan bertahan?” sambung Binar lagi nasehatin Isyana.


“Tapi kenapa, Bu Mutia jahat banget bilang begitu? Apa iya aku tidak tahu terima kasih?” jawab Isyana masih tetap baper.


Ya Isyana memendam sakit bertahun- tahun. Selama ini dia pendam, kapan lagi dia bisa menumpahkan kesedihanya kalau bukan sekarang setelah punya suami.


“Haaaiisssh... susah banget sih dikasih tau! Jangan dengarkan mereka! Udah biarin, niih gara- gara hape kamu jadi begini kan?”


“Mas ngerti nggak sih? Isyana nggak pernah selingkuh Mas, Mas Lana yang udah selingkuhin Isyana. Bahkan Mas Lana terang- terangan bawa pulang Mika. Mas Lana juga kasar dan pukul Isyana. Isyana juga udah berusaha memaafkan Mas Lana untuk mempertahankan rumah tangga Isyana, Isyana turutin semua kata Bu Mutia, tapi kenapa mereka begitu. Bahkan Isyana dituduh selingkuh. Sakit Mas, sakit banget!” tutur Isyana masih belum puas curhat ke suaminya.


“Ck! Gimana sih cara kasih tahu kamu?” Binar malah jadi gemas dan kesal, Isyana mengingat masalalu.


“Hati Isyana sakit, Mas! Sakit banget!” sahut Isyana lagi perempuan kan ingin dimengerti.


“Ya tahu, tahu Sayang!” jawab Binar mengulur sabar


“Udah makanya jangan diingat- ingat! Sekarang fokus kamu, makan yang banyak, biar ASI kamu keluar banyak, kamu sehat, berdoa untuk anak kita, cepat dilepas ventilatornya, cepat bisa bernafas normal, cepat bisa minum dengan baik dan bertambah berat badanya! Jangan dengarkan mereka!” tutur Binar lagi bersikap dewasa memberi arah ke Isyana.


Binar tahu, Isyana selama ini cukup banyak tertempa penderitaan sendirian. Bahkan mungkin sudah banyak yang dia pendam, dan sekarang waktunya, Binar ingin menyembuhkan semuanya. Ya pasti butuh perhatian lebih untuk Isyana.


“Tapi kan mereka udah jelekin kita di media, semua orang jadi tahu? Nama mas dan nama Isyana jadi jelek. Dina aja bisa dengar. Jejak dunia maya nggak bisa dihapus? Kelak anak Isyana juga dengar dan tahu, kalau anak Isyana salahin pernikahan kita gimana? Gimana kalau Putri tau, gimana kalau!”


“Sssssstttt!” potong Binar tidak tahan dan akhirnya membungkam Isyana tidak peduli Isyana masih sembab matanya. “Emang ya perempuan overthingking, mas harus ngomong dengan bahasa apa sih!” gerutu Binar lagi.


Isyana langsung terdiam karena dibungkam.


“Nih dengerin!!” ucap Binar sekarang lebih tegas.


“Jangan mikir kejauhan. Dah urusan mereka jelekin kita itu urusan mereka dan Tuhan. Kamu punya Tuhan kan?”


“Punya!”


“Percaya dong hukum Tuhan, Allah Maha Melihat dan mendengar. Kalau memang kita tidak melakukan apa yang mereka katakan, ya sudah, apapun kata orang kan ada Alloh yang lihat kita. Urusan anak dan masa depan, kita itu nggak perlu risau. Udah ada yang atur,"


"Kita jadi manusia jangan mikir kejauhan, dosa. Mas ingetin lagi, kamu sekarang sudah jadi ibu dan istri, dijaga omonganmu, bicara hal- hal yang baik. Fokus ke kesehatanmu dan anak kita!”


“Masalah jejak digital di dunia maya. Nanti pengacara keluarga kita ada yang urus. Nggak usah, kita buang tenaga dan pikiran ngeladenin Bu Mutia. Kita bukan artis, nggak usah ikut- ikutan bikin klarifikasi segala. Sekarang kita kemas, baju kita. Kita pulang!” jawab Binar tegas dan mulai mengatur.


Seketika air mata Isyana terhenti dan patuh. Isyana diam dengan wajah polosnya seperti Putri saat Binar marahi.


“Kok malah diam?”


“Ya terus Isyana harus jawab apa?” jawab Isyana menunduk.


“Ya, kek! Mudeng kan maksud Mas?”


“Mudeng!”


“Awas kalau masih bahas Bu Mutia lagi!”


“Ya, nggak!”


“Dah, jadinya kita mau pulang kemana?”


“Isyana telpon nenek dan Dina dulu!”


“Jadi daritadi belum?”


Isyana tidak menjaawab, orang lagi sakit hati ya nggak langsung jawablah. Isyana mengacuhkan pertanyan Binar karena nggak mau dimarahi lagi dan memencet tombol panggil ke Dina.


“Oh ya. Itu yang namanya Adnan itu siapa? Mas mau ngomong dong!” sela Binar.


Isyana menjawabnya dengan mengangkat telapak tangan memberi kode, nanti dulu. Isyana mau bicara dengan Dina dulu, karena telpon Dina sudah terhubung.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 195"