Istri yang terabaikan Bab 194

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


194 Tunggu Ya.


Assisten Lana yang membaca pesan Mika langsung mengernyit membaca ancaman Mika. Bukanya takut dan hendak memberi uang, mereka malah tertawa senang mempunyai akses menemukan Mika.


Bu Wira kan memang sedang mencarinya.


“Kita apa kan perempuan ini Bos?” tanya asiten Lana.


Sebenarnya semua tau Mika wanitanya Lana. Tapi kan selama belum menikah resmi sematan nama Nyonya belum boleh diberikan.


Arbi yang sedang mengerjakan beberapa laporan melirik sekilas, tidak menjawab dan menunggu respon Lana.


“Serahkan ke mamah, biar mamah yang urus!” jawab Lana cuek tidak mau pusing.


Bahkan whastap Mika tidak dua buka.


Lana sepanjang hari melamun di sudut kantornya, bahkan beberaapa tamu yang datang, Arbi yang menemuinya.


Menghadap ke dinding kaca gedung penncakar langit itu, tanpa diemani siapapun, Lana meneteskan air matanya. Tidak bisa diungkapkan bagaimana hancurnya hati Lana. Penuh penyesalan dan kekalahan. Ambisinya hilang, sesuatu yang baru dia senangi pergi. Lana merasa dipermainkan Mika, lalu hidupnua semua dalam kendali orang tuanya.


Tangan Lana menggenggam gelas kaca yang petugas pantri antarkan. Tidak dia minum, hanya dipegang, saking eratnya sampai pecah dalam genggaman dan membuat luka di telapak tanganya. Darah pun menetes ke lantai tak dia rasakan.


“Isyana milikku, dia punyaku, dia tidak boleh jadi milik orang lain!” batin Lana menelan ludahnya sampai bergetar.


“Aaaaarrrggg!” teriak Lana mengamuk, melempar semua yang ada di atas meja kerjanya.


Lana kemudian menunduk, menjambak rambutnya kasar dan acak dan menangis.


"Huuughs huugghs...." Lana menunduk menangis meluapkan semua rasa yang tidak bisa dia bagi pada siapapun.


Lana terlambat menyadari perasaanya pada Isyana. Lana terlalu bodoh menyiakan Isyana.


Lana baru menyadari betapa beruntungnya dia saat Isyana di sisinya, begitu patuh, memperhatikan semua kebutuhanya. Menjadi istri yang begitu manis tak pernah membantah dan selalu berusaha membahagiakanya.


“Binar brengseeek. Binar harus mati, binar harus matiiik, bug- bugg! Isyana tidak boleh bersamanya!” teriak Lana lagi, hilang kendali malah memukul- mukul meja sampai mejanya pecah.


Lana kemudian duduk lantai memegang kepalanya.


Pegawai Lana yang mau meminta tanda tangan sampai kaget, ketakutan dan mundur. Arbi pun datang.


“Ssssttt, jangan diganggu!” bisik Arbi.


“Saya juga takut banget Pak, tapi ini ada banyak berkas yang harus ditanda tangani!” tutur pegawai Lana menunjukan banyak pekerjaanya.


“Taruh saja, biar aku yang urus!” jawab Arbi.


“Terima kasih Pak!” jawab Pegawai lalu menyerahkan dokumen di atas meja Arbi.


Arbi menatap sekilas. Arbi juga takut kalau pas Lana lagi ngamuk.


Sebenarnya dulu saat di kantor cabang C, Lana juga sering marah, tapi Isyana rutin mengikuti mau Bu Wira, memberikan obat di minuman di sarapan Lana. Dulu Isyana tidak tahu apa itu, katanya vitamin. Sebelum tidur juga.


Bahkan Lana hampir sembuh untuk beberapa waktu. Lana bisa mengendalikan emosinya dan bisa menjadi orang yang cerdas dan berprestasi. Akan tetapi jika kesal dan marah, dia harus melampiaskanya dengan memukul apa yang dia temui, termasuk Isyana.


Arbi pun menelpon Bu Mutia. Sayangnya Bu Mutia sedang facial dan massage.


“Haiish...,” desis Arbi.


Hanya Bu Mutia dan Isyana yang biasa dan bisa meredamkan Lana. Arbi pun memilih menutup pintu ruangan Lana.


“Bisa ikutan stress gue kalau gini?” batin Arbi pergi dan membiarkan Lana sendirian.


Padahal hari ini ada beberapa pertemuan dan pekerjaan masih banyak. Akan tetapi oleh Arbi dibatalkan semua.


****


Di Rumah Sakit.


“Ini ponselnya Sayang...,” tutur Binar mesra menyodorkan ponsel ke Isyana yang sedang bersandar memegang remote menonton televisi.


“Makasih, Mas!” jawab Isyana mengambil ponselnya.


“Kasih hadiah dong! Udah ambilkan ponsel kan!” jawab Binar menyodorkan pipinya.


“Ehm...,” dehem Isyana ragu jual mahal.


“Cepat!” tuntut Binar. Udah punya istri masa dianggurin pipi kuatnya.


“Harus yah?” tanya Isyana tersipu.


“Iyalah! Kemarin baru yang kanan sekarang yang kiri! Nanti tambah lagi!” jawab Binar lagi dengan wajah sok imutnya.


Isyana semakin tersipu, Isyana tidak pernah bermesraan seperti itu bersama Lana.


"Aih malu...malu lagi. Cepetan!" tuntut Binar lagi agresif menyerahkan pipinya.


Isyana menelan ludahnya.


Karena sudah yang kedua, Isyana tidak menolak dan memberikan kecupan ke Binar.


“Cup!” satu kecupan mendarat ke pipi kiri Binar, Binar bergidik.


“Kok bergidik?” tanya Isyana tersinggung.


“Nyetrum sampai ke bawah!” jawab Binar bercanda. Tapi memang iya, semua tubuh Binar seperti ada tombolnya, begitu sentuhan dengan Isyana membangunkan yang ada di bawah sana.


“Iiisshhh...!" desis Isyana tersipu- sipu.


"Dah situ, boleh mainan hp. Tapi awas kalau Mas dicuekin. Mas sita!" tutur Binar posesif.


Isyana pun cemberut dan memoncongkan bibirnya.


"Isyana bukan anak Paud kaya Putri Mas. Taulah gimana batasanya. Udah hampir tiga hari lho Isyana nggak buka hp," jawab Isyana kesal. Masa Binar nasehatin Isyana kaya nasehatin Putri.


"Yaya...," jawab Binar..

Binar pun memilih membuka i-Pad nya juga dan duduk di sofa.


Isyana menyalakan ponselnya dan membukanya, kemudian cemberut dan berkacak pinggang menatap Binar.


"Maas!" panggil Isyana manja dan manyun.


"Apa. Sayang!" jawab Lana tidak menoleh dan malah fokus ke I_Pad.


"Mas!" panggil Isyana lagi lebih keras dan berani manja.


"Apa?"


"Lihat aku!"


"Apaa?" jawab Binar akhirnya meletakan I_Padnya.


"Kenapa Intagramku, Facebooku, Telegramku? Twitterku? nggak ada?" protes Isyana.


Ternyata Binar sudah tahu kelakuan Bu Wira. Itu sebabnya dia hapus semua media sosial di ponsel Isyana.


Apapun gejolak dan masalah mereka di luar, Binar mau, keluarganya, anak istrinya hidup tenang dan aman.


Masalah di publik ada tim juru bicara keluarga dan pengacara yang urus.


"Iiish kamu itu sekarang jadi Nyonya Priangga. Nggak perlu begituan! Udah punya suami juga centil- centil!" jawab Binar lagi.


"Whaat?" pekik Isyana tidak terima di katai centil.


"Maas, Isyana kan mahasiswa butuh update informasi!"


"Nanti kamu pilih saja, siapa yang mau jadi asitenmu. Liat lewat akun official Mas aja!" jawab Binar lagi.


"Hhh...," Isyana hanya diam masih mencerna ingin protes tapi mulai berfikir, seperti apa memang suaminya ini?


Ya...di keluarga Bu Dini, media sosial pribadi memang dibatasi. Privasi keluarga mereka dijaga. Sebenarnya Isyana saat bersama Lana juga begitu.


Isyana baru kenal medsos setelah kuliah diajari Dina.


"Udah, fokus selesaikan kuliahmu. Jadi Mommy Putri dan anak kita. Nggak usah medsos- medsosan!" sahut Binar lagi.


"Tapi kan butuh Mas. Buat lihat- lihat kalau lagi bete juga!" jawab Isyana lagi.


"Kamu kan sekarang udah jadi ibu, mending baca ilmu jadi ibu yang baik, jadi istri yang bahagiain mas juga...," jawab Binar lagi.


"Ya!" jawab Isyana.


Binar kalau lagi waras sangat lurus otaknya. Tidak ada belok- beloknya sedikitpun. Binar pun menjawabnya sambil memeriksa pekerjaan dari email Saka.


"Ingat kata Pak ustad. Prioritasmu bahagiakan Mas!" sahut Binar lagi.


"Hmmm..," jawab Isyana berdehem.


Isyana kemudian memeriksa whastap.


Ada ribuan pesan masuk, baik dari grup kelas kuliah, dari Dina dari Putri yang kangen, dan yang terakhir dari Adnan.


Isyana jadi kaget pas baca pesan Adnan tempo hari. Ya kemarin Adnan memang sudah memberitahu tentang perburuanya terhadap dua dirijen di dekat greenhouse.


"Maas," panggil Isyana lagi.


Binar tidak menjawab dan fokus pada I-Padnya.


"Maaas," panggil Isyana kedua kalinya


Binar masih fokus.


"Mas!" panggil Isyana lebih keras dan Binar baru dengar.


"Hmmm... apalagi?" tanya Binar tapi tidak menoleh dan tampak sibuk.


Isyana jadi kesal. Binar yang nggak mau dicuekin tapi Binar bahkan dipanggil nggak noleh.


"Taruh nggak I-pad nya!" bentak Isyana akhirnya mulai keluar sifat nyonya -nya.


"Woaah?" Binar pun terbengong dan reflek mendengar Isyana yang malu- malu akhirnya bentak.


Lalu ditatapnya istri tercintanya itu. Dahinya mengkerut dan bibirnya mengkerucut.


"Ehm...," dehem Binar jadi patuh karena Isyana cemberut.


"Sini!" panggil Isyana lagi.


"Ya... Baginda ratu!" jawab Binar merayu.


Isyana masih diam. Binar pun mendekat.


"Apa sayang. Apa? Jangan cemberut gitu dong!" ucap Binar menoel pipi Isyana.


"Nih baca!" ucap Isyana menunjukan whastap Adnan.


Binar pun mengambilnya dan melotot, wajahnya menegang dan kembali serius


"Baca juga pesan Dina. Kenapa Mas nggak cerita?" protes Isyana.


Binar masih fokus membaca pesan Adnan dan mengeratkan rahangnya.


"Nona Mika Riri Haliza.. tunggu hadiah dariku?" batin Binar geram.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 194"