Istri yang terabaikan Bab 191

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


191 Aduan ke Binar


Sementara di tempat lain, Adnan yang merasa analisisnya benar tapi selalu salah dibuat speechles.


“Putri menikah dengan Tuan Binar Aksa?” gumam Adna syok dan langsung lemas. Dulu saat berkenalan kan Isyana mengenalkan dirinya ke Adnan bernama Putri.


Adnan yang sudah rapih hendak bekerja langsung terduduk diam mendengarkan televisi.


“Bagaimana bisa, Putri menikah dengan Daddynya Putri. Benarkah Putri seburuk itu?” gumam Adnan lagi malah pikiranya semakin semrawut.


Adnan kan tidak kenal Bu Wira dengan baik juga. Jadi Adnan tak punya pegangan.


“Apa itu sebabnya Putri tidak membantah dituduh selingkuh dneganku? Dan memilih kabur dan tinggal di greenhouse? Tapi kenapa dia marah padaku?” gumam Adnan lagi.


"Sebenarnya siapa yang harus aku percaya? Tindakanku sebenarnya salah atau benar sih?'


“Kasian sekali Bu Tiara kalau benar Putri begitu? Ahh kenapa aku mudah sekali percaya pada Putri, bahkan aku jatuh cinta padanya. Dia kan hanya perempuan yang kabur dari mobil bak itu?” gumam Adnan lagi mengingat pertama kali bertemu Isyana di pasar sayuran.


“Tapi aku tak pernah mendapati satu kalipun Isya Putri bersikap seperti ini? Dia terlihat begitu baik dan menarik. Kenapa pusing sekali sih?” gumam Adnan lagi mengacak- acak rambutnya.


Adnan membunuh dirinya sendiri sangat pusing. Adnan tak menemui Isyana, tak mendapatkan kabar yang benar. Hanya cerita orang ketiga dari Tuti.


Adnan tak kenal Mika dengan baik. Tidak kenal keluarga Lana dengan baik. Apalagi keluarga Binar.


“Benar kata Emak, Isya Putri tidak jelas asal usulnya. Aku tidak boleh peduli lagi,” gumam Adnan malah ambil kesimpulan sendiri..


Adnan pun mematikan televisi. Kemudian memasukan ponselnya ke tas dan memutuskan untuk berangkat bekerja.


Padahal begitu ponsel Adnan masuk, ada dua panggilan masuk ke ponsel Adnan. Pertama dari polisi, kedua Isyana.


****


Di kantor polisi.


“Tuan Roy Alamsyah!” ucap polisi menghadapi seoarang preman pasar. Laki- laki pemilik plat nomor yang ada di video Adnan yang dikirimkan ke polisi.


Bau rokok dan aroma alkohol menyeruak, memyebar ke seluruh ruang.


Bau itu pun tertangkap indra penciuman mahkhluk yang berada di ruang interogasi sempit di kantor polisi itu.


Laki- laki berkepala plonthos dan bertato di lehernya dengan tangan terikat ke belakang, tampak memandang kosong tidak takut ke polisi.


Rupanya Roy setengah mabuk, tapi masih sadar.


Roy si pesuruh Mika akhirnya ketangkap. Dan dia sedang dalam interogasi polisi.


“Ya... saya!” jawab Roy.


“Benar ini motor anda?” tanya polisi.


“Bukaan, anda salah lihat!” jawab Roy sambil cengengesan.


“Tapi ini stnk, berbunyi nama Anda?”


“Hahahahaha,” Roy malah ketawa. “Dasar poliiis Guooblg!” Roy malah meracau. “Kalau sudah tahu kenapa harus tanya segala. Lepaskan aku!” ucap Roy malah mengintervensi Petugas.


“Apa ini anda?” tanya Polisi lagi menunjukan foto potongan video yang memperlihatkan gestur tubuh Roy dan kebetulan warna jaketnya sama.


“Tidak tahu, aku lupa!” jawab Roy asal lagi.


“Brak...,” polisi memukul tongkat senjatanya menggertak Roy.


Roy sangat menyebalkan dan tidak sopan.


“Jangan galak- galak Pak, saya juga bisa galak!” jawab Roy.


Dasarnya Preman dan habis minum alkohol, Roy tidak takut sama sekali.


Bahkan Roy beserta motornya di tangkap tatkala roy sedang tidur di kontrakanya yang berantakan. Roy menghabiskan uang dari Mika untuk berpesta.


“Apa yang anda lakukan di sana?” tanya Polisi lagi.


“Kepo banget sih Pak!” jawab Roy ngelantur berani.


Polisi pun hanya bisa mengulum lidahnya kesal, menghadapi orang mabuk memang cukup menguras kesabaran.


Polisi melirik temanya. Salah satu polisi kemudian mengguyur Roy dengan air secara kasar.


“Haissshh....” desis Roy kesal.


“Jawab perrtanyaan saya. Ini anda atau bukan?”


“Saya lupa. Menurut Pak Pol gimana?” jawab Roy lagi masih tetap ngawur terus.


Bukan hanya air dan gertakan meja, kali ini, pak penginterogasi kesal dan memukul Roy.


“Jawab yang benar!” bentak petugas setelan menampar Roy.


Roy mengaduh pedas.


“Mau kutampar lagi?” tanya Petugas.


Roy tersenyum menggeleng. “Nggak, sakit Pak!”


“Ini kamu kan?” tanya petugas lagi.


“Ya!” akhirnya Roy mengaku.


“Apa yang kamu lakukan malam- malam begitu di situ?” tanya petugas lagi.


“Ah bapak lucu sekali, sudah jelas saya lagi naik motor!”


“Plak!” petugas menampar Roy lagi.

Orang mabuk macam Roy, hanya menghabiskan waktu. Sudah tidak tahu sopan santun, celelekan dan tidak jelas. Jadi setiap pertanyaan disertai pukulan.


“Apa yang kamu lakukan?” tanya petugas lagi.


“Bekerja!” jawab Roy akhirnya.


“Pekerjaan seperti apa?” tanya petugas lagi.


“Bekerja yang mendapatkan uang! Seperti kalian. Uang uang uang,” jawab Roy lagi terbawa pengaruh alkohol.


“Pekerjaan apa?” bentak Petugas lagi.


“Bakar rumah!” jawab Roy mengaku.


“Jadi ini benar dirijen yang kamu bawa isi bensin?” tanya Petugas melesik.


Petugas memang harus rinci agar akurat.


“Ya!” jawab Roy.


“Siapa yang membayarmu?” tanya Petugas.


“Hoaaaam...,”


Roy tidak menjawab dan malah menguap kasar dan tidak sopan. Bau alkohol yang tadi mulai menghilang kembali datang langsung menyebar dan membuat petugas pusing.


“Siapa yang membayarmu!” bentak petugas lagi masih sabar.


“Lupa!” jawab Roy ngawur.


Untuk kesekian kalinya petugas memukul Roy. Tapi Roy yang sudah ngantuk berrat tak merespon.


“Siapa yang mempekerjakanmu?” tanya petugas lagi.


“Mika!” jawab Roy sambil teler.


Petugas langsung melotot.


“Siapa Mika?” tanya petugas.


“Braak,” sayangnya Roy malah menyandarkan kepalanya di meja dan memejamkan mata. Roy yang mabuk ditambah dipukul teler.


“Hah...,” petugas hanya bisa menghela nafas menahan sabar.


"Bawa ke sel. Biar tidur nanti sambung lagi!" perintah petugas ke anak buahnya.


Petugas lalu menelpon Adnan untuk menanyakan siapa Mika. Sayangnya malah tak diangkat. Petugas memilih menunggu Roy stabil lagi dan menyelesaikan pekerjaanan lain.


****


Di rumah sakit.


Malam ini Isyana dan Binar tidur dengan tenang. Bahkan Binar dengan tidak sopan tidur di atas bed, memeluk Isyana tanpa jijik.


Untung mereka memilih kelas vvip yang sekamar sendiri dan kamarnya luas.


Setelah bangun, mandi dan sarapan. Binar dengan setia mengantar Isyana ke ruang bayi. Menyapa bayinya yang sangat kecil dan memberikan dukungan.


Setelah itu konsultasi, menanyakan perkembangan dan memberikan ASI hasil perahanya.


Dokter pun menjelaskan detail perawatan bayinya. Mulai dari mengupayakan kehidupanya dulu, nafas dan jantung barulah pertumbuhanya.


“Terima kasih, Dok!” jawab Isyana dan Binar, karena pagi Isyana dan Binar menemui Dokternya.


Pihak RS maupun Isyana dan Binar sibuk dengan pekerjaan dan urusan masing- masing sehingga tidak sempat memperdulikan berita recehan dari Bu Wira.


Setelah menyerahkan ASInya, Isyana dan Binar kembali ke ruang rawatnya.


Sekarang giliran Isyana yang diperiksa. Dan ternyata semua hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang baik.


Dua hari pasca lahiran, Isyana diperbolehkan pulang. Harusnya ibu bersalin normal 1 hari boleh pulang, tapi karena Isyana sempat perdarahan jadi perbaikan kondisi dulu.


“Ya... Dok, terima kasih!” jawab Isyana lagi senang mendengar kabar dari Dokter.


Dokter pamit pergi. Isyana pun menoleh ke suaminya tersenyum.


Binar mendekat dan memegang tangan Isyana lembut.


“Cuti kuliah dulu, ya! Tinggal di rumah mamah aja!” tutur Binar menyrankan Isyana pulang ke rumah Tuan Priangga di Ibukota bukan di kota B.


Isyana diam, butuh banyak pertimbangan.


“Isyana mau ponsel Isyana Mas. Isyana bisa putuskan, setelah Isyana komunikasi dengan Nenek, dan teman- teman Isya,” jawab Isyana sedari kemarin belum lihat ponsel.


Binar mendengus. Sebenarnya Binar dan Lana sama- sama posesif, hanya beda jenis.


Binar akan sangat cemburu dan tidak suka kalau saat bersamanya Isyana memegang ponsel, jadi mengacuhkan, tidak fokus dan banyak dampak negatif. Selama dirawat ponsel Isyana masih di mobil Binar dan dimatikan.


“Ya... Mas ambil. Tapi putuskan segera. Kalau mas, maunyskamu tinggal di sini saja. Tidak baik bolak- balik ibukota dan kota B. Kamu harus sehat dan rutin jenguk bayimu kan?” tutur Binar lagi.


“Ya tapi, Isyana mau lihat ponsel dulu!” jawab Isyana meminta Binar memberikan ponselnya.


Binar kemudian mengangguk keluar mengambil ponselnya.


Isyana kan juga belum lihat pesan Adnan dengan baik dan mengadukan ke Binar.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 191"