Istri yang terabaikan Bab 188

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


188 Mas Sabar kok.


"Dug...."


Begitu melihatan ajudanya datang Lana langsung menghempaskan cekalan security rumah sakit dan menendang keduanya.


"Hhhhhrrrggg. Kalian tidak tahu siapa aku?" hardik Lana hampir menginjak perut satpam


"Laaanaa!" teriak Bu Wira mencegah.


Bu Wira melihat para pasien dan pembesuk rumah sakit berkerumun memperhatikan mereka. Bahkan ada yang merekam.


Dengan mengeluarkan air mata. Bu Bergerak maju. Meraih tangan Lana.


"Sudah Lana... sudah. Tuhan Maha Melihat. Kamu tidak perlu melakukan ini semua. Untuk apa kamu marah. Biarkan saja istrimu begitu. Kamu sudah memperjuangkan cintamu. Kamu sudah berniat baik untuk bertanggung jawab. Isyana lebih memilih Binar yang jauh lebih kaya darimu. Itu sudah pilihan hidupnyaaa.. kelak anakmu pasti akan mengerti, Lana. Ayo pulang..." tutur Bu Wira lagi, menangis memegang tangan Lana.


Semua orang yang mendengar tentu saja semua sepakat dan mengira Lana dihianati Isyana dan Binar..


Lana terdiam menunduk dan tertegun melihat dua satpam terjatuh meringkuk karena Lana mengeluarkan semua tenaganya. Beberapa satpam mendekat begitu juga ajudan saling menahan dan suasana tegang.


Tangan Lana gemetaran, rahang Lana juga menegang begitu juga wajahnya memerah.


Lana dikuasai emosi yang campur aduk dan kepalanya mau pecah rasanya dan akhirnya Lana menangis, meneteskan air mata sebagai jalan saking dia merasa kalah tapi tidak tahu bagaimana caranya.


Suasana jadi hening. Lalu ajudan segera mendekat dan mengajak Lana pulang. Bu Wira mengangguk dan mereka meninggalkan rumah sakit.


Lalu satpam membubarkan kerumunan orang.


***.


"Ayoo..." tutur Binar di dalam kamar mandi sambil menuntun Isyana dan membawakan plabot infus Isyana.


"Ehm...," dehem Isyana tidak nyaman. Mereka berdua kini berada di dalam kamar mandi rumah sakit yang sempit.


Sesampainya di ruang rawat, perawat langsung mendatangi Isyana dan memeriksanya. Semua tanda- tanda vital Isyana sudah berangsur membaik dan normal. Hanya tinggal tensinya yang masih rendah.


Pengeluaran darah dari jalan lahirnya juga sudah normal sebagaimana mestiya. Isyana juga sudah mendapatkan suntikan obat. Obat yang ada di botol infus pun sudah habis dan diganti cairan biasa.


Binar tentu saja sangat bahagia, setelah bergadang semalaman sampai malam lagi oerjuangannya berhasil. Apalagi hadiahnya langsung bisa menjadi suami Isyana.


Setelah perawat pergi, Binar langsung mengajak Isyana ke kamar mandi.


"Ayo, apa Mas?" tanya Isyana kikuk.


"Ganti bajumu, mandi. Aku bantu! Habis itu aku pijat payuudaramu!" tutur Binar tidak sabar ingin menyentuh dua benda bulat yang pernah ia lihat sekilas saat video call malam itu.


Mungkin jika pasangan suami istri bersalin yang lain hal itu wajar. Pasien bersalin lain kan pasti suaminya sudah menjelajahi istrinya. Tapi tentu berbeda dengan Binar dan Isyana yang baru beberapa jam menjadi suami istri. Binar menyentuh Isyana saja baru berapa kali.


"Ehm...." dehem Isyana bediri kaku, menelan ludahnya plintat plintut, walau dalam keadaan nifas.


Situasi sekarang kan sadar, sudah tidak kesakitan dan lepas kendali seperti saat bersalin. tentu saja malu membayangkan asetnya dipijat- pijat.


Binar pun berkacak pinggang menatap geli ke Isyana. Rasanya Binar seperti menikahi gadis, padahal janda. Tiara yang gadis saja tak seperti Isyana.


"Sayang kamu bukan gadis lagi, aku suamimu. Kenapa kamu tampak takut dan malu padamu. Kamu udah jadi ibu lho. Apa kamu seperti ini juga terhadap Lana!" tutur Binar memancing, berakting merajuk agar Isyana tidak kaku.


Mendengar kata Lana Isyana jadi mendelik.


"Maaas!" pekik Isyana dahinya mengkerut.


"Kenapa bahas Mas Lana sih?" protes Isyana tidak suka.


"Ya udah. Bukan aku mengusik atau membandingkan. Kamu aja sama Lana sampai hamil. Kamu bukan gadis polos lagi. Aku sekaran suamimu lho! Kamu nggak perlu takut atau malu. Mas mau tolong kamu. Mau bantuin kamu. Mas halal untuk kamu dan kamu halal untukku!" sahut Binar menuntut.


Binar jadi suudzon. Padahal hubungan Isyana dan Lana memanh sangat kaku. Awalnya saja Binar terpengaruh obat. Selebihnya Isyana menjalankan kewajibanya hanya mengingat dia istri. Tak ada komunikasi apalagi candaan mesra.


Mendengar penuturan Binaar Isyana pun tersentak. Seharusnya Binar yang lebih berkompromi, Isyana harus lebih berani.


Isyana kemudian mendekat ke Binar, lalu menghadap memelakangi Binar.


"Tolong lepaskan talinya!" ucap Isyana menyerahkan tubuhnya dan meminta Binar melucutinya.


"Ehm...," saat Isyana pasrah tepat di depanya, sekarang gantian Binar yang berdehem mendadak jantungnya berdebar kencang.


Binar mendadak gugup benar- benar akan menggarap Isyana.


"Kenapa diam?" tanya Isyana karena Binar tak kunjung menarik tali baju pasien Isyana dan malah mematung.


"Mas lupa. Baju gantimu masih di kresek!" jawab Binar gelagapan.


Binar baru sadar tadi terlalu semangat ke kamar mandi sampai lupa membawa handuk washlap baju ganti dan sabun.


"Ehm... ya udah ambil dulu!" jawab Isyana mendengus.


"Kamu duduk dulu biar nggak lemes!" ucap Binar menggantungkan infus Isyana pada gantungan baju di kamar mandi.


Isyana patuh dan duduk di atas kloset duduk. Yah, walau berdiri sebentar Isyana sudah keringetan.


"Huuuft!" baik Binar dan Isyana di dalam dan di luar kamar mandi sama-sama menghela nafas.

Mereka sama- sama pernihakan kedua kenapa rasa dheg- dheganya melebihi pernikahan pertama.


Binar pun mencari peralatan yang tadi sudah dia ambi dari Saka. Binar meminta pacar Saka yang membelikanya.


Termasuk pakaian dalamnya, pembungkus kedua aset kembar Isyana, semua masih segelan


****


"Dia suamiku.Dia bukan lagi Tuan Aksa yang aku kenal dulu. Dia suamiku! Aku mencintainya, dia suami idamanku," batin Isyana menahan deguban jantungnya, agar rileks dan tidak malu.


Toh tadi saàt perawat mencabut selang kateter air seninya kan Binar sudah nyicil ngintip. Tapi entah kenapa berduaan seperti ini membuat pacuan jantungnya terus berdetak tak beraturan. Seperti mau menghadapi ujian nasional.


"Maaf lama menunggu!" tutur Binar mengagetkan Isyana yang sedang melamun. Binar masuk membawa satu kardus belanjaan.


"Nggak kok!" jawab Isyana kikuk memakaa tersenyum. Isyana tidak mau Binar marah lagi.


"Ini benar ukuranmu?" tanya Binar menunjukan dua pakaian dalam wanita.


Isyana tersenyum tersipu Binar memegang pakaian dalam wanita.


"Kan kita mau latian pijat oksitosin dan breastcare Mas! Aku tidak perlu pakai itu. Pakai celaanya saja." tutur Isyana mengingatkan.


"Oh iyaa... lupa!" jawab Binar menarik lagi malu juga.


Sekarang giliran Isyana memberanikan diri dan tidak malu, malah Binar yang gugup.


"Ayo. Bantu aku mandi dan lepas bajunya!" tutur Isyana sekarang meyakinkan hatinya. Binar suami yang akan mengurusnya dan jadi sandaranya.


"Gleg," Binar menelan ludahnya mendengar ajakan Isyana. Padahal itu memang keinginan Binar.


Tapi, saat semua nyata bukan hanya di otak. Jantung Binar berdegub kencang dan ada aliran listrik yang meraangsang si kecil Biar bangun dan menegang keras sempurna. "Ingat Binar sabar. Dia masih nifas dan masih sakit," batin Binar mengontrol naapsunya agar tidak kemana- mana.


"Oke!" jawab Binar menyembunyikan lehernya yang hampir tercekat memendam haasray yang menggebu.


Binar menyembunyikan tangan gemetaranya, lalu ditarik tali baju operasi Isyana yang terikat di belakang. Isyana belum ganti baju lagi dari persiapan operasi yang gagal.


"Sreeet...," baju operasi yang berbentuk tanpa lipatan dan tali langsung terlepas.


Isyana yang disiapkan hendak operasi tapi tidak jadi, pun ternyata sudah tidak memakai pakaian lain.


"Ehm...," dehem Isyana menunduk. Isyana sudah ikhlas lahir batin seluruh tubuhnya dilihat Binar.


Kini di hadapan Binar Isyana berdiri tanpa seheelai benangpun yang menutupi bagian tubuhnya, pampers baru saja dilepas perawat.


Binar pun menelan ludahnya. Si jagoan kecilnya yang lama tak di hadapkan pada keindahan dunia mahakarya Tuhan itu langsung mengeras sempurna.


Isyana lalu duduk lagi, di atas kloset duduk.


Tubuh Isyana tidak terlalu tinggi, akan tetapi kulitnya yang selalu tertutup pakaian sopan ternyata begitu bersih, mulus tanpan noda.


Kulitnya begitu kencang berisi tidak kurus ataupun gendut. Walau habis melahirkan, begitu bayinya keluar meski tak selangsing awal tapi perutnya mengecil dan tetap terbentuk indah.


Justru kedua daging di bawah tulang belakangnya tampak menonjol besar, pasti sangat kenyaal jika dipegang. Kedua aset anaknya juga menantang berisi padat dan penuh. Aah Binar jadi berpikir banyak.


"Aku dingin Mas. Cepat bantu aku mandi!" pinta Isyana menyadarkan lamunan Binar yang sudah mulai oleng.


Isyana melihat mata Binar yang mulai merah.


"I- i- iyah!" jawab Binar mengembalikan kesadaran, otaknya sudah dikuasai dengan hasraat yang membara.


"Aku masih nifas Mas. Kamu bantu aku demi anakku kan?" tegur Isyana mencoba memahami suaminya.


Binar pun tersenyum sadar.


"Anak kita!" jawab Binar.


Walau bagaimanapun Binar berusaha mengontrol naapsunya dan mendahulukan cinta dan kasih sayang tulusnya.


"Maaf yaa. Sabar!" tutur Isyana


"Iyah. Mas Tahu. Mas akan sabar kok. Ini kamu rasakan airnya. Nanti kalau kurang panas atau kepanasan bilang ya!" tutur Binar mulai mengambil gayung hendak memandikan Isyana


Isyana tersenyum mengangguk.


Binar menyalakan kran dan mengatur water hiter menampung air di ember.


"Cukup Mas!"ucap Isyana mencelupkan tanganya.


"Mas guyur yaa!"ucap Binar.


Binar pun memandikan Isyana dengan telaten


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 188"