Istri yang terabaikan Bab 184

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


184 Akad Sah


Maafkan jika ada pendapat dan ilmu yang salah.


Please ini fiktif dan kehaluan yaak. Semua yang aku cantumin sebagai pemanis agar hidup, bukan untuk ngajarin. Makasih.


Kalau untuk pedoman pembaca di kehidupan real, belajar dari sumber yang valid dan bersanad, jangan aku.


****


“Saya terima, nikah dan kawinya, Isyana Putri Anjani binti Almarhum Atmadja Subiyantoro dengan maskawin cincin berlian eropa murni dengan harga 2,5 Milyar dibayar tunai!” tutur Binar lancar dalam satu kali tarikan nafas.


“Bagaimana? Sah?” tanya Penghulu kepada para saksi.


Sejenak suasana hening mencekam. Bukan hanya karena yang datang sedikit dan menikah di ruang sempit, akan tetapi semua, terutama Isyana dan Teh Bila cukup tertegun, seperti mimpi mendengar harga maskawin Isyana.


Isyana yang tadinya hemoglobinya mulai naik, bibirnya mulai memerah, kini jadi nampak kembali pucat dan wajahnya terbengong keringetan.


“Sah!” celetuk Tuan Priangga memecahkan keheningan.


“Sah!” sahut saksi dari keluarga Isyana dan tamu lain dari pihak KUA dan keluarga Binar juga tersadar.


“Ahamdulillah,” ucap semuanya.


Penghulu yang secara eksklusif langsung dijemput di rumahnya, beserta pegaawai KUA yang bertugas di bagian entri data dan pencetak buku nikah, langsung mengangkat kedua tanganya dan menunaikan tugasnya hendak berdoa. Diikuti semua yang hadir.


Dalam hal ini, Tuan Priangga sedikit salah sih, eh banyak emang salah. Sebab Tuan Priangga memaksa, menyalahi prosedur, bekerja di luar jam kerja, dan meminta hak istimewa.


Tapi kan ini negeri impian. Tuan Priangga tidak merugikan masyarakat lain dan menyakiti orang lain. Malah memberikan kemudahan kepada pihak penghulu dengan membayar lebih dan service exelent.


Pak Penghulu sekaligus wali hakim melantunkan doa dengan khusuk dan bersuara jelas walau tanpa microfon.


Untaian doa yang membersamai rasa syukur dan bahagia, atas pelaksanaan ikrar suci dan janji mulia Binar terhadap Isyana di hadapan Sang Pencipta.


Luapan doa yang Pak Penghulu lantunkan sampai ke gendang telinga Isyana, merayap dan masuk ke relung dalam hati Isyana.


Suara yang tak berupa tapi terasa begitu hebat mengguncang batin Isyana, sehingga kembali meneteskan air matanya.


Tidak bisa dijelaskan betapa kuat gemuruh di hati Isyana. Tidak hanya Isyana akan tetapi Teh Bila, suaminya dan saudara Isyana juga menangis.


Ya, walau tanpa sapuan make up satu milimeterpun di wajah Isyana. Walau tanpa pakaian adat manapun dan masih mengenakan baju operasi yang di ujungnya tercetak noda darah saat Isyana ganti pembaalut tadi.


Masih juga dengan selang DC menggantung berisikan air seni Isyana yang belum sempat dibuang dan dilepas, pernikahan itu tetap berlangsung.


Dalam keyakinan yang Binar anut. Pernikahan akan menjadi wajib jika dua manusia berlawanan jenis, saling cinta, berakal sehat, cukup umur, mampu bertanggung jawab dan cukup nafkahnya, lalu dikhawatirkan akan terjadi hal yang membawa dosa dan jalan menuju kenistaan atau ziina.


Binar lebih dari cukup dalam hal harta, bukan hanya berakal sehat dan cukup umur, Isyana dan Binar sudah matang.


Menunda pernikahan hanya akan membuatnya semakin lama tersiksa dalam jerat dosa yang bisa menenggelamkan mereka dalam kehinaan.


Terlebih, Binar yakin, pada Isyana, ada hati yang butuh dia redam dari segala kegelisahanya. Ada jiwa yang perlu dia bimbing agar berarah dalam berjalan. Juga tubuh kecil dan rapuh yang butuh dia rengkuh dengan tangan kekarnya.


Sejak awal mengenal Isyana, sebelum kata cinta yang menurut dia konyol dan menyebalkan, selalu dia usir namun tetap datang. Binar hanya selalu, menaruh rasa kasihan melihat kerja keras Isyana, lalu berterima kasih pada Isyana telah membuat istri dan anaknya tersenyum.


Kini Binar tidak lagi mengusir kata cinta yang tidak mengenal takut dan kewajaran itu. Akan tetapi Binar menyambutnya, memasukan dalam genggamanya, meminta tali suci pada Tuhan untuk mengikatnya, memberikan rumah, menempatkan dalam tahta tertinggi dalam hatinya, dan menyatu dalam dirinya.


Karena sejatinya arti pernikahan adalah terkumpul dan menyatu.


Ya, hanya itu yang Binar utamakan. Tidak peduli dimana mereka berada, dan apa tanggapan orang lain. Yang penting terlaksana.


“Aamiin, Alfatihah!” ucap Penghulu mengakhiri doanya dan meminta semua melafalkan surah Alfatihah.


Selesai berdoa penghulu pun menuntun Binar untuk membacakan sigat taklik di bukunya. Sembari menyeka air mata yang tampak membasahi kedua pipinya. Isyana mempertajam pendengaranya, menerima semua janji yang Binar ikrarkan.


Setelah itu, Pak Penghulu memberikan nasihat dan pesan pernikahan untuk Binar dan Isyana.


“Tuan Binar Aksa,”


“Ya...,” jawab Binar mantap.


“Hadist riwayat Muslim mengatakan : Takutlah kepada Allah dalam memperlakukan perempuan, karena kalian telah menjadikan mereka istri dengan perjanjian Allah, dan menghalalkan hubungan suami istri atas nama Allah?”


"Mengerti apa maksudnya?"


“Saya akan memperlakukan istri saya dengan baik dan tidak menyakitinya,” jawab Binar sesuai pemikiranya.


Pak Penghulu mengangguk kemudian melanjutkan perkataanya.


“Tiada seorang suami yang memuliakan istrinya kecuali hidupnya dimuliakan Alloh, dan tiada suami yang menghinakan istrinya dan hidupnya dihinakan oleh Allah. Muliakanlah istrimu, buktikan cintamu. Hati- hati dengan istrimu karena istrimu adalah bayanganmu. Jika kau memuliakanya maka istrimu juga akan memuliakanmu. Ucapan istrimu pun bisa menjadi cambuk untukmu yang menyengsarakanmu. Paham ya!” tutur Pak Penghulu lagi.


Binar menganggukan kepalanya mengerti.


"Paham!"


"Siap memuliakan istrimu?"


"Siap!" jawab Binar lagi mantap.


Isyana yang hatinya masih terus dan selalu dibuat bergetar semakin menangis haru mendengarnya.


Dimuliakan sebagai istri? Yah, untuk Isyana yang pernah merasakan pedihnya dihinakan oleh seorang suami, nasehat Pak Penghulu terdengar begitu tajam menusuk dan terpatri.


Isyana seperti mendapat bayaran yang sepadan atas deritanya selama ini meski belum dia jalani. Akan tetapi semua itu nyata ada di depanya, kunci pintu itu tengah Isyana genggam.


Pak Penghulu, lalu menoleh ke Isyana.


“Ibu Isyana Putri Anjani,”


“Ya!” jawab Isyana gugup malu karena air matanya terus mengalir tanpa bisa dia kendalikan.


"Kenapa menangis? Sedih bahagia atau terharu?" gurau Pak Penghulu.


Isyana menunduk malu tidak menjawab. Lalu Pak Penghulu menuturkan nasehatnya lagi.


“Diriwayatkan dalam hadist At- Tirmidzi (No. 1159), Ibnu Hibban (NO. 1291 – al mawaarid) dan al_ Baihaqi (VII/291) Rosululloh bersabda, Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seseorang sujud kepada suaminya, apa anda mengerti maksudnya, Nyonya Isyana?” tanya Pak Penghulu lagi.


Isyana gelagapan dan melirik ke Binar.


Sebuah hadist tentu saja mengandung makna dalam dan luas. Hadist yang Pak Penghulu sampaikan ringan diucapkan, tapi Isyana tentu tahu itu tidak mudah. Binar kan suka nggak jelas, tidak semuanya harus dipatuhi kan?


Tapi Isyana paham arah pesan Pak Penghulu.


“I-iya, mengerti!” jawab Isyana lirih dan melirik ke Binar.


Semoga saja Binar tidak semakin gila ke depanya. Yang diperintahkan hal- hal baik. Walaupun pikiran kotor melayang di otak Isyana, dan rasanya sering geregetan ke Binar berat sekali jika harus patuh sepenuhnya. Tapi Isyana sadar ini moment serius Isyana pun serius. Yakin, Binar pantas untuk dipatuhi.


“Mengerti bagaimana?” tanya Pak Penghulu.


“Saya harus mematuhi suami saya!”


“Ya... Patuh gimana?"


"Patuh terhadap larangan dan perintahnya, memenuhi haknya!" jawab Isyana tersipu.


"Perintah yang bagaimana?" tanya Pak Penghulu lagi.

"Perintah yang tidak melanggar aturan!" jawab Isyana.


"Ya... jangan terlalu serius, Bu. Kita saling mengingatkan ya!" tutur Pak Penghulu yang sudah tua itu dengan tersenyum lagi.


Ketegangan Isyana pun mulai buyar.


Penghulu kemudian mengambil nafasnya dan kembali menasehati Isyana.


"Jadi walaupun suamimu kelak memuliakaanmu, bukan berarti kamu semena- mena dan durhaka pada suamimu. Rosul kita banyak menjelaskan betapa banyak ajaran yang menyebutkan kewajiban mentaati suami. Jadilah istri yang menyenangkan untuk suamimu, menemaninya agar semakin bertambah ketaanya pada Tuhanmu, bukan menjadi istri durhaka yang membawa suamimu kedalam jalan yang salah!”


“Ya... Pak!” jawab Isyana.


"Ketika sudah menikah kalian menjadi satu, baiknya suamimu ya itu baiknya kamu, begitu sebaliknya, saling melengkapi dan mengisi!"


“Termasuk di dalamnya, bantu suamimu menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya, ibu dan bapaknya! Sebab kunci keberkahan hidup kalian ada pada ibu kalian. Suamimu memuliakanmu sebagai istri dan kamu juga harus memuliakan ibunya! Sebagaimana kamu memuliakan ibumu!” lanjut Pak Penghulu lagi.


Isyana yang sudah tidak mempunyai orang tua dan memang akrab dengan Bu Dini tentu saja semakin bergetaar mendengarnya.


“Iya Pak!” jawab Isyana mengangguk dengan manis.


Pak Penghulu kemudian tersenyum melihat Isyana menangis lagi.


Entah masalah apa dan bagaimana tepatnya keadaan mereka. Pak Penghulu hanya berusaha menebak dan memberikan nasihat yang bisa dianggap jadi pegangan.


Pak Penghulu sendiri seperti mimpi, hendak berangkat kerja di jemput mobil bmw dan pria gagah berseragam.


Saka memang membiarkan Pak Penghulu menyelesaiakan tugasnya menikahkan orang lain yang sudah mendaftar jauh- jauh hari.


Akan tetapi seharian itu, Pak Penghulu pergi diantar dan dikawal anak buah Saka, agar begitu selesai langsung ke hajat Binar dan Isyana.


Dan sekarang karena suasana berbeda. Entah kenapa Pak Penghulu yang biasanya memberi nasehat panjang disertai gurauan dan cerita, hari ini terasa tegang, hanya terucap dua hadist yang muncul dan Pak Penghulu menyampaikan dengan cepat dan lugas.


“Hari pernikahan kan hari bahagia Ibu Isyana, saya jadi merasa tertuduh karena sudah membuat anda menangis! Tersenyumlah, tapi jangan ke saya. Ke Pak Binar Aksa ya!” tutur Pak Penghulu lagi berusaha mencairkan hati Isyana.


Isyana kemudian berusaha menarik kedua sudut bibirnya, memaksa senyum walau matanya bengkak.


“Ehm... dengarkan? Menyenangkan suami! Senyum jangan nangis!” imbuh Binar berbisik ke Isyana tampang nakalnya keluar lagi.


“Ehm... ya!” jawab Isyana lirih.


“Ya sudah, saya tidak akan menyampaikan banyak hal, saya cukupkan sampai di sini. Selamat kepada Tuan Binar dan Nyonya Isyana. Semoga Alloh memberkahi rumah tangga Tuan dan Nyonya Binar. Silahkan ditanda tangan berkas- berkasnya!” tutur Pak Penghulu mengakhiri.


Satu pegawai lagi kemudian menyerahkan berkas- berkas yang harus Isyana dan Binar dan tanda tangani. Termasuk buku nikah mereka.


Isyana pun patuh. Dengan wajah manis dan kalemnya, Isyana menerima balpoint yang Binar berikan dan menandatangani semuanya.


Di depan keluarganya itu pula, walau Isyana tidak dandan cantik bak princess, hanya tampi adanya dengan bibir yang pucat, Binar memakaikan cincin seharga 2,5 M itu.


Cincin itu ternyata cincin Bu Dini yang Bu Dini beli saat mendampingi suaminya ke Rusia saat Binar masih berusia 5 tahun lebih tepatnya koleksi perhiasan yang sekarang sudah Bu Dini simpan 25 tahun.


“Dilemesin dong, jangan gerogi gitu, ada Teh Bila sama Saka doang juga! Santai aja nggak usah malu!” gurau Binar ke Isyana yang tanganya tampak gemetaran saking geroginya mendengar harganya.


Binar pun meraih tangan Isyana dan memakaikanya.


Isyana mau protes dan merajuk manja tapi karena ada banyak orang jadi hanya bisa menunduk tersipu tapi memendam kesal.


“Ishhh..,” desis Isyana.


Bila dan saudara Isyana yang lain tersenyum ikut senang. Pria gagah yang terlihat tampangnya diam tegas tenyata receh.


Kini cicin berlian yang berkilauan itu sudah bertengger di jari manis tangan kanan Isyana.


“Cium tangan suamimu Isya!” celetuk Teh Bila.


“Ehm...,” Isyana jadi tambah tersipu, dan Binar nyengir bahagia.


Isyana kemudian melakukanya, untuk pertama kalinya, dalam kondisi halal, meraih tangan kekar yang mulai sekarang akan menjadi pegangan dan tumpuanya menapaki kehidupan.


Isyana pun mencium tangan Biar lembut, lalu tanpa malu Binar mencium puncak kepala Isyana. Hanya saja, jika pasangan lain agak lama dan dalam, Binar melakukanya dengan cepat.


“Abis ini keramas ya!” bisik Binar ke Isyana.


Isyana pun langsung mendelik dan menjauhkan kepalanya.


Isyana tahu, Binar pasti tidak tahan dengan bau kepalanya. Isyana kan habis melahirkan seharian belum mandi.


Isyana mau ngatain Binar lagi tapi malu, jadi hanya mendengus dan mengalihkan pandangan tersinggung. Untung hanya Binar yang tahu bau rambut Isyana.


Tepat setelah petugas KUA menarik dan memeriksa berkas adzan maghrib berkumandang.


Tuan Priangga kemudian mengajak, Pak Penghulu dan keluarga Isyana sholat dan makan.


Binar ikut pamit tapi Binar hanya ikut sholat saja.


****


Di Kota B.


Adnan berhasil menemukan Nenek setelah tanya ke sesama pedangang teman Nenek.


“Mangga... silahkan masuk, silahkan duduk!” tutur Dina mempersilahan Adnan.


“Terima kasih,” jawab Adnan.


“Anda siapa ya?” tanya Dina sopan.


"Saya teman Isyana. benar di sini tempat tinggal Isyana?"


"Ya. Benar!" jawab Dina.


"Apa saya bisa bertemu denganya?" tanya Adnan lagi.


Dina kemudian menggelengkan kepalanya.


"Teteh tidak ada di rumah!"


"Kemana?"


"Di Ibukota. Di rumah mantan suaminya. Mereka ingin mengadakan upacara 7 bulana bayi Teteh," jawab Dina.


"Dheg," Adnan langsung tersentak.


Kemudian mengangguk dan pamit.


"Apa itu artinya Isyana dan suaminya balikan? Apa setelah aku jelaskan tentang Mika mereka jadi sadar? Tapi bukankah Mika sudah menikah dengan Lana? Mika ada di sana kan? Tapi kenapa Isyana tidak jawab lagi? Jangan- jangan?"


Adnan malah berfikir sendiri dan tidak- tidak. Bukanya menghubungi Binar seperti mau Isyan, Adnan justru berniat ke rumah Lana.

****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 184"