Istri yang terabaikan Bab 180

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


180 Sudah lahir.


"Maafkan aku!" ucap Binar menggenggam tangan Isyana duduk di sampingnya.


Isyana terbaring menangis tidak bisa berkata apapun. Ada rasa bersalah yang menghunjam dalam, merasa gagal menjaga bayinya. Tapi semua sudah terjadi kini pilihanya bagaimnana agar selamat.


Ada rasa marah yang menyeruak hingga semua ini terjadi. Akan tetapi mau marah pada siapa? Menyalahkan diri sendiri pun sekarang yang Isyana rasa seluruh tubuhnya sakit. Di ambang perjuangan hidup dan mati, meski tak banyak bercak merah jelas tergambar pada underpad putih yang tergelar di bawahnya.


Mau menyalahkan Binar, Isyana sekarang tidak punya siapa- siapa. Di dalam kesulitan seperti ini, Isyana juga butuh sandaran dan pelindung.


Apapun kesalahan Binar, Binar menjadi tempat Isyana bergantung sekarang. Bahkan Isyana sekarang dimana? Rumah sakit apa? Isyana tidak tahu.


Mau menyalahkan Lana. Isyana juga tidak bisa sepenuhnya, menyalahkanya. Isyana sendiri yang menantang bahaya. Semua ini tidak terjadi jika Isyana tidak memilih pergi.


"Aku takut, Mas!" lirih Isyana.


"Maafkan mas, Sayang." lirih Binar lagi.


"Bayiku akan hidup kan?" tanya Isyana lagi meracau tidak jelas.


Mendengar pertanyaan Isyana, Binar semakin terpojok. Di sini Binar merasa dirinyalah poros semua kesalahan penyebab Isyana celaka.


Kecemburuan Binar yang Binar ciptakan sendiri, mengakibatkan Isyana terluka. Padahal dari awal Isyana sudah menentangnya. Binar berfikir spontan merencanakan semua misinya.


"Dia bayi yang kuat seperti ibunya. Dia akan selamat!" tutur Binar lembut sambil membelai kepala Isyana.


Di waktu yang bersamaan Bidan datang membawa seperangkat alat persiapan operasi, memasang selang buang air kecil dan juga memberikan bebeapa obat melaluli selang infus.


Binar dan Isyana pun mengangguk mempersilahkan. Binar memilih menunggu di depan ruangan menghargai privasi Isyana.


Setelah semua persiapan selesai Bidan pun menginstruksikan Isyana harus segera ke ruang Operasi sebelum keadaan bayinya semakin memburuk dan perdarahan bertambah banyak.


"Bapak, Ibu. Semua sudah siap kan? Berdoa dulu semua diberi kelancaran selamat ibu dan bayi. Kita berangkat ke ruang Operasi ya!" tutur Bidan.


"Ya, Sus. Apa boleh saya ikut masuk?" tanya Binar nekad.


Isyana dan Bidan menoleh.


"Maaf, Tuan Tapi prosedur kami...," tutur Bidan terbata.


Ada beberapa persyaratan untuk keluarga bisa masuk ruang Operasi.


Binar kemudian tersenyum dan merogoh sakunya lalu mengeluarkan kartu namanya.


"Dokter Nata Kusuma kan direktur rumah sakit ini. Dengan siapa istri saya operasi?" tanya Binar lagi.


Bidan menelan ludahnya dan menunduk membaca kartu nama Binar. Tidak disangka pria gagah di depanya adalah seorang putra pengusaha nomer satu di negaranya. Padahal itu rumah sakit pinggir jalan, tipe C pulak.


"Dengan Dokter Candra, Spesialis Kandungan. Dan Dokter Angga Spesialis anestesinya Tuan,"


"Katakan saya akan mendampingi istri Saya!" tutur Binar mantap.


"Ya Tuan. Tunggu sebentar!" jawab Bidan.


Setelah Bidan berlalu sebentar Isyana langsung menggoyangkan tangan Binar.


"Apa di ruang operasi semuanya dibuka?" tanya Isyana lagi.


"Aku tidak akan melihatnya!" jawab Binar tegas.


Binar paham kegelisahan Isyana. Karena sedang tegang dan sakit, penyakit Binar yang nakal jadi sembuh.


"Makasih ya...," jawab Isyana lirih.


"Kalau nggak khilaf ya!" lanjut Binar mengguraui Isyana.


"Iiih," keluh Isyana mencubit tangan Binar


Masih aja Binar membuatnya kesal. Udah seneng- seneng berharap Binar baik dan insaf.


"Kan besok juga jadi punya Mas, jadi lahan garapan Mas. Kenapa sih kalau Mas lihat?" bisik Binar lagi sambil duduk di kursi di samping bed Isyana yang tinggi sehingga Binar di bawahnya.


Meski sakit, candaan Binar cukup mengalihkan fokus Isyana dan membuatnya tersipu malu.


"Tapi kan belum," jawab Isyana lirih.


"Sudah jangan pikirkan apapun. Yakin semuanya sehat yah! Yang penting kamu selamat bayimu juga. Mas tidak akan berfikir macam- macam. Mas dampingi kamu. Kamu harus berani dan kuat!" tutur Binar lagi menepuk tangan Isyana lembut.


"Yah!" jawab Isyana mengangguk.


Seketika itu, sakit Isyana datang lagi, perutnya terasa mules dan sakit lagi. Binar pun kembali memegang tanganya erat.


"Nafas dalam sayang. Kuat yah. Huuuh haaah, berdoa!" tuntun Binar lembut.


"Huuuuft...haaah," Isyana pun mengikuti nasehat Binar dan berdoa.


Di saat yang bersamaan, bidan datang. Rupanya tadi mereka mengkonfirmasi ke atasan mereka. Dan benar saja, atasan tertinggi mereka langsung memerintahkan memberikan pelayanan maksimal untuk Isyana.


Sebab keluarga Binar merupakan salah satu penyumbang dir rumah sakit tipe C itu. Bidan pun segera memberi baju operasi untuk Binar. Bahkan menawarkan membuatkan video persalinan pada Binar dan Isyana.


Binar dan Isyana setuju.


Dalam waktu cepat, mereka pun mendorong Isyana ke ruang operasi.

"Maaas... sakit banget. Seperti ingin buang air, besar..." lirih Isyana ke Binar saat masuk ke ruang operasi


"Sebentar lagi dokter akan segera mengeluarkan bayimu. Pasti semuanya akan baik- baik saja. Sabar yah!" bisik Binar lagi.


Bidan yang mendampiingiinya sedikit melirik tapi karena Isyana berbisik tidak komentar.


Mereka lebih fokus melakukan operan serah terima tanggung jawab ke petugas di ruang operasi.


"Tapi aku seperti ingin mengejaan. Eeek.. eeeegh," lirih Isyana lagi raut wajahnya sudah tak terkondisikan. Dan secara alami Isyana ingin mengejan.


"Sus... istri saya ingin mengejan.. bagaimana ini!" ucap Binar cepat dan keras dengan percaya diri menyebutkan Isyana istrinya.


Bidan dan perawat kemudian saling menoleh. Bidan langsung memeriksa.


"Astagah, ini sudah kroning!" ucap salah satu Bidan.


Perawat pun langsung memanggil dokter kandungan yang sudah menunggu untuk operasi.


Dokter langsung keluar dan memeriksa keadaan Isyana ternyata benar, bayi Isyana sudah ada di depan jalan lahir sudah terlihat rambutnya.


"Siapkan partus set. Beri saya handscoon obsgyn dan panggil tim resusitasi bayi, segera!" ucap Dokter memberi Instruksi.


Perawat dan Bidan langsung melakukan perintah dokter kandungan.


Menyulap tempat penerimaan pasien ruang IBS Jadi ruang bersalin dadakan.


Walau bukan di ruang bersalin dan justru di ruang penerimaan ruang bedah. Isyana melakukan persalinan darurat.


"Bapak Ibu. Ini bayi sudah kroning atau turun di jalan lahir. Jadi kita lalukan pertolongan persalinan normal ya! Operasinya kita cancel. Berdoa semoga semua sehat dan selamat dan lahir cepat!" tutur Dokter.


"Siap Dok. Lakukan yang terbaik!" jawab Binar mantap.


Sementara Isyana terus memegang tangan Binar merasakan dorongan mengejan dari bayinya.


"Bapak bantu angkat bahu dan kepala ibu. Ya. Ibu mengejan kuat ya. Saat kontraksi, ambil nafas dan ejankan seperti saat sembelit!" tutur Dokter mengajari Isyna.


Isyana mengangguk.


Dokter kemudian memposisikan Isyana dengan benar. Perut Isyana pun kembali kontraksi. Dokter kemudian memimpin Isyana.


Air ketuban Isyana memang sudah keluar sejak dari rumah Lana. Dalam dua kali nafas, bayi Isyana lahir.


"Haah.. haah.. Bu!" pimpin dokter kandungan.


"Haah.. haah..," Isyana yang dibimbing dokter mengikutinya.


"Alhamdulillah," lirih Binat tersenyum lega meski sebentar.


Bayi Isyana pun lahir.


Akan tetapi bayi Isyana tidak menangis dan terlihat sangat kecil, bahkan seluruh kulitnya sangat halus dan merah.


Plasenta Isyana juga langsung keluar mengikuti bayi, padahal seharusnya ada jeda.


"Serahkan ke tim resusitasi segera!" ucap Dokter.


Begitu dipotong tali pusatnya, bayi Isyana pun dibawa tim khusus yang menangani bayi.


Binar tidak bisa berkomentar apapun meski melihatnya dengan tatapan ngeri.


"Alhamdulillah sudah lahir Sayang," bisik Binar ke Isyana.


Isyana tampak sangat pucat dan berkeringat.


"Apa sudah selesai? Aku ngantuk... aku lelahh..," lirih Isyana lemah.


Dokter tampak panik dan bidan tampak sibuk menyodorkan alat- alat. Binar tidak paham itu.


"Jangan tidur Bu.. jangan tidur!" hanya itu yang diucapkan dokter.


"Loading sus. Infus dua jalur. siapkan RL!" ucap dokter lagi agak keras dan ketus, dokter juga tampak memasukan tanganya ke organ inti Isyana.


"Siapakan alatnya cepat!" teriak dokter lagi.


Binar ikut berkeringat panik, tapi takut berkomentar. Ternyata dalam waktu dekat underpad Isyana langsunh berwarna merah pekat. Binar jadi panik sendiri.


"Bertahan sayang. Jangan tutup matamu. Bertahanlah!"


"Aku ngantuk maas," lirih Isyana sangat lemah.


"Jangan tutup matamu, sayang, sebentar yah. nanti tidur tapi jangan sekarang!" jawab Binar cepat dan gugup menggenggam erat tangan Isyana.


Binar tahu situasi apa yang terjadi.


Ternyata Isyana perdarahan.


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 180"