Istri yang terabaikan Bab 177

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


177 Isyana Bleng.


Tidak memikirkan bagaimana Binar naik dan keluar? Bisa atau tidak? Manjatnya bagaimana? Nyangkut atau tidak di plafon, mengingat rumah Lana sebagian besar lantai dua dan sebagian satu lantai. Di plafon ketemu hewan apa aja? Kecoa? Tikus? Ular? Digigit atau tidak? Jatuh atau tidak? Ah meski semua pertanyaan itu beterbangan di otak Isyana. Isyana tepis.


Pria gagah dengan sejuta kharisma yang selalu membuat emosinya diblender dan ingin menjadi lelakinya itu, Isyana yakin punya sejuta jurus. Seperti tindakanya malam ini, dia pasti punya jurus ampuh juga menghadapi serangan hewan- hewan seram yang isyana bayangkan.


Isyana memilih keluar. Bahaya kalau di dalam terus. Sebab Binar sendiri punya peliharaan yang buas siap memangsa, sebab lama berpuasa, bisa diterkam anakonda nanti.


Isyana berusaha bersikap biasa saja selayaknya seorang ibu hamil yang selesai buang hajat. Walau dalam hati Isyana bergemuruh, apakah Lana dengar semuanya mengingat Binar sangat nekad.


Bagaiamana dan reaksi Lana kalau tau ada Binar? Bertengkar lagi?


Jika satu lawan satu, Isyana yakin Binar pemenangnya, tapi kalau satu lawan 10? Isyana tidak bisa bayangkan. Lalu bagaimana nasibnya, Isyana masih ingat, rasanya sangat pedas saat tangan Lana sampai di pipinya.


“Sudah?” tanya Lana begitu melihat isyana.


Ternyata Lana terbangun dan masih menunggu Isyana.


“Sudah!” jawab Isyana singkat dan berusaha tersenyum.


Walau bagaimanapun rasanya sangat canggung.


“Apa kamu sering sembelit karena putraku?” tanya Lana perhatian.


Isyana tersenyum lagi.


“Kemarin aku kurang minum dan makan buah jadi begini, tiak selalu kok!” jawab Isyana.


“Boleh aku menyapa anakku?” tanya Lana lagi dengan tatapan mata smirknya.


Isyana gelagapan takut jika Lana kembali menyentuhnya. Alat penghubung Binar masih tertancap di tali pembungkus buah ranum yang sekarang ukuranya membesar. Binar pasti marah dengar Lana hendak mendekatinya lagi.


“Ehm...ma.. maaf, aku ingin tidur lagi,” jawab Isyana beralasan dan menolak disentuh Lana.


Sayangnya tatapan Lana sangat menakutkan. Sepertinya, Isyana menghindari anakonda tapi menemui kobra.


“Aku hanya ingin kelak anakku akrab dan mendengarkanku, aku tidak akan membahayakanmu kok!” rayu Lana lagi sekarang semakin mendekati Isyana.


Nafas Isyana semakin memburu, niat dia menahan Lana kan hanya ingin mengambil kunci, sekarang kan sudah, Lana harus keluar atau dia yang harus keluar. Semua adegan ini di luar skenario yang Isyana persiapkan.


“Ehm..., menyentuhnya setelah dia lahir ya. Aku merasa geli dan tidak nyaman. Dia mendengar kita kok!” jawab Isyana berusaha menolak dan memundurkan langkahnya hati- hati, karena Lana sudah ada di dekatnya.


Dan seperti yang sudah- sudah, sifat memang tidak bisa dirubah. Lana memaksa Isyana terus maju dan mendesak Isyana, meski Isyana berjalan mundur tidak peduli, sampai terduduk di tepi ranjang.


Jantung Isyana semakin berdegub kencang. Emosi Lana kan memang tidak bisa ditebak, apalagi di situasi dini hari menjelang pagi begini. Kalau Lana kumat Isyana mau minta tolong ke siapa? Kalau Isyana seperti dulu, tak masalah, berani melawan, dipukul pun hanya dia yang rasa. Tapi sekarang ada anaknya.


Lana bisa sangat lembut, bodoh, tapi tetiba bisa nekad seperti monster. Isyana harus bisa menjaga iklim hati dan tensi Lana agar terkendali.


Isyana pun terdiam, kaget. Tanpa persetujuan, Lana berjongkok di depanya lalu mencium perutnya.


Entahlah, jika mungkin mereka masih suami istri Isyana akan bahagia, tapi sekarang jantung Isyana berpacu kencang, bergenderang, ketakutan.


“Sudah, ya Mas. Aku geli. Aku tidak takut lagi. Kamu boleh istirahat di tempat lain, terima kasih, maaf merepokan!” jawab Isyana cepat, mengusir Lana secara halus.


Bukanya pergi, Lana mendongak ke atas, dengan tatapan tajam. Lana malah terus mengelus perut Isyana.


“Putra Daddy, jangan repotkan Mamamu ya....,!” ucap Lana lagi seakan sedang berbicara pada Putranya.


Isyana sedikit tertegun, mendengar dan menyaksikan bagaimana sayangnya Lana.


Ya, Isyana yakin kali ini adalah, kasih sayang yang nyata, dari seorang ayah kepada anaknya.


Entah kenapa seperti ada rasa sakit yang menyayat hati Isyana. Tidak bisa dijelaskan.


Bagaimana takdir membuatnya sekarang menampung benih Lana dengan jalan terhormat, melalui jalan pernikahan yang suci, tapi harus berakhir semengerikan ini.


Sebagai ibu, Isyana tetap ada rasa kasihan membayangkan kelak bagaimana anaknya bertanya tentang bapaknya apalagi kalau sampai Lana dipenjara.


Kadang Isyana ingin menangis dan merutuki perjalananya, kenapa dia harus bertemu Lana lebih dulu. Kenapa harus begini? Tapi nasi telah menjadi bubur. Isyanalah satu- satunya orang luar yang tahu sifat asli suaminya.


Dia juga tidak boleh membiarkan orang semengerikan Lana menjadi orang besar dan menjadi pemimpin ribuan orang yang bekerja di perusahaan Suntech. Lana harus sembuh dulu.


Bagaimana psikis anaknya jika bersama lana, lalu kelak bapaknya suka hilang kendali. Bukan Isyana yang jahat, tapi Lana sendiri yang membuat Isyana tidak bisa kembali padanya. Lana menalak Isyana tiga talak.


Apa iya Lana akan menambah dosanya dengan menabrak norma agama dengan memanipulasi surat cerai agar rujuk. Isyana tidak mau itu.


“Ehm..., geli Mas, maaf. Sudah ya!” tutur Isyana lagi menghentikan Lana. Padahal tidak geli, tapi risih.

Lana menghentikan tanganya, dan kembali berdiri.


“Kenapa kamu seperti ketakutan begitu? Kita 2 tahun menjadi suami istri kan? Aku ayah bayimu! Jangan takut! Ini juga kamar kita kan, semua malam indah kita ada di kamar ini, apa kau melupakanya?” tutur Lana malah duduk di samping Isyana.


Isyana semakin gelagapan dan keringat dinginya mulai muncul.


“Ehm... maaf Mas. Tapi sekarang kita sudag bukan suami istri."


"Itu bisa diatur, aku juga bisa membayar orang untuk menikah denganmu, lalu menceraikanmu agar kita kembali!" ucap Lana enteng.


Isyana diam menahan geram dan mengepalkan tangan. Apa- apan, Lana pikir Isyana mau. Lana pikir Isyana boneka.


"Aku ngantuk sekali, aku mau tidur. Aku juga sudah tidak takut lagi. Kamu boleh keluar!” ucap Isyana lagi mengalihkan pembicaraan dan mengusir Lana.


Lana tersenyum mengangguk.


“Baiklah. Tidurlah!” ucap Lana tapi Lana masih tetap duduk.


Akan tetapi tetap saja untuk Isyana senyum Binar menakutkan. “Aku harus berani padanya,” batin Isyana tanganya mengepal. Isyana memang harus berani dan bisa main trik.


“Aku sekarang berani sendiri, keluarlah. Aku ingin tutup pintunya!” ucap Isyana semakin menegaskan usir Lana.


“Ya. Tapi aku mau ke kamar mandi dulu!” jawab Lana.


“Dheg!”


Seketika itu, mata Isyana tak bisa berbohong dan langsung menampakan muka panik.


Apa Binar sudah berhasil naik lagi? Sisa reruntuhan pintu plafon yang cecek akibat Binar turun juga belum dibersihkan. Bagaimana ini. Apalagi sepertinya tadi Binar menggunakan ember untuk pijakan naik? Sudahkah dibereskan? Pecah atau tidak?


“Jangan!” pekik Isyana cepat.


“Kenapa?”


“Airnya sudah habis, yang diember aku habiskan, tadi aku pencet nggak keluar lagi!” jawab Isyana absurb dengan gerakan bola matanya yang tak seirama.


Lana justru tersenyum dan dengan tatapan menyelidik.


“Kenapa tidak bilang? Kan aku bisa segera membetulkanya!” jawab Lana.


“Iyahh, tapi jangan masuk ya!” ucap Isyana lagi.


“Kenapa?” tanya Lana lagi,


“Pup ku belum kugontor dengan bersih, bau! Kamu pasti jijik!” jawab Isyana semakin absurd.


Akan tetapi rupanya Lana tidak terpengaruh.


“Tidak apa- apa” jawab Lana.


Isyana mandheg, ngebleng, otaknya kosong dan mulutnya seperti tercekik tak punya ide lagi.


Bagaimana caranya mencegah Lana? Plafon yang lumayan keras meski tidak keras banget, tidak mungkin kan tikus mematahkanya, lalu berserakan di lantai. Lana pasti curiga, dia akan marah dan kemungkinan akan segera tahu, bisa- bisa akses Binar keluar dan Isyana keluar diperketat, bahaya.


Lana bangun, berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.


Isyana hanya bisa menahan jantungnya agar tidak lompat dan terus memaksa otaknya berfikir cerdas, tapi karena gugup jadi buntu. Isyana hanya bisa berdoa dan pasrah.


“Semoga Mas Binar berhasil kabur, selamatkan kami. Alasan apa yang aku gunakan jika Lana bertanya?” gumam Isyana memilin jarinya berfikir.


“Atau aku sekarang segera keluar saja?” batin Isyana cepat.


"Ya!" Selagi, Lana masuk ke kamar mandi, apapun yang dia temui Isyana memilih bangun dan segera keluar dari kamar itu. Lana tidak mungkin tidak curiga. Kamar mandi kotor dan berantakan. Ibu hamil tidak mungkin mematahkan plafon.


“Aku harus cepat pergi dari kamar ini?” batin Isyana nekad.


Isyana mengambil ponselnya dan bergerak cepat keluar dari kamar Lana.


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 177"