Istri yang terabaikan Bab 174

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


174 Bonus jadi Orang Gila


“Apa- apaan ini?”


“Haaaiissshhhh, jangan mau, Isyana. Jangan!”


“Argh... siaaalll goblllog!”


Binar yang mendengarkan Isyana di ruang kerjanya jadi naik pitam. Binar tahu sekali Lana modus dan mengambil kesempatan.


Alat yang Binar kasih ke Isyana oleh Binar selalu terus bisa Binar pantau, tombol on- offnya hanya untuk mengaktifkan bisa komunikasi dua arah. Jikka mati, hanya Binar yang dengar tapi Isyana tidak. Dan sekarang Isyana matikan karena ada Lana.


“Shhhhhhh...,” Binar langsung mengacak- acak rambutnya sendiri. Rsanya geram panas tidak karuan.


Binar mengepalkan tanganya, “Aku tahu Isyana membahas obat, Lana pasti sedang mengambil obat itu, aku percaya Isyana, tapi kenapa bajingur itu ambil kesempatan.... nggak! Nggak bisa aku biarkan mereka tidur bersama?” gumam Binar kelabakan.


Ternyata rencana yang dia rasa akan berjalan mulus dan mudah, tak sesimple itu. Binar malah terbakar dengan idenya sendiri. Padahal sebelumnya Isyana sudah menolaknya. Dan menyatakan tidak siap. Binar sendiri yang meyakinkanya.


Tapi baru sehari, Binar sendiri yang sudah tidak tahan, padahal Isyana sudah berjuang dengan sangat apik. Isyana memerankan peranya, berubah menjadi mantan istri penurut dan akting tidak tahu apapun.


“Aku tidak bisa biarkan ini, aku tidak bisa! Aku percaya Isyana, Isyana itu milikku, bukan punya Lana lagi. Dia psikopat, aku harus cegah!” gumam Binar belingsatan dia berputar- putar sambil terus mengacak- acak rambutnya.


“Angkat Isyana! Angkat!!!!!” gumam Binar kesal karena telponya justru di rijek.


“Kamu ngapain biarkan dia tidur sekamar sama kamu?” ketik Binar langsung wa Isyana.


****


Di kamar Lana.


Isyana langsung gelagapan mendengar Lana tidak jadi minum obatnya dan ingin menjaganya. Mau Isuana kan Lana tidur ambil kunci ambil surat diagnosa Lana lalu foto semua barang bukti Lana sakit dan tidak pantas jadi pemimpin.


“Ehm..., aku tidak perlu dijaga kok!” jawab Isyana.


“Katamu kamu takut kan? Kalau kamu butuh apa- apa gimana? Aku kalau sudah minum obat ini, tidak akan bangun sampai pagi!” jawab Lana memberitahu. Pada Isyana Lana terang- terangan. selama ini Lana tergantung pada obat.


Dalam hati Isyana, kan memang itu yang diingkan Isyana.


“Tidak perlu begitu, mungkin karena aku sudah lama meninggalkan rumah ini jadi ketika tidak ada orang lain, aku bisa tidur nggak harus dijaga kok!” jawab Isyana.


“Nggak apa- apa!” jawab Lana.


“Besok kan kamu harus kerja Mas. Tidurlah! Minum saja obatnya, sungguh aku tidak ingin merepotkanmu!” jawab Isyana lagi.


Lana tersenyum.


“Aku terlalu banyak menyakitimu dulu, kalau hanya seperti ini, pasti tidak akan sebanding kan? Tidak masalah jangan merasa terbebani, kamu juga jangan takut. Aku tidak akan melakukan apapun terhadapmu. Aku tidak mau ibu dari anakku tidurnya terganggu!” jawab Lana lagi, dengan lembut dan penuh perhatian.


Lana kan lagi pedekate dan terkendali jadi baik.


Di saat yang bersamaan, telepon Isyana bergetar. Untung nama Binar sudah Isyana ganti jadi Mimi Bawel.


“Siapa malam- malam telepon?” tanya Lana ikut kepo mendengar ponsel Isyana bergetar.


Dan tatapan yang tadi teduh tertutupi dengan sikpa lembut kini berubah tajam, curiga dan muncul api emosi di sorot matanya.


Isyana yang sudah mengenal dua tahun, paham tatapan mengerikan, tidak suka dan otoriter itu.


"Teman," jawab Isyana.


“Siapa? Ini sudah malam kok telepon?” tanya Lana lagi.


Isyana kemudian menunjukan ponselnya yang berbunyi mimi bawel.


“Ini teman kuliahku, dia memang bawel,” jawab Isyana berusaha memberitahu dengan tenang agar Lana tak curiga.


“Oh... aku mau bumil yang mengandung anaku sehat, tidurlah, katakan pada temanmu, ini bukan waktunya teleponnan, besok lagi ngobrolnya!” ucap Lana mulai keluar sifat otoriter dan mengaturnya.


“Iya, aku juga sudah ngantuk dan malas ladenin kok!” jawab Isyana merijek panggilan Binar.


Isyana tersenyum mengangguk pada Lana seakan mematuhi kata Lana.


“Aku beritahu dia ya.. kalau aku mau tidur!” ucap Isyana pura- pura wa untuk memberitahu, padahal Isyana mengambil kesempatan untuk wa Binar.


Lana mengangguk, “Aku tidur di sofa ya. Sepertinya kamu tidak nyaman jika aku satu raanjang denganmu!” ucap Lana berbaik hati. Ya pesan Bu Wira memastikan. Isyana nyaman dulu dan mau tinggal.


Isyana mengangguk dan sambil ngetik.

“Apa sih, Mas... Mas Lana ada di dekatku, dia sedang buka laci rahasianya, dia ambil kuncinya, aku berusaha menahanya di sini agar saat tidur bisa kuambil kuncinya dan kudapatkan bukti itu,” kirim Isyana cepat tapi langsung Isyana hapus pesanya.


“Tapi nggak usah tidur sekamar juga. Ingat kamu ada aku sekarang. Jangan selingkuh kamu ya!” ketik Binar memberi peringatan.


“Astagahhhhh... selingkuh gimana? Yang suruh aku di sini siapa?” jawab Isyana kan jadi geram ke Binar. Orang Binar yang suruh, malah dituduh selingkh segala.


“Kamu itu calon istriku, apa sih yang kelebihan Lana dibanding aku? Kamu nggak boleh terpikat pesonanya lagi!” ucap Binar lagi cemburunya mulai over.


Isyana jadi kelimpungan dan kesal sendiri.


Lana yang berbaring di sofa pun mengamati dan mulai curiga.


“Isyana... ibu hamil tidak baik tidur malam- malam, temanmu tahu waktu tidak sih?” ucap Lana mengeluarkan ultimatumnya lagi.


Isyana pun menelan ludahnya, bahaya! Isyaana harus jaga emosi Lana. Kalau tidak semua rencana gagal.


“Iya...,” jawab Isyana.


“Matikan ponselnya, tidak baik tidur menyalakan ponsel!” tegur Lana lagi keluar sifat otoriternya.


“Iya!” Isyana pun mengangguk kembali patuh. Isyana mematikan ponselnya dan menyimpanya. Isyana memejamkan matanya tapi sekarang jadi terjaga menunggu Lana tidur.


Satu macan di depanya memang emosinya berhasil Isyana redam, akan tetapi di lain tempat, harimaunya malah dibuat lapar dan marah.


Binar kan sepakat komunikasi pakai alat canggihnya, karena Isyana matikan sambunganya, Binar sampai nekat lewat hape, ini malah dimatikan.


“Kuraaang aajjjar!” umpat Binar sangat kesal dan cemburunya sampai ke ubun- ubun.


Padahal sudah jam 11 malam, Binar tidak peduli. Binar langsung menyambar jaket dan kunci mobilnya.


Jika siang tadi, saat bersama Saka, Saka masih bisa menahan Binar dan terus meracuni Binar dengan jadwal kerja yang padat. Jadi otak panas Binar teralihkan.


Jika malam dan senndiri seperti sekarang, setan curiga Binar leluasa menjajah Binar dan mengusasi kepala Binar.


Kehilangan Isyana dan membayangkan Isyana digerrayaangi Lana ternyata untuk Binar terasa lebih menyakitkan, ketimbang membayangkan posisinya digantikan Lana, toh Binar masih punya saham 60 persen.


Binar tanganya gatal ingin seret Isyana keluar dari rumah Lana dan membatalkan semua rencanya.


Binar pun jadi kaya orang gila memutuskan tanpa berpikir resiko lagi.


Binar langsung menginjak pedal gasnya, membelah jalanan malam yang mulai lengang menuju ke rumah elit yang agar terpisah dari komplek ibu kota yang ramai.


Ya Lana memilih daerah sepi untuk membangun istananya. Keluarga Wira Hanggara memang menyukai tempat yang tak terjangkau masyarakat ramai. Jadi rumahnya di pinggiran kota, bukan di pusat kota.


“Maafkan aku Isyana.. maafkan aku! Aku tahu kamu pasti tertekan menghadapi si Lana itu!” "Ayo kita pulang. Malam ini Lana masuk ke kamar entah besok. Dia tidak boleh menyentuhmu!" gumam Binar sepanjang jalan.


Binar masih terus memantau dari alat canggihnya. Tak ada percakapan lagi itu artiny mereka sama- sama diam. Tapi Binar tidak bisa membayangkan mereka tidur dengan situasi seperti apa.Yang pasti satu ruang. Binar tidak terima.


“SSSSSTTTT...,”


Di tengah perjalanam Binar mengerem mendadak.


Saat Binar hendak belok ke arah jalan rumah Lana yang itu jalan sudah ujung. Mobil Binar disalip mobil besar dan mengkilap iring- iringan, sekitar 3 mobil.


“Itu kan mobil Om Wira? Itu mobil Om Sandi juga?” gumam Binar kenal dengan mobil itu.


Binar pun memperhatikan dengan seksama satu mobil lagi.


“Bukankahh itu Tuan James?” gumam Binar tahu siapa dia. Pengusaha pemilik klub malam di ibukota yang Binar tahu menyediakan tempat prossstisusii dan ada juudinya. Padahal Om Sandi itu adalah aparaat keamaanan dengan posisi tinggi.


Binar menelan ludahnya. Binar melihat jam tanganya.


“Ini sudah jam 1 malam, untuk apa mereka jam segini masih berkumpul?” gumam Binar jadi curiga.


Setahu Binar, pekerjaan di pemerintahan ada jam dinasnya. Tuan Wira juga punya rumah dinas, bukan di rumah Lana.


“Aku harus selidiki ini!” gumam Binar


Untung Binar tidak memakai mobil besar yang biasa dia gunakan saat ke kantor.


Binar memakai mobil yang penuh romansa dan sudah diganti warna.

****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 174"