Istri yang terabaikan Bab 167

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


167 Dirigen.


Saat di luar negeri kemarin, bersama rekanya Binar membeli alat dengan teknologi canggih yang berfungsi sebagai senjata, alat pendetek, komunikasi dan penghubung.


“Ini alat penghubung aku dan kamu. Jika Lana menyentuhmu, atau kasar ke kamu. Segera pencet ini. Lalu ini! Ini kamera perekam dan bisa dihubungkan ke aku,” tutur Binar lagi mengeluarkan alat canggihnya.


Isyana bengong memandangi semua alat- alatnya.


"Aku nggak mimpi kan?" tanya Isyana polos.


"Ck!" Binar mencebik.


"Nyata Sayang. Kamu sekarang akan berperan sebagai agen penyusup. Bersandiwaralah menjadi menantu dan pacar yang baik. Tapi hatimu tetap untukku!"


"Aku akan dibayar berapa melakukan ini?" jawab Isyana bercanda.


"Seluruh hidupku dan semua yang aku punya akan jadi milikmu juga!" jawab Binar lagi menggoda.


"Isssh....," jawab Isyana mendesis tersipu.


“Kita susun rencana oke?"


"Oke. Aku jadi terlihat keren begini!" jawab Isyana lagi nyengir.


Gegara dicium Binar otak Isyana sedikit ada pencerahan.


"Setelah ini kamu balas pesan Bu Mutia. Kamu bersedia lakukan selamatan anakmu di rumah Lana!”


"Ya! Oke!"


“Apa yang kamu tahu tentang kelemahan Lana atau hal mencurigakan, foto video pakai ini dan laporkan!” tutur Binar menunjukan alatnya dan mengajari Isyana cara menggunakanya.


"Apa kamu mengerti?"


"Mengerti!"


"Terhadap nenek atau siapapun itu jangan ceritakan. Pastikan kedua benda ini ada di kamu dan jangan ketahuan siapapun. Taruh di bagian tubuhmu yang tak terlihat siapapun. Lana juga punya barang pelacak banyak, lapisi dengan plastik ini agar tidak terdetek," tutur Binar lagi


"Kenapa harus seribet ini sih? Aku kan bisa komunikasi lewat Mas dengan hp!" jawab Isyana.


Binar kemudian tersenyum.


"Bu Mutia dan Lana sudah punya nomermu kan?" tanya Binar.


"Sudah!" jawab Binar.


"Mulai sekarang jangan hubungi aku lagi kecuali bahas yang enak- enak!" tutur Binar lagi tersenyum


"Hah?" pekik Isyana tidak nyambung.


"Mana ponselmu?" tanya Binar.


Isyana pun menyerahkan ponselnya.


Binar kemudian mengotak- atik ponsel Isyana dan menyerahkan lagi


"Di rumah Lana, dia pasti akan awasi kamu. Dia akan mudah sadap ponselmu jika kita berhubungan lewat telepon. Jangan kangen dulu yah!" ucap Binar lagi


Isyana pun mencebik dan mencucu.


"Semakin cepat masalah ini selesai semakin baik. Kita besarkan anak kita bersama!" ucap Binar lagi.


Isyana mengangguk.


"Maaf karena aku menemuimu dengan cara begini. Bu Wira dan Lana juga sedang memata- mataimu. Jadi bersikaplah biasa saja seperti sebelumnya!" tutur Binar lagi.


"Hooh? Mata- mata?" tanya Isyana kaget.


"Ya... di depan gang sana aku tadi lihat dua orang pakai motor dengan helm ada logo anak buah Lana pergi dari arah sini. Makanya aku jalan kaki dan lewat pintu belakang!" tutur Binar lagi


"Oooh... kenapa nggak cerita daritadi?" tanya Isyana kesal.


"Kan ini rahasia. Karena kamu sekarang ikut tim kami. Makanya kukasih tahu!"


"Oooh gitu? Ck... ribet banget sih?"


"Memang kamu baru tahu? Bukankah selama dua tahun kamu juga hidup dikurung dan diawasi kamera dimana- mana?"


"Iya sih? Bodohnya aku patuh sama Bu Mutia yah?" jawab Isyana menyadari kebodohanya


"Nggak apa- apa kalau nggak begini kan nggak ketemu aku!" jawab Binar lagi


Isyana jadi tersipu lagi


"Ya udah aku pulang ya!" tutur Binar lagi


"Naik apa? Mobilnya ditaruh dimana? Sama siapa?" tanya Isyana khawatir


"Nggak tahu nih. Aku juga bingung. Kalau aku nginep di kamar kamu aja boleh nggak?" tanya Binar lagi menggoda


"Isssshh..., nakall!" desis Isyana mencubit Binar, ngobrol bisik- bisik di dapur yang gelap saja Isyana sudah dheg- dhegan minta ampun malah mau tidur.


"Hehee.. abis aku nggak sabar pengen sama kamu! Nggak kasian kamu kalau aku abis ini jadi gelandangan terus nanti diculik hantu!" gurau Binar lagi.


"Suruh siapa malam- malam. Nenek biasanya bangun lho tengah malam begini. Cepat sana pulang!" jawab Isyana.


"Tadi katanya khawatir?"


"Nggak jadi!" jawab Isyana.

Isyana lupa, nggak mungkin Binar pulang sendiri, alat secanggih ini aja punya. Pasti Binar calling supir.


"Oke... pulang yah. Cium lagi boleh?" tanya Binar..


"Iiih. Nggak!" jawab Isyana kesal.


Binar terkekeh. Meski baru pulang meski sudah jam 12 malam lewat, rasanya tidak ngantuk dan mereka betah saja berduaan di dapur nenek.


Binar melirik jamnya dan mengangguk..


"Oke aku pulang. Daah," jawab Binar


Binar kali ini benar- benar pulang.


Isyana pun menutup pintunya. Sambil berjalan masuk Isuana terus memandangi dua benda yang dikasih Binar. Isyana tanpa sadar memencetnya.


Tiba- tiba langsung ada suara Binar


"Baru juga 5 menit pisangan Sayang. Nggak rela aku pergi pah? Emang boleh aku tidur di situ?" ucap Binar


Isyana jadi melongo. Twrnyata benar itu alat penghubung


"GR. Kepencet!" jawab Isyana.


"Oke. Tidur nanti keriputan lho!" pekik Binar.


Isyana pun mematikan lagi


"Katanya harus aku taruh ke bagian terdalam tubuhku? Tapi kalau kutaruh di sini dia tidak lihat kan?" gumam Isyana malah mikir macam- macam.


Akhirnya Isyana merebahkan dirinya dan tidur.


Sesuai Intruksi Binar, Isyana menghubungi Bu Wira dan menyetujui acara dilakukan di rumah Lana.


Bu Wira sangat senang dan akan menjemput Isyana.


Binar dan Isyana sendiri, benar- benar tidak bertemu. Mereka juga tidak telponan dengan ponsel lagi melainkan alat kecil yang Binar kasih.


Karena Isyana setuju Bu Wira jadi mengundur waktu untuk bersiap- siap beberapa hari.


"Teteh yakin Teh?" tanya Dina kesal saat Isyana ijin.


Kini tiba waktu dimana Isyana hendak dijemput.


"Isyana akan balik lagi kok. Hanya sampai upacara selamatan. Ini hak anak Isyana walau bagaimanapun kan mereka nenek dan ayah kandung anakku!" tutut Isyana beralasan tanpa menjelaskan alasan aslinya .


"Tapi kenapa harus di sana dan teteh nginep sih?'" keluh Dina lagi


"Soalnya acaranya banyak!" jawab Isyana lagi.


"Teteh jangan terhasut lho ya. Dina nggak ikhlas lahir batin Teteh balikan!"


"Nggak!" jawab Isyana.


Tidak berapa lama Bu Mutia datang bersama supirnya.


Mau tidak mau Isyana ikut Bu Mutia.


Bu Mutia bawakan oleh- oleh banyak untuk Dina dan Nenek. Semua orang pasti akan berfikir Bu Mutia orang yang sangat baik.


"Terima kasih, sudah rawat calon cucuku, Nek!" tutur Bu Wira anggun dan lembut


Dina hanya diam dan melengos. Entah kenapa hati Dina benar- benar tidak bisa berbohong.


"Sama- sama nyonya!" jawab Nenek tetap berusaha baik meski dingin.


Isyana kemudian ikut Bu Mutia.


"Aneh nggak sih Nek? Kok kita diundang yah? Padahal kan kita bisa ikut dampingi Teh Isya," gumam Dina ternyata sedari tadi mecucu sambil berfikir.


"Kamu kan sekolah. Sudah doakan saja semuanya lancar!" ucap Nenek masuk.


Dina hanya mencebik dan menutup pintu


*****


Di pekarangan dekat greenhouse Isyana.


Petani yang sedang membersihkan ladangnya bergumam


"Ini siapa yang buang dirigen di sini?" gumam bapak itu mengambil dua dirigen.


"Bau bensin? Ini seperti sudah lama tapi?" gumam Bapak itu


Adnan yang masih liburan, dan hendak berangkat ke ibukota menyempatkan melepas rindu ke greenhouse Isyana. Adnan kemudian lihat bapak itu.


"Ada apa Pak?" tanya Adnan


"Ini ada dirigen kosong dibuang sembarangan. Tapi masih bagus ini. Kayaknya bekas minyak bensin apa solat nih!" ucap Bapak itu.


Adnan pun mendelik dan mendekat.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 167"