Istri yang terabaikan Bab 96

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


96. Dia bergerak...


Di Ibukota.


Seorang perempuan cantik tampak uring- uringan melempar ponselnya ke atas kasur.


"Mas Lana nyebelin banget sih? Kenapa dari semalam dia nggak wa aku? Nggak angkat telponku? Aku ini istrinya kan? Segitu pentingnya pekerjaanya dibanding aku?" omel Mika bibirnya manyun dan giginya merapat tegang.


Sejak pamit berangkat ke kota B kemarin. Malam sampai pagi bahkan sampai siang, Lana tak mengirim pesan pada Mika. Jangankan cium jauh atau ungkapan kangen dan bertanya kabar, sekedar memberi kabar sudah sampai pun tidak.


Tentu saja sebagai istri yang posesif hal itu membuat Mika kelabakan dan kebakaran jenggot. Apalagi Mika mendapatkan Lana juga dengan cara kotor. Tindakan Mika sendiri membuat dirinya berada dibayang-bayang ketakutan.


"Kota B?"


Tiba- tiba seperti ada bisikan kawan Mika, makhluk yang membawa manusia ke perbuatan dosa. Dia memberi bisikan yang semakin membakar panas gemuruh dada Mika.


"Isyana kan di sana? Apa mungkin dia menemui Isyana?"


Entahlah murni insting seorang istri keluar, atau paranoidnya yang kuat. Mika langsung tertuju pada Isyana.


"Hoh.. apa itu anak Lana? Tidak? Itu nggak mungkin anak Lana. Bagaimana kalau itu anak Lana dan Mas Lana peduli denganya? Apa jangan- jangan Mas Lana menemuinya? Apa Mas Lana akan meninggalkanku dan memilih anaknya? Tidak tidak!"


Pertanyaan itu berbondong- bondong memenuhi kepala Mika. Mika kemudian dikejar khawatir dan ketakutan.


Sepandai apapun Mika menyusun skenario, ngotot dan mengatai Isyana selingkuh. Hati kecil Mika mengakui, selingkuhnya Isyana adalah rekayasa. Tak ada bukti konkret Isyana selingkuh.


Mika pun ingat betul, malam sebelum Lana bercerai dengan Isyana dalam keadaan mabuk. Lana memanggil nama Isyana. Memuji Isyana dan butuh Isyana. Ya Mika tahu, Lana sudah membuahi Isyana selayaknya suami sebagai mana mestinya.


Bahkan kemarahan Lana mendengar Isyana selingkuh, marah yang langsung berkobar dan membabi buta itu adalah cemburu yang hebat. Itu menjadi satu bukti Lana sangat merasa dihianati Isyana, itu adalah cinta.


"Tidaaaak!" teriak Mika histeris.


Ingatan itu menyayat hati Mika, terasa perih dan menyiksa. Mika lalu melempar semua make Up yang terjajar di depanya.


"Tidak ada yang boleh mengalihkan perhatian Mas Lana padaku,"


"Hoooh. Nggak. Nggak mungkin Lana menemui Isyana lagi. Lana hanya mencintaiku. Lana milikku!" ucap Mika seperti orang gila mengacak-acak rambutnya.


Amarah Mika pun semakin berkembang dan membabi buta. Kata orang, jika seseorang punya kebiasaan atau pernah selingkuh. Tidak menutup kemungkinan laki-laki itu melakukan hal yang sama.


Atau perempuan yang mendapatkan laki- laki dengan cara merebut pria lain, akan sangat mungkin dia merasakan apa yang orang lain rasakan.


Mika kemudian memborbardir Lana dengan telepon. Menelpon Lana dengan membabi buta. Sayangnya malah dirijek.


Mika tidak tinggal diam, Mika kemudian menelpon Arbi. Arbi tak juga mengangkatnya.


"Aaaaahhh. Sial. Siaaalan," Mika yang tidak kenal istighfar dan tidak mengenal kata positif thingking dibuat semakin gila sepanjang siang itu bergelut dengan perasaan dan terkaanya sendiri.


"Hiks...hiks....," Mika sampai menangis sendiran dari jam 8 pagi sampai jam 11an.


"Aku nggak mau ditinggal Lana. Tidak. Lana tidak boleh menemui perempuan itu lagi," gumam Mika terus dikejar paranoid dan Mika hanya bisa menggigit bibir bawahnya.


Di saat seperti itu ponselnya berdering secepat kilat Mika langsung menjawabnya.


"Mas Lana," pekik Mika senang setengah mati.


Mika mengelap air matanya dan siap menyambut suaminya.


"Halo Mas. Kamu," ucap Mika mau marah tapi langsung terjeda, Mika langsung terdiam.


Di layar telepon, tanpa salam atau menjawab sapaan Mika, Lana langsung marah.


"Mika. Kamu ini apa- apaan sih? Tolonglah. Kamu jangan begini. Memalukan tahu nggak? Aku tadi sedang meeting sama klien. Kamu membuat ponselku terus, berdering, berisik sekali! Mengganggu tahu nggak!" bentak Lana mengeluarkan sifat aslinya yang pemarah.


Mika yang baru menangis jadi gemetaran


"Maaf!" ucap Mika.


"Ada apa? Cepat katakan! Waktuku tak banyak!" bentak Lana lagi tak ada sayang- sayangnya.


"Aku hanya ingin tahu kamu dimana? Sedang apa sama siapa?" jawab Mika terbata.


Mendengar pertanyaan Mika, Lana semakin jengkel.


"Astagah, hanya itu yang ingn kamu tanya sampai menelpon dan menggangguku? Came On Mika. Kamu bukan anak SMP. Aku sedang bekerja. Nih lihatlah!" ucap Lana jengkel dan mengalihkan agar video mengarah ke Arbi.


"Maaf, Sayang... aku, ak" jawab Mika terpotong lagi. Mika merasa lega tapi juga takut Lana berbicara kasar dan keras.


"Sudahlah, pusing aku!" jawab Lana memotong.


"Sayang maaf," ucap Mika memohon maaf tapi Lana malah menutup telponya.


"Haah...," Mika menghela nafasnya. "Syukurlah dia benar meeting. Iya dia hanya meeting. Bodoh- bodoh kenapa aku membuatnya marah?" gumam Mika memukul-mukul kepalanya sendiri.


Mika kemudian bangun dari duduknya dan menata sendiri kamar yang dia berantakan sendiri. Entahlah, meski Lana sudah menunjukan Lana hanya meeting, tetap saja Mika masih gelisah.


****


Di kampus.


"INi hapenya Dad!" tutur Putri pintar menyerahkan ponsel Daddya dengan wajah ceria.


"Are you happy, Baby?" tanya Tuan Aksa menerima ponselnya menyimpanya di dashboar lalu mengusap kepala Putri.


"Yeaah," jawab Putri.


" Daddy happy kalau Putri juga happy. Jangan marah dan ngamuk seperti semalam ya! Daddy so sad," tutur Tuan Aksa lembut dan tenang.


"Oh ya?"


"Yah, because jika Putri Daddy marah, anak Daddy yang cantik itu hilang berubah jadi jelek," tutur Tuan Aksa lagi.


"Ih Daddy!" jawab Putri bersedekap tidak terima dibilang jelek.


Tuan Aksa tersenyum


"Makanya, Daddy mau Putri selalu senyum dan baik ke Daddy ya!"


"Dady juga. Putri tidak suka Daddy marah dan galak!"


"Oke... daddy promise nggak marah lagi. I am so sorry. Putri mau promise juga ke Daddy?"


"Promise apa?"


"Selalu happy and dont cry!"


"Hemmmm," Putri bersedekap dengan gaya centil dan manyunya. Jika begitu Putri memang sangat menyenangkan itu sebabnya Isyana sangat suka.


"Daddy sudah promise lho!" sahut Tuan Aksa.


"Putri Happy kalau tiap hari ada Tante Bunga, bacakan ceritaaa terus untuk Putri. Putri juga ingin tunggu adik kecil di perut Tante Bunga keluar, jadi teman Puteri. Putri happy kalau Tante Bunga kasih sayur- sayur crispy buat Putri aaaand," tutur Putri panjang dan cerewet, semua tentang Isyana, dengan gaya centilnya tanganya ikut bergerak.


"Ehm..," Tuan Aksa langsung berdehem memotong. Mendengar celotehan Putri, Tuan Aksa seperti tertodong. Permintaan Putri sama aja meminta memboyong Isyana tinggal di rumahnya. Tuan Aksa mendadak pening dibuatnya.


"Putri belum selesai Dad," ucap Putri bawel.


"Itu Tante Isyana sudah datang tuh!" ucap Tuan Aksa menghentikan ocehan Putri.

Dari arah dalam, nampak perempuan imut, tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak pendek. Rambutnya lurus pendek seleher rapi. Dia tampak jalan tergesa dan matanya beredar ke sekeliling.


Saat berjalan cepat begitu sebagian helai rambutnya di dekat kuping tampak terbang sedikit berantakan.Hal itu membuat Isyana terlihat manis, manis sekali.


Satu hal yang mencolok dan membuat berbeda, perutnya buncit. Tapi bagi Tuan Aksa itu menambah keanggunan Isyana sebagai perempuan.


Mendadak jantung Tuan Aksa berdegub lebih cepat. Tatapan matanya tertuju pada Isyana. Bahkan seperti disihir, terbengong dan menikmati wajah manis dan alami itu.


"Tante sepertinya tidak lihat kita Dad," ucap Putri lirih.


Tuan Aksa malah melamun ngebleng tidak mendengar Putri.


Tuan Aksa parkir memang tidak di seberang jalan, tapi depan gerbang sisi kanan, sementara Isyana berhenti di sisi kiri gerbang. Kebetulan mobil yang parkir di bahu jalan itu banyak.


Putri yang tidak direspon, tidak sabar ingin bertemu Iysana.


Putri memencet tombol open pintu tanpa Tuan Aksa tahu dan reflek turun dengan cepat.


"Tanteeee....Bungaa!" teriak Putri turun, dan berlari tanpa menoleh kanan kiri.


"Putri," pekik Tuan Aksa kaget anaknya sudah turun.


Isya juga kaget Putri berteriak memanggilnya. Tapi Isyana langsung lari melotot, dari dalam kampus terlihat teman Isyana melajukan motor, tidak terlalu kencang memang, pelan juga tidak. sekitar kecepatan 40- 50km/jam, tapi sudah sangat dekat


"Putrii awas!" teriak Isyana reflek berlari menarik memeluk Putri.


Teman Isyana pun langsung rem mendadak dan membelokan motornya, motor teman Isyana jatuh karena berhenti mendadak dan banting stang.


Karena gugup dan bergerak cepat, Isyana pun terjatuh dengan posisi melindungi Puti dan memeluk Putri.


"Astagah," Tuan Aska langsung panik merasa bersalah dan segera keluar mobil.


Teman kuliah Isyana yang jalan keluar dan ada di depan gerbang pun berkerumun membantu si teman yang motornya jatuh, sebagian menanyai Isyana.


"Kamu nggak apa- apa?" tanya teman Isyana.


"Ya"


Putri tampak syok dan memeluk Isyana yang masih tergeletak erat. Sementara Isyana tampak tergeletak, menyeringai.


Tadi pagi Isyana juga jatuh karena buru- buru. Rencana siang ini mau kontrol ke dokter. Sekarang jatuh lagi.


Belum Isyana menjawab, Tuan Aksa membelah teman Isyana dengan wajah gugup dan nafas menderunya.


"Sayang, are you okay?" tanya Tuan Aksa spontan bermaksud menanyai Putri.


Semua teman Isyana pun minggir dan langsung menatap Tuan Aksa. Semua jadi berfikir itu suami Isyana.


"Dady," panggil Putri bangun mendekat ke Tuan Aksa.


Akan tetapi Isyana wajahnya pucat dan berkeringat. Saat hendak bangun duduk, Isyana mengaduh, pinggang dan kakinya terasa sakit


"Auuh," keluh Isyana spontan mengusap tengkuknya, berusaha bangun tapi kesusahan.


Melihat itu Tuan Aksa pun reflek, menurunkan badanya, berjongkok di samping Isyana dan memapahnya bangun duduk.


"Pinggangku sakit sekali," lirih Isyana benar- benar sakit sampai matanya merah mau menangis.


Spontan Tuan Aksa panik. Tidak tunggu babibu, tidak peduli ditonton orang bahkan mahasiswa yang mau lewat sampai berhenti dulu. Tuan Aksa langsung tergerak menggendong Isyana.


Isyana pun hanya pasrah berlindung dian meringkuk dalam gendongan tangan kekar itu dan bersandar pada dada bidangnya. Dada bidang yang tanpa sadar memberi kehangatan, perlindungan dan rasa aman untuknya. Perlindungan yang Isyana butuhkan dan rindukan di kala hamil begini.


Meski sambil menahan rasa sakit, Isyana bisa mencium aroma tubuh Tuan Aksa. Wangi parfum mahal yang maskulin dicampur bau khas laki- laki. Paduan Aroma yang begitu menenangkan, sedikit mengurangi sakitnya.


Putri berjalan mengikuti Daddy dan Tantenya Bunganya itu.


"Kita ke rumah sakit segera. Bertahanlah, bayimu baik- baik saja kan?" tutur Tuan Aksa sungguh panik selayaknya suami yang mengkhawatirkan istrinya.


Isyana hanya mengangguk dengan kening berkeringat.


"Ya'"


Tuan Aksa kemudian membaringkan Isyana dengan lembut di mobil belakang. Menata bangkunya.


Saat begitu wajah mereka bertatapan sangat dekat bahkan hampir sentuhan. Sungguh jika ada loudspeaker yang tertempel di dada Tuan Aksa, bunyinya sangat keras dan berisik tak beraturan.


"Putri jaga Tante ya!" ucap Tuan Aksa meminta Putri duduk di belakang.


"Hikss... hikss..., I am sorry Tante," Putri malah terisak, syok dan rasa bersalah.


"Sayangg...," ucap Tuan Aksa dan Isyana bersamaan. Lalu mereka berdua kemudian sama- sama terdiam gugup.


"Ehm..," Tuan Aksa berdehem salah tingkah.


"Putri sayang, i am oke. Naiklah sini. Dont cry ya!" tutur Isyana segera. Mengurai kecanggungan dan segera meredam kepanikan Putri.


"Tapi Tante sakit? Adik bayi sakit juga tidak?"


"No. Adik bayinya kuat kok," jawab Isyana lemah.


"Duduk sini," ucap Tuan Aksa membantu Putri naik dan duduk di samping Isyana.


Putri naik dan kemudian memeluk Isyana yang menahan sakit pinggang.


Tuan Aksa pun langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat.


"Apa Putri boleh sentuh perut Tante?" celetuk Putri di tengah jalan.


"Gleg!" yang menyopir di depan mendadak menelan ludah dan mengintip via spion tengah.


"Boleh, Sayang. Kasih tahu dia ya. Biar dia sehat dan Strong!" jawab Isyana tersenyum lembut.


Tuan Aksa bisa melihat itu dari spionya.


Tangan kecil Putri pun tergerak mengelus perut Isyana.


"Dia bergerak Tante," pekik Putri girang. Isyana pun kembali tersenyum.


"Dia ingin kenalan dengan kak Putri," jawab Isyana lagi


"Adik, maafin Kakak ya... sudah buat kamu dan Tante sakit. Pleaase dont sakit lagi. Thank you sudah tolong Putri," tutur Putri dengan manisnya.


Isyana pun tersenyum dengan mata berkaca- kaca ingin menangis. Menangis menahan sakit sekaligus terharu. Putri selalu bersikap manis padanya.


*****


Makasih kakak doain Baby Isyana baik- baik saja yaa.


Hehe.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 96"