Istri yang terabaikan Bab 97

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


97. Nanti Tanya Daddy.


Matahari begitu gagah bersinar di siang itu. Sinarnya menyebar, merata ke semua penjuru, membagi panas yang kadang membuat sebagian orang menggerutu, tapi banyak juga yang menyukainya.


Karena sinar itu pula membuat kota B yang banyak pepohonan dan letak greografisnya di dataran tinggi yang biasanya berselimut kabut, kini tampak indah berseri.


Jalanan di siang itu pun tampak indah sehingga pengemudinya juga begitu asik. Apalagi jika didukung hati yang gembira, seakan ingin dunia berhenti dan berlama- lama di waktu itu.


"Tante kok nangis?" tanya Putri melihat hidung Isyana kembang kempis, mulutnya tersenyum tapi kelopak matanya meneteskan air mata.


"Nggak apa- apa Sayang. Tante kelilipan debu aja tadi," jawab Isyana berbohong.


Tuan Aksa kembali melirik ke spion tengah. Mata sembab Isyana tertangkap di netranya. Bibirnya kelu untuk berucap, tapi sungguh hati Tuan Aksa berdebar, ada rasa kasian yang bertambah, tidak bisa dijelaskan rasa kasian, simpati, khawatir atau ingin membahagiakan.


Rasanya Tuan Aksa ingin bertanya dan menyeka air mata Isyana juga. Ikut meraba perut Isyana dan menanyakanya, apa Isyana baik- baik saja. Apa bayinya juga baik?


Tapi Tuan Aksa sadar, Isyana orang lain yang tidak selayaknya dia sentuh sesukanya. Bayi itu bukan bayinya.


Bahkan Tuan Aksa ingat dia pernah terang- terangan tidak mau peduli dengan hidup Isyana yang dia anggap akan menimbulkan masalah jika dekat denganya, melarang istri dan putrinya dekat denganya. Jika sekarang langsung perhatian rasanya memalukan. Tuan Aksa memilih diam, menguping dan sesekali mengintip.


Hati Tuan Aksa hanya selalu membatin seakan ada tali penghubung dengan Putri. "Hibur Tantemu Nak. Dulu Mommy kalau pinggangnya sakit, Daddy elus sepanjang hari,"


Sepertinya Putri juga merasakan pesan itu atau entahlah? Putri melakukan seperti yang Tuan Aksa ingin. Mungkin juga naluri sayangnya Putri ke teman besar yang tiba- tiba datang bak dewi yang mengisi ruang kosong di hidupnya. Ya Isyana datang dengan paket lengkap, menjadi teman, jadi guru, jadi ibu sekaligus role model untuknya.


Pengasuh Putri yang dibayar dan baru bekerja dibanding dengan Isyana yang mempunyai latar belakang piatu, ditambah mengenyam bangku kuliah jelas berbeda.


Isyana menyentuh hati Putri dengan menyamakan dirinya dulu bagaimana rasanya menanggung pedih melihat kesakitan ibunya. Bagaimana tersiksanya kesepian dan membutuhkan teman tapi ibunya tidak bisa bahkan meninggalkannya untuk selamanya.


Tali kasih Isyana dan Putri jadu terhubung kuat.


"Apa perut Tante sakit karena Putri sentuh?" tanya Putri lembut.


"No.. Sayang. Justru Putri bikin Tante lebih baik. Sungguh Tante nggak apa- apa. Mata Tante basah karena tadi ada debu yang masuk!" jawab Isyana lagi.


"Oke...katakan pada Putri mana yang sakit?" tanya Putri sok dewasa lagi. Putri sering dengar Daddynya begitu saat Bu Tiara kambuh.


Isyana tersenyum.


"Yang sakit kaki Tante dan pinggang Tante, Nak. Nggak apa- apa. Sekarang udah berkurang kok. Sebentar lagi akan ada dokter yang periksa. So... dont worry. I am oke," jawab Isyana lagi.


"Bener ya? Tante nggak bohong kan?"


"Nggak sayang?"


"Jangan seperti Mommy," celetuk Putri tiba- tiba dengan ekspresi manyun.


"Gleg" Isyana terdiam menelan ludahnya mendadak ekspresinya berubah, Isyana melirik ke Tuan Aksa yang selalu terlihat dingin fokus menyetir. Kenapa Putri bahas Bu Tiara, kan tidak nyaman.


"Mommy selalu bohong, bilang tidak sakit dan suruh Putri pergi, padahal Mommy suka menangis sendirian menahan sakit. Tante Bunga kalau sakit bilang saja. Jangan suruh Putri pergi ya! Sini Putri bantu biar nggak sakit, nanti Putri mau jadi dokter," tutur Putri dengan tulus dan jujur.


Isyana dibuat tertegun lagi dengan perkataan Putri, begitu juga laki- laki yang sedang memegang stir di depan.


Tidak pernah Tuan Aksa dan Isyana kira, ternyata memory Putri tentang Bu Tiara sebegitunya.


Isyana sangat tidak nyaman ada Tuan Aksa mau bahas Bu Tiara.


"Ehm..," Isyana berdehem ringan.


"Iya... Sayang. Tante nggak bohong kok. Tante sakit bagian sini aja. Sini enggak? Udah mendingan," jawab Isyana tersenyum berusaha jujur ke Putri.


Putri tersenyum dan tangan kecilnya terulur menyentuh Isyana. Tidak begitu berarti memang, tapi Isyana dibuat terharu, ada hati yang tulus menyayanginya.


Tanpa Isyana dan Putri tahu, ternyata ada hati yang terketuk juga dengan ucapan Putri. Mata Tuan Aksa berkaca- kaca, ditahanya agar tidak tumpah.


Tuan Aksa melajukan mobilnya cepat, hingga plang UGD mulai nampak di penglihatan mereka. Tuan Aksa pun membelokan mobilnya dan masuk ke pelataran rumah sakit itu dan langsung masuk ke depan UGD.


"Ehm...," Tuan Aksa merasa canggung hendak menggendong Isyana lagi atau tidak.


"Apa kakimu masih sakit?" tanya Tuan Aksa bosa- basi.


Isyana menunduk malu, dan mencoba menggerakan kakinya. Bilang sakit atau tidak sakit tetap akan melibatkan Tuan Aksa lagi, entah dipapah atau digendong.


Isyana gelagapan karena sebenarnya masih sakit, bahkan ada memar karena Isyana setengah berguling dan terkena aspal. Tapi Isyana juga jantungnya berdebar tidak karuan jika harus digendong lagi. Sebab Isyana sekarang sudah lebih kondusif kesadaranya, tidak syok seperti tadi. Isyana melihat sekeliling.


"Saya pakai kursi roda aja," tutur Isyana ragu.


"Okeh!" jawab Tuan Aksa dengan sigap mengambil kursi roda.


Mereka kemudian masuk ke rumah sakit. Mau tidak mau Tuan Aksa mendorong kursi roda Isyana.


*****


Di Kafe.


Di lantai dua sebuah kafe mewah yang menghadap ke lereng gunug di kota B. Seorang perempuan cantik elegan dengan rambut tertata, sedikit curly di bagian bawah berwarna coklat keemasan tengah duduk anggun.


Sesekali perempuan itu menatap layar ponsel dan jam dindingnya tampak gelisah. Sesekali menata rambutnya lagi dan melihat warna bibirnya.


Tanpa ada orang lain dia pun tersenyum sendiri.


"Aku jauh lebih cantik dari Tiara. Aku juga sehat. Seharusnya dari awal aku mengungkapkan perasaanku. Maafkan aku Tiara, mungkin Tuhan mendengar doaku dengan cara ini, kamu harus pergi secepat ini. Hanya aku yang pantas menemani hidup Binar. Ya hanya aku," batin Amanda memuji kecantikan dirinya sendiri di layar ponsel.


Amanda dan Tiara memang sama- sama ikut kontes kecantikan, mereka berasal dari daerah yang berbeda. Keduanya sama- sama cantik, cerdas dan berbakat. Terbukti Amanda mampu memimpin perusahaan keluarganya dengan baik.


Dulu perusahaan Suntech menjadi salah satu donatur pendukung acara itu. Sehingga Tuan Aksa dan mereka bertemu, berkenalan dan akrab.


Amanda kemudian melirik ke bungkusan kue yang ada di sampingnya. Amanda tersenyum.


"Aku hanya tinggal mendekati anaknya kan? Aku pasti bisa," batin Amanda lagi.


Amanda menegakan duduknya dan melirik ke arah parkiran. Nampak mobil Vellfire silver dan ada stiker suntech masuk. Amanda langsung menyunggingkan senyum, untuk kesekian kalinya membetulkan rambutnya.


Selang beberapa menit terdengar langkah sepatu mendekat ke arahnya. Amanda pura- pura menunduk sibuk dengan ponselnya.


"Selamat Siang, Nona!" terdengar sapaan sopan dan kaku dari seorang laki- laki. Dia masih tegap berdiri, sedikit membungkukan badan saat mengucap salam.


Amanda mengangkat wajahnya terhenyak melihat wajah yang tidak diharapkan ada di depanya. Amanda tidak langsung menjawab dan justru menoleh ke belakang laki-laki itu berharap ada orang lain, tapi rupanya sepi.


Amanda pun mengeratkan rahangnya kecewa.


"Siang," jawab Amanda cuek. "Silahkan duduk!" tutur Amanda.


"Terima kasih Nona," jawab Saka sopan.


Se play boy apapun Saka di luar, jika sedang membawa nama Suntech Saka akan bersikap profesional. Meski begitu aura play boynya tetap nampak dari pancaran matanya. Apalagi berduaan dengan perempuan cantik yang single ini. Meski buat Saka Amanda bukan tipenya. Saka suka gadis yang manja- manja gemas.


"Apa kau datang sendiri?" tanya Amanda.


"Ya. Saya memenuhi undangan anda mewakili Suntech 11,"


"Oh ya? Apa sekarang jababatan direktur sudah berpindah tangan?" tanya Amanda sedikit kasar mengeluarkan kekecewaanya.


Sifat bad boynya Saka pun mulai naik. Saka mulai bisa membaca, undangan Amanda bukan untuk urusan bisnis tapi modus.


"Ehm...Maaf Nona..Saya membawa perintah mewakili perusahaan karena anda juga mengundang melalui surat resmi. Saya berkuasa untuk melakukan diskusi mengenai pekerjaan. Dan kalau boleh saya memulai, masalah apa yang akan jadi topik kita hari ini?" tanya Saka cerdas tapi sorot matanya ingin tertawa.


"Ehm...," Amanda tersenyum pucat.


"Kemana Tuan Binar, kenapa dia menyuruhmu? Tumben sekali dia melewatkan undangan begitu saja?" tanya Amanda tengsin dan malu.


Hati Saka bersorak,benar kan dugaanya.

"Saya tidak tahu Nyonya. Hari ini Tuan Aksa juga melewatkan meeting dengan perusahaan Sinar Kencana. Tadi beliau juga pergi cepat, saya hanya sekertarisnya di kantor jadi tidak begitu tahu," jawab Saka mulai santai.


"Hhhh...," Amanda sedikit menghela nafas.


"Ada yang hendak disampaikan Nona?" tanya Saka lagi.


"Tidak,"


"Kalau begitu? Bagaimana dengan makan siang hari ini?"


"Aku ingin mengucapkan belasungkawa terhadapnya. Bagaimana cara aku bisa menemuinya?" tanya Amanda.


"Ehm... bukankah saya lihat anda hadir di hari pemakaman Nyonya Tiara?" jawab Saka gatal ingin memojokan dan ngeles lagi.


Amanda pun dibuat malu.


"Jawab saja pertanyaanku!" ucap Amanda ketus.


"Kalau untuk bertemu pribadi, sebaiknya lewat telepon pribadi saja Nona. Mohon maaf!" jawab Saka.


"Aku tidak punya nomer pribadinya," jawab Amanda lagi.


Saka tersenyum. Iya yah, Tuan Binar Aksa Hanggara kan sangat menjada privasi dan hati istrinya. Hanya keluarga dan orang yang benar- benar akrab denganya yang menyimpan nomer pribadinya. Selain itu hanya nomer official.


"Saya harus ijin dulu, Nona!" jawab Saka.


"Kalau begitu, aku minta nomermu, kabari aku dimana dan kapan aku bisa bertemu denganya,"


"Boleh,"jawab Saka tersenyum, memberikan nomer ponselnya. Kini makan siangnta tak ada percakapan serius.


"Apa ada yang mau disampaikan lagi?" tanya Saka.


"Tidak!" jawab Amanda.


Amanda memanggil pelayan untuk menyiapjan makanan. Makan siang yang dinantikan manda pun gagal total. Amanda makan sangat sedikit dan tak berselera, padahal semua makananya enak.


"Oh ya. Aku bawa bingkisan. Kamu boleh membawanya!" ucap Amanda bangun dengan ekspresi jutek.


Saka hanya mengernyit dan memeriksa. Lalu Saka tersenyum.


"Lumayan bisa buat oleh- oleh ngapel ke rumah Adel. Adik Adel pasti suka. Camer bakal tambah kasih restu nih?" gumam Saka senyum- senyum tahu isi bingkisanya kue - kue kecil bentuk karakter anak- anak.


Saka kan lagi pedekate sama cewek cantik, dokter muda yang dia temui saat nungguin ibunya sakit.


****


Di tempat lain.


"Setelah ini kemana Tuan? Agenda kita sudah selesai," tanya Arbi ke Lana. Mereka berdua baru selesai menemui klienya.


Lana diam sejenak, baru bebarapa saat yang lalu, dia tidak terima dan marah dicurigai istrinya, menegaskan dia hanya pergi bekerja. Kini Lana otaknya muncul lagi modusnya.


"Aku akan di sini dulu," jawab Lana.


"Di sini?" tanya Arbi bingung.


"Ya. Kamu bisa kembali ke Ibukota lebih dulu. Aku masih ada keperluan di sini!" jawab Lana dengan mata liciknya.


Arbi pun tampak berfikir, tumben Lana bersikap demikian.


"Maaf Tuan. Keperluan apa ya?" tanya Arbi memberanikan diri kepo.


"Kepo kamu!"


"Ehm.. maaf!" jawab Arbi. "Kalau begitu saya pamit pulang dulu, Tuan!" ijin Arbi.


"Tunggu dulu!" ucap Lana.


"Ya!"


"Kalau benar bayi itu bayiku. Menurutmu apa yang harus aku lakukan? Saat aku sakit, dokter sempat bertanya apa istriku sedang hamil? Aku jadi berfikir itu bayiku, sakitku sepertinya ada hubunganya dengan kehamilanya," ucap Lana curhat dengan bodohnya. Katanya Arbi kepo, malah Lana yang memberitahu.


Arbi mengeratkan rahangnya. Kan benar Lana memang ingin mengusik Isyana lagi.


"Jangan sakiti Nyonya Isyana lagi Tuan!" ucap Arbi jujur.


"Ehm!" Lana langsung berdehem merasa terskak. "Aku bertanya tentang bayiku. Bukan ibunya," jawab Lana ngeles.


"Ya kan bayi itu masih jadi satu dengan Ibunya Tuan. Saran saya, pastikan Nyonya Isyana dan bayi anda hidup dengan baik. Berikan kasih sayang untuk Tuan Muda!" jawab Arbi bijak.


"Oke!" jawab Lana mengangguk merasa ada yang membenarkan keputusan Lana kepoin Isyana adalah benar.


Arbi kwmudian langsung kembali ke Ibukota. Lana pun melanjutkan profesi barunya sebagai penguntit. Lana menuju ke kampus Isyana berharap melihatnya lagi.


****


Di rumah Sakit.


Tuan Aksa membiarkan Isyana diperiksa karena Putri tidak boleg masuk. Selain USG dokter juga ingin memastikan apakah ada perdarahan atau tidak mengingat Isyaba habis jatuh.


Sekitar 15 menit Isyana selesai diperiksa.


"Saya butuh bicara dengan suami Ibu Isyana," tutur dokter kandungan ke asistenya.


Asistenya mengangguk.


Saat datang dan masuk kan Isyana didorong Tuan Aksa jadi bidan yang mengasisteni mengira Tuan Aksa suaminya.


"Suami Ibu Isyana Putri Anjani?" panggil Bidan


Gleg... Tuan Aksa menelan ludahnya menatap Putri.


"Itu nama Tante Isyana Dad!" ucap Putri


Tuan Aksa bingung.


Bidan nampak mengedarkan pandanganya mencari sosok wajah yang tadi dia lihat.


"Suami Ibu Isyana Putri?" si Bidan menemukan Tuan Aksa duduk di pojokan dan menghampirinya.


Mau tidak mau Tuan Aksa mengangguk.


"Ya!" jawab Tuan Aksa gugup.


"Dokter ingin berbicara dengan anda," ucap Bidan.


Tuan Aksa semakin gelagapan, lalu melirik Putri.


"Bagaimana denhan anak saya?" tanya Tuan Aksa.


Bidan kemudian memberitahu agar Putri duduk tepat dindepan pintu menunggu. Putri mengangguk pintar.


"Suami? Suami itu apa ya?" gumam Putri pintar. "Daddy suami Tante Isyana? Ahh nanti aku tanya ah. Suami itu apa sih?"


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 97"