Istri yang terabaikan Bab 98

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


98. Mendadak ngatur.


Isyana masih di bed gyn tempat dokter memeriksa. Asisten dokter membantu membersihkan sisa gel bekas tindakan ultrasonografinya, juga mengenakan pakaian dalamnya. Sebab dokter tadi harus memastikan ada spotting atau perdaharan tidak.


Alhamdulillah tidak ada perdarahan, semuanya bersih meski tetap ada cairan perempuan yang lebih banyak dari biasanya. Hormon selama hamil kan memang lebih banyak.


“Huuuufttt...,” Tuan Aksa menghela nafasnya membuang semua gerogi yang ada.


Tuan Aksa malu sekali rasanya pada Isyana, tapi di satu sisi kasian. Meski bukan suaminya dia satu- satunya laki- laki di situ dia juga yang mengantar. Mau tidak mau Tuan Aksa masuk bertemu dokter.


Meski bagi dokter agak aneh, harusnya daritadi. Hanya saja, asisten dokter menjelaskan kalau Tuan Aksa bersama Putri, jadi mereka berfikir Isyana sendirian karena Tuan Aksa jaga Putri, bukan karena mereka memang bukan keluarga.


Tuan Aksa menyeret kakinya melangkah masuk ke ruang yang atasnya ada tulisan poli obsgyn. Itu rumah sakit yang baru dia datangi mengingat Tuan Aksa pindah ke kota B juga baru beberapa bulan. Tadi juga asal ketemu rumah sakit, tidak peduli bagaimana kualitasnya yang penting Isyana segera diperiksa.


Jika di Ibukota, Tuan Aksa punya tempat periksa di yayasan Suntech, semua orang kenal dan Tuan Aksa langsung disambut.


Kini Tuan Aksa tak ada yang mengenal. Orang rumah sakit kan sibuk, mana sempat liat berita bisnis dan kenal Tuan Aksa. Tuan Aksa pun tak ada beda dengan pasien lain.


Begitu masuk yang tertangkap di pandangan Tuan Aksa poster di dinding yang menampakan perempuan anggun dengan anugerah indah dari Tuhanya, yaitu rahim yang berisi bayi di perutnya.


Tuan Aksa pernah melihat itu. Sekelebat bayangan Bu Tiara dulu yang masih berisi, bersinar segar dan cantik datang.


Ya gambar itu juga ada di ruang periksa dokter langganan Bu Tiara. Tuan Aksa rutin mengantar Bu Tiara kontrol kehamilan Putri. 


Tuan Aksa sangat ingat, Bu Tiara sangat manja, jalan selalu dituntun, minum obat dan susu selalu disediakan. Tuan Aksa ingat betapa bahagianya dia dan istrinya melihat layar 4 dimensi, melihat hidung Putri, mulut Putri, imut sekali. 


“Silahkan duduk Pak!” tutur Bu Dokter membuyarkan Tuan Aksa akan bayangan Bu Tiara.


“Gleg,” Tuan Aksa menelan ludahnya tersadar. Dia sekarang berada di dunia yang berbeda dengan anganya. Yang sama hanya posternya saja. Poster yang memang diprosuksi dari tim kementrian kesehatan. 


Selain itu semuanya berbeda, dokternya beda, tempatnya juga beda, jauh lebih sempit dan sederhana. Dan yang jelas berbeda wanitanya. Tuan Aksa melirik sekilas bed gyn yang tertutup tirai. 


Karena sudah selesai asisten dokter sedikit membukanya.


Wajah manis dengan tatapan menunduk, menyiratkan dibalik itu penuh sejuta cerita perjuangan dan kesedihan tampak di mata Tuan Aksa.


Entah kenapa setiap melihat Isyana hati Tuan Aksa bergetar, seperti ada rasa nyeri bersal dari rasa kasian juga semacam sayang ingin melindungi dan membahagiakan, tapi tidak sampai.


Hari ini Isyana diantarnya, lalu bagaimana dengan hari- hari sebelumnya dan setelah ini. Dalam kesakitan begitu Isyana juga tidak mengeluh. Isyana diam dan menyembunyikan segala keluh dalam wajah tenang dan mulut rapatnya yang manis.


Ya, bibir Isyana yang tipis dan tercetak sempurna, meski mengatup tetap menyenangkan dilihat.


Akan tetapi karena lebih sering terlihat menutup membuat Tuan Aksa takut dan tidak bisa menerka apa yang akan keluar dari dua bibir itu jika dia salah ambil langkah menunjukan perasaanya. 


Yang jelas, di mata Tuan Aksa, Isyana berbeda dengan Bu Tiara. Isyana lebih banyak diam jika tak bersama Putri, matanya hampir selalu menunduk, menunduk seperti menahan sesuatu. Isyana mengatur sikap.


Dia tahu harus bagaimana menempatkan diri terhadap Tuan Aksa. Seperti menjaga jarak. Tapi sikap itu sangat menyiksa.


Tuan Aksa Ingin selalu melihat Isyana yang hangat seperti pada Putri, bahkan otak nakal Tuan Aksa mulai datang. Ah andainya sikap hangat Isyana itu juga berlaku padanya.


“Begini, Pak!” ujar Dokter mau memulai konseling mau mengambil cetakan UsG. 


“Ya...,” jawab Tuan Aksa tersentak.


Tuan Aksa selalu terbengong dan kehilangan keseimbangan kesadaran tiap ada Isyana.


"Kreeek," terdengar asisten dokter membuka tirai penuh dan bantu Isyana turun.


“Sudah selesai Bu Isyana, sini duduk!” tutur Bu Dokter, menoleh ke Isyana.


Isyana yang sudah rapih dituntun asisten dokter ke meja edukasi. 


“Hoh..” pekik Isyana damam hati. Isyana sama terkejutnya Tuan Aksa duduk di kursi di hadapan Dokter. Isyana duduk di kursinya samping Tuan Aksa layaknya suami istri. Jantung Isyana pun berdetak kencang. Maluu.


“Ehm...,” Isyana dan Tuan Aksa sama- sama kikuk. Tapi kemudian mereka pandai membaca situasi, bekerja sama sandiwara di hadapan dokter lebih baik, daripada jujur mereka bukan suami istri akan membuat dosa bu Dokter dan yang lain. Jelas kebersamaan mereka akan menimbulkan tanya dan membuat mereka menggosip. 


“Alhamdulillah tidak ada perdarahan ya!” ucap Dokter melanjutkan pendidikan kesehatanya menatap Tuan Aksa dan Isyana tersenyum.


Isyana dan Tuan Aksa hanya mengangguk- angguk membiarkan dokter selesai bicara. 


“Jadi Insya Alloh aman. Sedikit ada perubahan gerak janin dan denyut jantungnya. Tapi masih normal kok. Meski begitu, nanti diobserbasi ya, kalau dia tidak bergerak kurang dari biasanya segera periksa. Ya!"


"Ya, Dok,"


"Terus untuk sakitnya, kehamilan di usia Trimester 2 masuk ke  Trimester 3, jangankan jatuh, tidak jatuh pun ibu hamil akan seringkali merasa sakit pinggang. Itu karena peregangan ligamen di bawah perut ibu, kan bayinya juga timbuh besar persiapan melahirkan. Nah apalagi Ibu cerita jatuh dua kali,” lanjut Dokter.


“Dua kali?” ceplos Tuan Aksa lirih menoleh ke Isyana. 


Isyana menunduk manis mendengarkan tidak berani menoleh ke Tuan Aksa.


Tuan Aksa kan sudah paranoid, dirinya dan Putrilah penyebab sakitnya Isyana. Ternyata sebelumnya Isyana juga sempat jatuh, kasian Isyana, kenapa masih saja Isyana tetap tenang,malah Tuan Aksa yang panik.


“Ya.. kata Ibu begitu, jelas ini ada efek untuk persendian dan tulang belakangnya. Saya akan merujuk anda untuk konsultasi ke dokter Syaraf ya. Tapi kalau sekarang beliau sudah pulang, ini suratnya. Prakteknya bisa dilihat di web kami,"


"Sampai bertemu dengan beliau. Ini saya kasih obat, untuk pereda nyerinya. Di rumah sambil diobservasi ya, ada keluhan berarti atau tidak. Jika ada segera ke rumah sakitmm. Begitu ya Pak.. Buk..?” tutur Dokter ke Tuan Aksa dan Isyana. 


Tuan Aksa dan Isyana tidak banyak pertanyaan dan hanya mengangguk saja. Dokter juga terlihat ingin segera mengakhiri konseling mengingat pasien lain masih banyak. 


"Ya.. Terima kasih Dok,"jawab mereka berdua kompak.


Ya, tentu saja Tuan Aksa hanya iya- iya saja, sebab itu bukan anak dan istrinya. Tuan Aksa bingung mau tanya apa, berbeda jika itu istrinya pasti banyak yang dia tanyakan. Sekarang pun begitu, otaknya penuh tanda tanya dan khawatir tapi dia tahan. Tuan Aksa tidak berani banyak babibu di depan Isyana, dia ingat mereka bukan siapa- siapa.


Meski begitu, Tuan Aksa tetap sigap mendorong kursi roda Isyana keluar. 


“Daddy... Tante Bungaa...” pekik Putri bahagia melihat Daddy dan Tantenya keluar.


Isyana tersenyum menyambut. 


“Tante udah diperiksa dan diobati? Adik bayi dan Tante baik- baik saja kan? Jangan bohong ya, katakan...!” tanya Putri dengan wajah nya yang agak ragu. 


Putri merasa dikecewakan, di php in dan trauma tiap lihat orang naik kursi roda. Dulu Mommy dan Daddyya selalu bilang baik, tapi nyatanya Mommynya pergi. 


“Baik, Nak... abis ini makan ya!” jawab Tuan Aksa cepat. 


“Beneran?” 


“Iya... kita antri obat dulu, Daddy yang ambilkan, Putri temani Tante, oke!” tutur Tuan Aksa.


“Oke..,” jawab Putri. 


Isyana hanya diam.


Selayaknya pasien pada umumnya tak peduli Tuan Aksa adalah bos atau orang kaya, Tuan Aksa mengantri obat. Meski begitu tetap saja, Tuan Aksa mejadi pusat perhatian orang- orang di sekitarnya. 


Penampilanya kan sedikit berbeda dengan orang lain. Tuan Aksa yang rajin olahraga dan kerjanya selalu d ruang AC terlihat mencolok ketimbang pasien lain yang berprofesi campur aduk dari segala kalangan. 


Tuan Aksa tampak tegap, pakaianya rapi, sepatunya kinclong, meski laki- laki tapi kulitnya bersih terawat, tidak seperti laki- laki ngondek tapi terawat yang membuat kesan laki- lakinya berkelas dan punya kharisma. Bahkan dengan dokter- dokter di situ juga masih tampanan Tuan Aksa. 


“Ehm...,” Tuan Aksa berdehem tidak nyaman menyadari ada banyak pasang mata menatap ke arahnya terutama ibu- ibu. Tapi dia tetap bertahan.

Ini pertama kalinya Tuan Aksa mengantri di tengah orang banyak, Bahkan aroma asam percampuran manusia juga masuk ke penciumanya. Parfum langka yang baru dia temui.


Tuan Aksa sendiri bingung, kenapa dia mau melakukan ini semua. Untuk Bu Tiara, Tuan Aksa selalu mendapatkan service exelent. Obat tidak usah antri tapi langsung datang ke rumah, priksa selalu ada waktu khusus dari dokternya, ruanganya pun selalu di ruang privat, “Apa benar ini untuk Putri?”


Yang jelas Tuan Aksa melakukanya dengan kesadaran penuh, suka rela tanpa pamrih atau mengeluh.


Sesekali Tuan Aksa melirik ke Isyana dan Putri. Isyana terlihat tersenyum sementara Putri seperti biasanya berceloteh banyak.


Raut wajah Isyana jauh berbeda saat berhadapan denganya dengan saat berbicara bersama Putri. Tuan Aksa jadi lebih suka melihat dari kejauhan, sebab kalau dari dekat Isyana diam menunduk.


Sekitar 30 menit berlalu. Tuan Aksa mendapatkan obatnya dan mendengarkan penjelasan petugas tentang aturan minumya.


Lalu Tuan Aksa mendekat ke Isyana. Isyana yang menyadari kedatangan Tuan Aksa langsung berubah ekspresi lagi, gugup, diam dan menunduk. 


Betapa tidak? Isyana memang berniat periksa, tapi sendiri. Entah bagaimana Isyana juga tidak tahu, tiba- tiba Tuan Aksa dan Putri ada depan gerbang. Isyana sendiri sampai sekarang belum tahu apa kepentingan Tuan Aksa mengantar Putri menjemputnya. Malah ada tragedi yang merepotkan. Isyana beneran jadi periksa dan malah diantar Daddynya Putri.


"Udah selesai Dad?" tanya Putri.


"Udah yuk. Putri mau makan dimana?"


"Emang tante boleh makan apa aja?" tanya Putri nyeplos.


"Ya!"


"Bener? Nggak kaya Mommy kan?" celetuk Putri lagi, jika mommynya kan banyak pantangan makananya. Kalau anter Mommy priksa, Putri langsung pulang makan makanan rumahan yang rasanya hambar.


"Ya!" jawab Tuan Aksa.


"Yeeeey," seru Putri girang.


"Putri ingin makan banyak Dad. Makan pizza ya Dad..," ucap Putri bahagia.


"Oke," jawab Tuan Aksa setuju.


Isyana sekarang tahu ternyata Putri ingin melepas kangen dan berterima kasih. Putri suka buku Isyana. Jadi Putri mau ajak makan.


Isyana pun mengikuti mereka meski hati rasanya ingin pulang. Isyana sungguh murni merasa sungkan sudah dijemput. Demi Putri Isyana ikut makan di resto yang Putri pilih.


Sekarang Isyana juga sudah bisa berjalan lagi meski sangat pelan.


Tuan Aksa membiarkan Putri yang memilihkan untuk mereka semua, Isyana juga. Lalu tidak lama makanan datang dan semua menyantap dengan lahap.


Sepanjang makan Tuan Aksa dan Isyana tidak ada obrolan, sama- sama menjaga jarak.


Yang mendominasi Putri. Putri hari itu sangat cerewet dan terlihat bahagia.


Makan pun selesai.


"Ehm...," Tuan Aksa berdehem hendak memulai percakapan. "Nyonya Isyana,"


"Ya!"


"Ini obatnya. Aturan minumnya sesuai yang tertera!" ucap Tuan Aksa dingin menyerahkan obat.


"Terima kasih, maaf, berapa tagihanya, biar saya ganti,"


"Tidak usah!" jawab Tuan Aksa.


"Terima kasih," jawab Isyana mengangguk.


Putri pun memperhatikan.


"Bawa saja Tante. Uang Daddy banyak!" celetuk Putri.


"Isshh!"


"Putri sudah kenyang? Are you happy?" tanya Tuan Aksa.


"Ya, Dad, I am very very happy."


"Oke lets go home?"


"Oke!" jawab Putri patuh. "Ke rumah Tante Bunga dulu kan?" tanya Putri.


Tuan Aksa menoleh ke Isyana.


"Maaf, saya harus ke kampus?" jawab Isyana.


"Ke kampus?" tanya Tuan Aksa mendelik.


"Ya. Saya ada kuliah sore," jawab Isyana tenang menjelaskan.


Entah kenapa mendadak Tuan Aksa berubah garang.


"Kamu mau kuliah?" tanya Tuan Aksa tiba-tiba panggil Isyana kamu


"I-iya," jawab Isyana pelan.


"Hoh!" tuan Aksa mengambil nafas dan menatap Isyana membuat Isyana takut. "Bagaimana kamu bisa berfikir untuk kuliah? Apa kamu tidak dengar tadi? Kamu sebaiknya konsul ke dokter syaraf. Istirahat! Tidak! Aku tidak ijinkan kamu kuliah!" tutur Tuan Aksa spontan tanpa sadar posesif ke Isyana.


"Gleg," Isyana terbengong. Kenapa Tuan Aksa marah tapi terlihat seperti peduli.


Putri diam ikut mendengarkan, sesaat sunyi.


"Ehm... ehm...," Tuan Aksa berdehem menyadari kenapa tiba-tiba dia ngatur Isyana?


"Maaf, aku hanya berfikir yang terbaik untuk kesehatanmu. Aku tidak mau disalahkan jika terjadi sesuatu," ucap Tuan Aksa lagi beralasan.


"Ya...baiklah," jawab Isyana.


Akhirnya mereka pulang ke rumah Isyana. Sepanjang jalan Putri yang kenyang tidur. Putri lupa tanya suami itu apa.


Entah nanti akan bertanya pada siapa ya?


****


Kampus.


Seseorang mematikan puntung rokok terakhirnya lalu meraih ponselnya menelpon seseorang.


"Halo..., ya. Eh kamu bohong ya? 4 jam aku stay di sini. Kenapa Isyana tak juga terlihat? Katamu dia kuliah sore jam 4 harusnya sudah keluar. Ini udah jam 5?"


Lana yang meminta jadwal kuliah Isyana marah-marah ke temanya. Dia menjadi satpam kampus tapi tak kunjung melihat mantan istrinya.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 98"