Istri yang terabaikan Bab 92

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


92. Merasa belum move on


"Ya ampun maafin, Tante, Nak..." gumam Isyana menyusun kata minta maaf lewat ketikan pesan yang dikirim ke Mbak Nik.


Isyana merasa sakit dan ngilu hatinya melihat video yang dikirim Mbak Nik.


Entah kenapa melihat Putri membuat Isyana ingat masa kecilnya. Isyana bisa merasakan rapuhnya seorang Putri yang ditinggal ibunya. Isyana pernah berada di posisi Putri. Isyana seperti merasakan apa yang Putri rasakan. Isyana paham apa bagaimana Putri.


Sampai kapanpun dekapan Ibu tak tergantikan dan tak bisa dijelaskan dengan apapun rasa sakit ditinggal ibu apalagi di usia yang sangat belia. Itulah sebabnya Isyana begitu jatuh hati dan sayang Putri, tidak pamrih apapun.


Sayangnya Mbak Nik tak kunjung membaca pesan Isyana. Lalu Isyana mencoba telepon Bu Dini, Bu Dini juga tak kunjung membukanya.


"Aduh Putri udah tenang belum ya? Kenapa nggak ada yang balas?" gumam Isyana gelisah.


"Sekarang udah jam 10, nggak mungkin aku kesana. Huuuf. Pasti Bu Dini bisa tenangin Putri kan?" batin Isyana lagi berusaha menenangkan dirinya sendiri.


Mbak Nik juga sempat bercerita kalau Tuan Aksa kebawa emosi dan bentak Putri.


"Tuan Aksa, selalu sibuk dengan pekerjaanya. Beliin Putri buku aja Buku komik anime perang negara api dan negara udara. Meski dia ayahnya dia benar- benar payah. Ya Tuhaan. Kasian sekali Putri," gumam Isyana lagi sambil memutar- mutar ponselnya. Isyana jadi gusar lagi, bahkan Isyana yang bukan apa- apanya malah ragu dengan asuhan ayah kandung Putri.


Isyana menunggu kabar Mbak Nik, apa Putri sudah tenang atau masih ngamuk. Meski tak ada hubungan darah, murni dari hati Isyana, Isyana benar- benar tidak tega dan merasa bertanggung jawab atas kecewanya Putri.


"Kok nggak dibalas sih? Apa mereka sibuk yah? Apa belum selesai acara pengajianya?" gumam Isyana lagi tidak bisa tenang.


"Apa aku coba tanya Tuan Aksa?"


Tiba- tiba Isyana berdebar, melihat masih ada satu nomor lagi yang tadi menghubunginya. Ya Nomor itu bisa Isyana hubungi. Dulu nomer Bu Tiara yang sekarang dipegang Tuan Aksa.


"Sopan nggak ya aku telepon beliau?" gumam Isyana ragu. Isyana tahu nomer itu swkarang dipegang Tuan Aksa.


Isyana menelan ludahnya, ingat komentar Dina, kata Dina Tuan Aksa memandang Isyana dengan cara berbeda, lalu malam itu? Pelukan itu?


Lalu pesan nenek? Kalau Benar Tuan Aksa menaruh hati atau mulai perhatian, jauhi! Jangan terlibat hubungan apapun dengan laki-laku. Isyana sedang hamil.


Isyana tidak mau ada Adnan kedua. Isyana ragu jika harus komunikasi langsung dengan Tuan Aksa.


"Huuuuft," Isyana menghela nafasnya berfikir sambil memejamkan matanya.


"Tidak. Pendapat Dina salah. Tatapan Tuan Aksa terhadapku tidak ada yang istimewa. Malam itu pasti karena sebuah kesalahan?" Isyana memejamkan matanya berfikir.


"Uang itu sepertinya pemberian Mas Lana. Bukan Tuan Aksa. Tuan Aksa sangat mencintai Bu Tiara. Dia tidak mungkin mendekatiku. Dina halu saja. Jadi aman dong aku menghubunginya. Ini demi Putri!" batin Isyana memutuskan dan bertekad.


Isyana menelpon Tuan Aksa tapi tidak dibalas.


Akhirnya Isyana memilih kirim pesan, tapi tak kunjung di baca. Sekarang gantian, Isyana yang dicueki. Merasa pesanya tak dibalas Isyana mengirim voice mail dan video pendek.


Kata Mbak Nik seminggu ini Tuan Aksa selalu tidur di kamar Putri. Itu berarti Tuan Aksa yang selalu bersama Putri. "Huuft semoga sampai dibaca Putri dan cukup membantu," batin Isyana bertekad.


"Haloo Putri sayang, Putri Ponakan tante yang cantik dan Pintar. I am so sorry..., Tante sehariaan kuliah, belajar seperti Putri. Kan kita janji kan? Kita mau sama- sama semangat belajar.Jadi Tante nggak bisa ke rumah Putri. Maaf yaah!"


Isyana membuat Video pendek dengan menampakan wajah Isyana yang manis meski di malam gelap.


Setelah itu, Isyana juga mengirim voice mail dengan suara lembutnya.


"Sayaaang... Tante janji. Kalau Tante udah selesai ujian kuliahnya. Tante main sama Putri. Sama mbak Nik. Sama Mbak Dina juga, nanti kita masak bareng. Yah? Atau susun bunga? Atau mewarnai. Sepuasnya semau Putri,"


"Tapi Putri... sabar ya sayang... Tante mau ujiaan dulu. Putri nggak boleh marah, apalagi benci Daddy. Marah itu jelek. Kalau jelek nanti temenya orang gila.Hihi,"


"Putrii Sayangnya Tante. Dengerin Tante ya. Anak baik nggak boleh kasar sama orang Tua. Nanti jadi anak durhaka, nggak boleh marah-marah. Ingat! Mommy Ara lihat lhoo, kalau Putri nangis. Nanti Mommy di surga sedih. Putri janji kaan mau jadi anak baik, mau buat Mommy tersenyum?"


"Putri harus selalu jadi anak baik, dan selalu senyum ya. Nggak boleh pemarah. Ingat, kalau marah, liat tanaman dari Tante... dia cantik, dia diam dia anggun. Jadi ambiil nafas, istighfar! Cantik itu.. kalau bisa diam dan sabar menahan amarah, seperti bunga- bunga,"


"Daaah ya. Doakan ujian Tante lancar ya. Biar kita cepat ketemu. Mmmwah!" ucap Isyana menasehati Putri.


Meski Dina dan Nenek sudah tidur, Isyana membuat pesan suara malam-malam dan dikirimkan ke Tuan Aksa.


"Huuuh. Semoga itu cukup, obatin kecewamu ya, Sayang," tutur Isyana kemudian baru merebahkan badanya.


*****


Di Rumah Tuan Aksa.


Ternyata pengajian belum selesai. Tepat saat Isyana menelpon, Mbak Nik waktunya menyajikan makan. Jadi Mbak Nik dan beberapa art yang lain sedang sibuk di dapur dan urus konsumsi.


Bu Dini masih di kamar Putri. Putri sudah berhenti menangis tapi aksi mogok bicara dan tidak mau pakai baju berlanjut.


Bu Dini yang sudah tua hanya bisa mengulur sabar mengasuh cucu semata wayangnya itu. Memilih membelai lembut rambut Putri sambil berbaring. Tapi bukanya Putri yang tidur, Bu Dini yang ngantuk dan terpejam.


Tuan Aksa sendiri sibuk bersama tamu- tamunya. Sekitar pukul 22.15 acara selesai dan tamu pulang.


Mbak Nik dan ART lain semakin sibuk membereskan piring - piring. Jadilah ponsel dan pesan Isyan terabaikan.


"Udah malam, Papa mau tidur. Dimana Mamah?" tanya Tuan Priangga kecarian istrinya.


"Tadi di kamar Putri Pah. Biar Binar panggilkan!" jawab Tuan Binar Aksa.


Tuan Priangga mengangguk dan menuju ke kamarnya sendirian. Tuan Aksa pun masuk ke kamar Putri.


Tuan Aksa menggelengkan kepalanya. Ibunya malah terlelap sementara Putri tengkurap memeluk boneka dengan baju dalaman saja. Meski begitu, Tuan Aksa tetap bersyukur, Putri tenang tidak ngamuk lagi.


"Maahh.. Bangun!" tutur Tuan Aksa lembut menggoyangkan kaki ibunya.


"Hhhh...," Bu Dini terbangun kaget. Tuan Aksa tersenyum.


"Papa nyariin Mamah. Biar Binar yang temani Putri," tutur Tuan Binar lembut.


Bu Dini segera mengerjapkan matanya dan bangun. Lalu keduanya menatap dan melirik Putri. Tuan Binar memberi Isyarat dengan mata dan wajahnya, Tuan Binar bisa atasi.

"Ingat, jangan bentak dan kasar pada Anak. Apalagi anak perempuan. Mamah tidak rela cucu mamah dikerasi. Memory otaknya akan merekam seumur hidup! Dia bisa meniru!" bisik Bu Dini memperingati.


Tuan Aksa mengangguk. "Iya Mah, maaf!" jawab Tuan Aksa.


Bu Dini membelai rambut Putri, tidak tahu mereka kalau Putri mendengar.


"Cup!" Bu Dini mencium puncak kepala Putri. "Oma ke kamar Opa dulu ya Sayang," tutut Bu Dini pamit.


Tuan Aksa kemudian melepas sarung dan pakaian koko mahalnya. Begitu juga kopiah dan jam tanganya.


Lalu merebahkan badanya di samping Putri. Di kesempatan itu, Tuan Aksa juga memeriksa ponselnya yang tergeletak di atas nakas.


"Dheg....," tiba- tiba jantung Tuan Aksa bergetar.


Ada banyak pesan dari Isyana. Tuan Aksa pun membukanya. Telinganya pun langsung menangkap suara Isyana.


Suara lembut Isyana seperti menyihirnya, membuat Tuan Aksa terbuai apalagi di malam begini. Ada desiran aneh yang Tuan Aksa rasa setiap untaian kata yang Isyana kirim sampai di telinganya.


Pesan kan urutan yang paling bawah adalah yang terakhir. Jadi Tuan Aksa mendengarkan dari yang paling bawah. Kini tiba terakhir video pendek Isyana yang menampakan wajah Isyana yang manis dan keibuan.


"Hehhh," tanpa sadar Tuan Aksa ikut tersenyum menonton video Isyana. Niat hati ingin menghibur anaknya, ternyata bapaknya lebih dulu tersihir.


Setelah selesai Tuan Aska menutup ponselnya dan melirik ke Putri.


Tuan Aksa kaget.


"Astagah Putri!" latah Tuan Aksa memegang dadanya.


Putri duduk memegang boneka, masih dengan mata sembab, hanya dengan kaos dalam dan rambut acak- acakan menatap Daddynya. Putri sedikit seram seperti yang ada di film- film horor anak.


Begitu mendengat voice mail Isyana, Putri yang pura- pura memejamkan mata memendam dongkol yang amat sangat, langsung terbangun.


"Putri mau ngomong sama Tante!" ucap Putri polos.


Tuan Aksa menghela nafaanya dan mengusap dadanya. Tuan Aksa kaget dengan anaknya sendiri. Tuan Aksa menelan ludahnya dan membelai lembut rambut Putri agar sedikir rapi.


"Ini sudah sangat malam Sayang. Nih Tantemu juga sudah kirim emoticon, sleep, happy sweet dream. Besok lagi ya teleponya!" ucap Tuan Aksa sekarang berdamai dengan Putri.


"Putri dengar suara Tante!"


"Iya... ini Tante kasih pesan banyak, dengerin abis itu tidur ya," tutur Tuan Aksa memberikan ponselnya pada Putri.


"Ya Dad!"


Putri langsung melebarkan bibirnya tersenyum. Tuan Binar juga bisa melihat pancaran bahagia dari sinar matanya. Tuan Binar kemudian mengusap kepala Putri dan menarik selimut berbaring di sisi Putri.


"Pakai baju tidur ya! Dingin lho!" bisik Tuan Aksa ke Putri yang sibuk dengar voice Mail Isyana. Otomatis Tuan Aksa jadi dengar lagi.


"Nggak mau. Pakai selimut aja!" jawab Putri.


Tuan Aksa pun menarik selimut dan dirapatkan ke Putri. Tuan Aksa melihat dan mendengar bahagia dan intensnya Putri dan Isyana.


Saat Putri membalas, ternyata Isyana belum tidur. Dan membalas balik. Meski balasan Isyana hanya berupa pesan teguran agar Putri segera tidur. Tuan Aksa mendengarnya.


"Dady.. boleh telponkan video dengan Tante Isyana?" tanya Putri menyerahkan ponselnya.


"Kasian Tantemu sudah malam, waktunya tidur! Daddy matikan lampu ya!" jawab Tuan Aksa takut tidak sopan.


"Bentaaal Dad. Puteli kangen Tante Isyana,Puteli mau kasih kiss aja sebelum tidul," tutur Puteri sweet.


Tuan Aksa tidak bisa menolak. Tuan Aksa memanggil panggilan video ke Isyana dan menyerahkan ke Putri.


Isyana yang sudah terbaring dengan pakaian tidur sedikit terbuka di tempat yang jauh di sana, segera mengangkat meski tampak gelagapan menarik selimut.


Meski dari tempat Isyana hanya terlihat wajah Putri, tapi dari tempat Putri Tuan Aksa bisa mengintip wajah manis alami Isyana di kasur sederhana di tempat yang berbeda.


"Kok telepon Sayang? Udah malam, tante marah lho kalau nggak tidur. Putri tidur yah!" tutur Isyana.


"Iya.. Puteli cuma mau liat wajah Tante. Puteli kangen. Met bubu Tante Mmwah,"


Isyana tersenyum, manis sekali.


"Kamu sweet banget sih Nak. Met tidur juga ya Sayang. Mmwah. Jangan lupa doa yah. Byee...," jawab Isyana menutup teleponnya.


Putri lega menutup teleponnya dan menyerahkanya pada Daddynya. Senyuman Tantenya jadi obat tidur untuk Putri. Tapi sepertinya yang kena efeknya bukan hanya Putri, tapi orang yang di belakang Putri juga.


"Tiara..., apa kau juga sangat menyukainya?" gumam Tuan Aksa tersadar ingat istrinya.


Mendengar dan merasakan hangatnya Putri dan Isyana bercengkerama, Tuan Aksa ingat beberapa permintaan Bu Tiara.


Lebih dari tiga kali Bu Tiara meminta Tuan Aksa menikah lagi saat dirinya masih hidup. Bahkan sebelum kenal dengan Isyana.


Dalam derai air mata, saat Bu Tiara menyadari tidak bisa menunaikan kewajiban sebagai istri lagi. Bu Tiara dengan sadar meminta Tuan Aksa menikah lagi, bahkan boleh menyewa perempuan malam seperti teman- temanya. Akan tetapi Tuan Aksa bukanlah pria yang seperti itu.


"Hoooh," Tuan Aksa membuang nafasnya.


"Aku tidak ingin menikahi orang hanya karena permintaanmu Tiara. Aku tidak ingin dia tersakiti," gumam Tuan Aksa. Itu yang selalu Tuan Aksa rasa, Tuan Aksa merasa dirinya belum move on dari Bu Tiara.


Tuan Aksa takut tidak bisa cinta ke istrinya jika menikah lagi. Tuan Aksa ingin menikah lagi karena cinta juga


Bersambung


Lanjut bab 93


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 92"