Istri yang terabaikan Bab 86

  Kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


86. Aku akan mengantarmu.


Kata orang, perempuan cantik, sesuai porsinya dan pada siapa yang memandang atau menilainya.


Jika kebanyakan orang mengatakan perempuan seksi itu, tinggi langsing dan berbadan prosporsional. Berbeda dengan pandangan satu orang yang berdiri di pojokan tatanan rak buku.


Bukan sudah melupakan istrinya, diam- diam, Tuan Aksa memperhatikan setiap gerik langkah Isyana.


Isyana terlihat anggun dengan perut besarnya dan bagian tubuhnya. Aura perempuan yang kuat terpancar dari setiap langkah Isyana yang membawa beban kehidupan lain.


Ada kekaguman di hati Tuan Aksa pada sesosok perempuan bertubuh mungil ini, tapi masih energik membawa buah hatinya ke setiap langkahnya. Sudah begitu, Isyana tetap masih bisa membagi sayangnya pada orang lain. Meski belum bisa dikatakan cinta, tapi ada rasa ingin ikut meringankan beban Isyana, terselip rasa kasihan dan sayang.


Apalagi saat Isyana sedikit berjongkok, rambut pendek sebahunya jatuh terurai, lalu Isyana menyelipkanya pada kupingnya. Isyana terlihat sangat manis. Rasanya, melihat perempuan semanis Isyana tidak tega, jika Isyana harus menderita.


"Ehm," Tuan Aksa langsung berpaling salah tingkah saat Isyana menoleh ke arahnya.


Isyana sudah memilih satu buku tebal yang sampulnya ada gambar banyak hewan, tumbuhan, pepohonan dan alam. Rupanya Isyana memilihkan kumpulan kisah bergambar, isinya cerpen- cerpen keteladan yang disampaikan lewat gambar-gambar.


Tentunya produk dan karangan anak bangsa yang ramah lingkungan. Bukan bacaan komik yang berat. Meski sebenarnya nilai keteladananya juga tinggi.


Tapi menurut Isyana, komik kurang sesuai dengan Putri. Apalagi Putri belum bisa membaca, pasti pusing lihat komik. Kalau saja Isyana akrab dengan Tuan Aksa, Isyana sungguh ingin menertawakanya, masa anak perempuan TK kecil disuguhi komik.


"Maaf, kalau terlalu lama menunggu saya," tutur Isyana pada Tuan Aksa.


"Ya!" jawab Tuan Aksa dingin.


"Saya titip buku ini. Anda tidak perlu mengatakan ini dari saya," tutur Isyana sopan.


"Kenapa?" tanya Tuan Aksa tersinggung dan penasaran.


"Tidak apa- apa, saya hanya ingat Putri tertarik dengan salah satu cerita di sini, semoga dia suka. Di dalamnya ada banyak judul dongeng dan cerita. Insya Alloh cocok untuk dijadikan bacaan yang memberi didikan karakter," tutur Isyana lagi seakan tahu semua tentang Putri dan berupaya memberikan yang terbaik untuk Putri.


Tuan Aksa hanya diam menelan ludahnya tidak berekspresi dan berkomentar. Ingin berterima kasih tapi sangat susah.


"Tunggu, saya akan membayarnya," ucap Isyana lagi.


"Tidak usah, biar saya yang bayar," jawab Tuan Aksa dengan muka datar.


"Baiklah," jawab Isyana.


Kasir penjual buku ternyata berada di tengah pusat buku itu. Mereka berdua masih harus masuk ke pusat buku di mall itu untuk membayar.


Tuan Aksa berjalan ke arah kasir, sementara Isyana berjalan ke arah buku pengetahuan yang Isyana butuhkan letaknya masih lebih masuk dari kasir karena kasir di tengah. Mereka berjalan satu arah dan terkesan bersama atau saling membuntuti.


Tuan Aksa jadi salah paham dan salah tingkah lagi.


"Saya sudah bilang saya yang akan membayarnya? Kenapa mengikutiku dan tidak pulang?" tanya Tuan Aksa.


"Hoh?" pekik Isyana kaget.


"Ehm...ya. Kenapa Anda tidak pulang dan mengikuti saya? Nyonya Isyana, saya akan membayarnya?" tanya Tuan Aksa kege- eran.


"Saya? Mengikuti Tuan Aksa?" tanya Isyana pelan dan mengernyit.


"Ehm..," dehem Tuan Aksa merasa kikuk lagi.


"Ya.. pintu keluar ada di sebelah sana? Kenapa Nonya Isyana kesini?" tanya Tuan Aksa lagi.


Isyana kemudian tersenyum geli, dengan suudzonanya Tuan Aksa.


"Maaf, saya ke sini harus membeli beberapa buku, untuk kebutuhan kuliah saya, Tuan. Di sana! Saya tidak membuntuti Tuan Aksa kok. Permisi," ucap Isyana sopan menunjuk tempat buku pengetahuan.


Isyana pun berjalan mendahului Tuan Aksa.


"Ehm...," Tuan Aksa jadi malu dan kikuk sendiri.


Entahlah sejak, kejadian malam tidur di kamar Putri, Tuan Aksa jadi selalu gerogi saat bertemu Isyana.


Sementara Isyana masuk ke rak buku bagian dalam meninggalkan Tuan Aksa. Isyana asik memilih dan memilah mencari buku.


Selain buku pengetahuan Isyana juga iseng mencari buku hiburan. Dan yang menjadi kebiasaan wajib, membelikan buku untuk Dina. Saat lewat mata Isyana menangkap tentang buku tanaman lagi.


Isyana pun berhenti sejenak.


"Huuuft, apa kabar greenhouseku ya? Beberapa phillow dan aglonemaku sepertinya banyak yang selamaat, aku juga kangen Tuti. Apa aku ke sana lagi ya? Aku harus selamatkan tanamanku, sepertinya harga tanaman sedang naik. Lumayan kan kalau aku jualan lagi? Bisa untuk kegiatan Dina juga," gumam Isyana jadi ingat Tuti.


Isyana membuka- buka sedikit daftar isi buku itu. Isyana pun mengambil 4 jenis buku. Dan Isyana segera ke kasir hendak membayar.


"Hanya ini Nyonya?" tanya petugas kasir.


"Yah," jawab Isyana mengangguk.


"Tidak mau nambah lagi?" tanya petugas kasir lagi.


"Tidak, itu sudah cukup," jawab Isyana mengambil dompet hendak membayar.


"Baiklah!" jawab pelayan kasir tampak menscan barcode buku, memasukan dan menghitung jumlah harga.


Heranya, petugas kasir tak menagih uang ke Isyana justru menyobek kertas tagihan dan mengambil uang.


"Silahkan Nyonya, ini bukunya, ini struknya dan ini kembalianya," tutur petugas swalayan malah memberi kembalian uang seratus ribuan 6 lembar dan beberapa recehan.


"Hoh, kembalian? Saya belum bayar lhoh!" tanya Isyana kaget.


"Suami anda meninggalkan uang pada kami untuk membayar buku anda Nyonya," tutur petugas kasir mengira Tuan Aksa suami Isyana. Sebab Isya tadi terlihat berbincang dengan Tuan Aksa, Isyana juga sedang hamil.


"Hoh... suami?" tanya Isyana kaget. Isyana malah mengira itu Lana.


"Iya...., Silahkan Nyonya!" tutur petugas kasir memberikan belanjaan Isyana.


"Anda salah orang kali Mbak?"


"Benar dengan Ibu Isyana Putri?"


"Benar!"

"Ini uang anda Nyonya!" tutur oegawai kasir.


Isyana hanya bisa menelan ludahnya bingung. Tapi Isyana tidak bisa menolak.


Isyana pun mengambilnya.


"Apa mas Lana membuntutiku? Oh tidak dimana dia? Aku harus kembalikan uang ini?" gumam Isyana panik lalu melihat ke sekeliling.


Isyana kemudian segera beranjak keluar mall takut dibuntuti Lana.


"Untuk apa dia mengikutiku? Apa dia tahu ini anaknya? Apa dia akan mengambilnya dariku? Atau dia akan sakiti aku lagi? Oh tidak- tidak!" gumam Isyana lagi sambil berjalan cepat keluar mall menuju ke halte bus.


Isyana jadi paranoid.


"Apa dia masih mencintaiku?" gumam Isyana tiba- tiba melihat buku belanjaanya. Mengira Lana cinta sampai Lana ingin bayari bukunta.


Isyana kini duduk di halte depan mall.


"Oh no. no. kenapa aku berpikir dan berharap dia masih mencintaiku? Jangan bodoh Isya. Dia bukan laki- laki yang bisa dijadikan pemimpin," gumam Isyana lagi memukul kepalanya dengan kepalan tanganya. Sampai orang di samping Isyana melihat Isyana bergidi.


Langit terlihat gelap dan sesekali terdengar petir. Tapi belum turun hujan, hanya ada sedikit badai.


"Duuh mau hujan gimana nih? Kok nggak dateng- dateng bisnya?" gumam Isyana panik.


Di saat yang bersamaan, ponsel Isyana berdering. Karena ramai Isyana bangun dari halte, mencari tempat sepi untuk mengangkat telepon agar bisa mendengar suata telepon.


"Ada apa Din?" tanya Isyana setelah mengucapkan salam. Ternyata Dina yang menelpon.


"Teteh dimana? Nenek panik nanyain Teteh?" ucap Dina.


Isyana kemudian menjelaskan kalau dia di sebuah mall tadi ditraktir teman dan beli buku. Dina yang tahu Isyana di luar, Dina malah jadi nitip ingin dibelikan sandal karena sandalnya putus, dan beberapa kebutuhan dan keperluan dagang nenek, kalau lewat toko kelontong dekat rumah nenek.


Isyana asik telepon, mencatat baik-baik apa titipan Dina dan membelakangi jalan sampai bus giliran yang Isyana tuju lewat Isyana tidak tahu.


"Cepet pulang ya Teh," ucap Dina mengakhiri telepon.


"Oke," jawab Isyana menutup telepon dan menoleh ke jalan lagi.


Saat menoleh bus yang seharusnya, persis lewat depan Isyana.


"Hah," pekik Isyana kaget dan setengah berlari.


"Pak... saya ikut naik. Tunggu...!" teriak Isyana sambil lari melambaikan tangan.


Sayangnya busnya tetap melaju kencang. Bus trans kota B kan hanya bisa berhenti di depan halte persis. Mereka juga ada jadwal dan aturanya.


"Hoh....," Isyana pun hanya bisa menghela nafasnya lemas.


Bus berikutnya masih 30 menit lagi padahal langit semakin hitam.


"Bagaimana ini? Aku nggak bawa payung lagi?" gumam Isyana lesu. Nafasnya juga tersengal. Isyana berhenti sejenak memegangi perutnya.


"Sehat, ya Nak. Maafkan Ibun!"


Lutut Isyana terasa sangat lemas. Sambil memegangi perutnya Isyana berjalan pelan hendak kembali ke halte yang ada tempat duduknya.


Tapi belum sampai ke halte, karena tadi berlari menjauh, hujan turun dan lumayan deras.


"Ya... Tuhan.., kenapa harus hujan sekarang," batin Isyana manyun merasa sangat sedih dan memeluk tasnya.


Rasanya Isyana ingin menangis, dan memang Isyana menangis meneteskan air matanya.


Dan sialnya haltenya hanya beratapkan tanaman thubenia yang merambat, bukan atap seng atau besi yang tebal. Jadi Isyana hanya bisa duduk kedinginan dengan tubuh basah dan terkena angin.


Untung Isyana tak bawa laptop dan buku tadi dibungkus kresek jadi bukunya aman. Akan tetapi tubuh Isyana jadi basah kuyup. Perut buncitnya, bokkongnya yang membesar dan payyudaranya yang membesar jadi terlihat press.


Isyana pun duduk berlindung di bawah pohon bunga yang menggelantung, menunduk dingin dan memeluk tasnya. Isyana masih terkena titikan air hujan meski tak sederas di luar.


Akan tetapi untuk sesaat Isyana tiba- tiba merasa tak ada air lagi.


"Pakailah!" ucap seseorang memberikan jas.


"Hoh," pekik Isyana menoleh ke atas.


Pria gagah, berkemeja dan berdasi, bediri di depanya. Satu tangan memegang payung dan satu tanganya lagi menyerahkan jasnya pada Isyana.


"Tuan Aksa?" pekik Isyana kaget.


"Pakailah. Masuk ke mobil. Aku akan mengantarmu!" ucap Tuan Aksa lagi.


Isyana menoleh ke sekelliling, mobil Tuan Aksa terparkir di dekat mereka.


Isyana yang sudah kedinginan tak bisa menolak. Isyana pun memakai jas Tuan Aksa dan mengikuti Tuan Aksa sepayung berdua naik masuk ke mobil.


hampir begini tapi lebih rapih bersih, di seberang mall dan di pinggir jalan, begitulah hayalan author. trs ada tempat duduknya gitu. Tuan Aksa datang bawa payung. Ahhh begilah pokoknya.


****


Di seberang jalan, rombongan Nina yang tadi melanjutkan nongkrongnya dengan shopping tanpa sengaja melihat.


"Waah suami temen lo, ganteng juga Nin?"


"Iya... nggak nyangka, tapi teh Isyana juga manis kok," jawab Nina.


Bersambung lanjut ke bab 87


gimana serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 86"