Istri yang terabaikan Bab 85

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


85. Biar Putri Kuat seperti tokoh kartun


"Ada yang di tanyakan?" tanya Isyana di depan kelas.


Tapi rupanya semua teman- temanya diam.


"Oke karena tidak ada yang bertanya, presentasi saya akhiri. Terima masih," tutur Isyana mengakhiri presentasi tugasnya.


Teman- teman sekelasnya memberikan applause untuk Isyana. Isyana pun kembali ke tempat duduknya.


"Karena kelompok Isyana kelompok terakhir. Kuliah hari ini kita akhiri. Isyana kumpulkan semua notulen kuliah hari ini ya. Saya tunggu di ruangan," tutur Dosen Isyana.


Isyana pun mengangguk.


"Ya Pak!" jawab Isyana ke dosen laki- lakinya.


Menyadari betapa berharganya mendapatkan kesempatan kuliah, dibiayai Bu Dini. Apalagi jurusan hubungan internasional yang tidak mudah, Isyana benar- benar bekerja keras meski hamil.


Sebagian teman- teman Isyana memaklumi keadaan Isyana. Akan tetapi beberapa ada yang julid dan kepo tentang masalalu Isyana.Siapa suami Isyana. Meski begitu Isyana tetap tutup mulut tidak mau cerita.


Anak- anak teman Isyana menghambur keluar. Sebagian teman Isyana yang meringkas laporan kelompok mendekati Isyana dan memberikan laporan pekerjaan.


Isyana menjadi mahasiswi tertua di kelasnya jadi Isyana banyak mengalah dan mengayomi teman- temanya.


"Perlu bantuan nggak Teh?" tanya Nina teman Isyana yang usianya 4 tahun lebih muda. (Isyana kan harusnya sekarang udah S1 kalau nggak putus karena nikah)


"Emm bantuin susun sesuai nomer urut kelompok ya!"


"Oke, teh!" jawab Nina


Nina kemudian membantu Isyana mengumpulkan tugas ke dosen.


"Huuuft," Isyana menghela nafasnya, istirahat sebentar dan mengelus perutnya yang berkedut. Perkuliah yang melelahkan membuat bayinya protes.


Teman Isyana menatap Isyana kagum.


"Teteh capek ya?" tanya Nina.


Isyana tersneyum.


"Enggak kok. Biasa bayiku kalau jam segini suka nendang-nendang," jawab Isyana ramah.


"Jangan bilang- bilang ya Teh. Aku hari ini ulang tahun. Aku pengen traktir teteh, abis ini kita makan ya Teh!" ucap Nina teman Isyana yang imut ini.


"Oh ya? Waah. Selamat ya. Pi best day. Wish you all the best yah, geuliis!" ucap Isyana ramah.


"Makasih, Teh!" jawab Nina.


Isyana dan Nina pun mengumpulkan tugasnya ke dosen. Sesuai permintaan Nina, Isyana ikut Nina.


Nina anak orang kaya, orang tuanya bekerja di kedutaan, sementara ibunya seorang dosen di kampus lain di Ibukota. Itu sebabnya Nina ambil HI juga. Tapi meski begitu, Nina ramah baik dan peduli pada orang lain. Nina juga tidak membedakan teman.


Mereka berdua memilih restoran Jepang yang terletak di tengah salah satu mall besar di kota B itu. Nina sengaja mengajak Isyana, karena Isyana sering membantu Nina mengerjakan tugas.


Nina juga tahu Isyana tidak pernah jajan di kampus apalagi nongkrong. Nina ingin gizi Isyana baik. Apalagi Isyana sedang hamil. Dan rupanya Nina juga janjian dengan dua sepupunya.


"Teh... tapi nanti ada dua orang lagi ya?"


"Oh ya?"


"Iyah sepupuku baru lulus ujian sidang. Dia anak Ibukota. Lagi mudik jadi kita ketemuan,"


"Lhoh kalian berarti mau meet up. Teteh ganggu berarti?"


"Nggak lah. Kan nanti berempat. Teteh mah nemenin aku biar nggak ganjil,"


"Aih kamu, teteh udah emak- emak buncit begini, ganggu anak milenilal kek kalian. Apa bisa gabung?"


"Iiish Teteh. Nggak ada yang tahu kalau Teteh itu emak- emak. Wajah Teteh aja sama aku masih mudaan teteh. Teh Isyana itu Babyface, cocoklah sama kita. 4 tahun juga nggak terlalu jauh Teh!" jawab Nina panjang dan semangat sambil nyetir.


"Kamu ih bisa aja,"


"Seriusan, sebelum hamilnua teteh gede aja, kita semua nggak ada yang tahu lho. Teteh udah nikah. Teteh imut banget soalnya," puji Nina.


"Ah kamu bisa aja," jawab Isyana.


Tidak lama mereka sampai ke restoran yang Nina tuju. Di sana sudah duduk dua gadis cantik.


"Haai...," sapa mereka berhaha hihi.


Isyana kemudian kenalan sepintas. Bercengkerama sebentar. Nina pun memesan makananan.


Lalu mereka makan. Di sela- sela makan, ponsel salah satu teman Nina yang bernama Ayu berbunyi. Ayu pun mengambil ponselnya dan mengangkat telponnya.


"Apa sih Mik?"


"Oh gue skripsi ngerjain sendirilah. Gue nggak tahu jasa buat skripsi dimana? Lo tanya Sesil aja," ucap Ayu lalu mematikan teleponya.


Karena mereka satu meja, semua pun mendengar percakapan Ayu.


"Siapa Yuk?" tanya Sofi sepupu Nina satunya.


"Si Mika, aneh banget dia. Selama ini kemana aja? Bete gue. Masa tanya gue bayar jasa skripsi dimana? Gue ngerjain sendiri lah!" cibir Ayu kesal. Tenyata Ayu dan Sofi teman Mika.


"Gleg," Isyana segera mengambil air minum karena hampir tersedak mendengar nama musuh bebuyutanya disebut.


"Huh mentang- mentang suaminya kaya. Semua pake uang apa?" imbuh Sofi.


"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Nina.

"Temen gue... dia satu dosen pembimbing sama gue. Tapi skripsi dia masih di Bab 1," jawab Sofi.


"Kok bisa?" tanya Nina lagi


"Lah dia nggak pernah konsul?" jawab Ayu.


"Kenapa bisa gitu?" tanya Nina lagi.


"Dia diperistri pejabat di Suntech gitu. Anak pejabat Ibukota. Terus belagu gitu sering bolos," jawab Sofi cerita.


"Oh.., karena nikah terus nggak kuliah gt? Biasanya mantu pejabat kan smart?" tanya Nina kepo.


"Mungkin, tapi dia nggak keluar, masih kuliah males aja kali, karena suaminya kaya, entahlah!"


"Hemmm. Ah tapi tetehku ini, udah nikah dan hamil juga rajin kuliaahnya," jawab Nina


Isyana yang mendengarnya hanya diam. Isyana hanya sedikit tersenyum. Seandainya ada yang tahu suami yang katanya kaya dan tampan itu adalah ayah bayi Isyana.


"Waah. Jadi teteh ini lagi hamil. Suami teteh ijinin teteh kuliah dan kita nongki begini? Enak ya?" celetuk Ayu tanya.


Isyana pun hanya mengangguk.


"Iya!"


"Oh ya. Teh Isya nggak pernah cerita , suami Teh Isya kerjanya dimana? Nina juga nggak pernah liat?" celetuk Nina lagi.


Isyana jadi bingung mau jawab apa.


"Ehm...," dehem Isyana bingung. "Suami teteh. Suami teteh," jawab Isyana gelagapan.


"Nina, pamali nanyain pekerjaan suami orang!" tegur Sofi menyelamatkan Isyana.


Isyana pun hanya tersenyum. Dilihatnya di depanya makanan sudah habis. Isyana bahaya kalau di diam diri di situ.


"Ninaa... aku baru ingat, aku butuh buku untuk bikin malalah Tugas Pak Ujang... Aku cabut duluan ya!" ucap Isyana pamit.


"Teteh sama siapa? Duh Nina jadi rasa bersalah, kan Nina yang ajak teteh. Nina antar ya Teh" tutur Nina.


"Nggak apa- apa, nggak usah pikirin. Masalah pulang mah gampang," jawab Isyana.


"Lo ngapain panik sih. Nin, Teh Isya kan bisa telpon suaminya. Emang elo jomblo!" sahut Ayu.


"He...," Isyana hanya tersenyum dan segera mengambil tasnya ingin cepat- cepat pergi.


Di kelas Isyana memang membatasi diri untuk tidak terlalu akrab dengan siapapun. Meski begitu Isyana tetap baik. Isyana bisa menebak teman- teman Isyana pasti kelak akan bertanya siapa suami Isyana.


"Hoooh," Isyana berjalan cepat masuk ke toko buku masih di satu mall tersebut.


Karena Isyana berjalan gugup Isyana tidak fokus menatap ke depan dan menabrak seseorang yang sedang memilih buku.


"Maaf," Ucap Isyana segera menjauhkan tubuhnya dan menunduk hormat.


"Ehm," orang itu malah berdehem kikuk


Isyana pun mengangkat wajahnya.


"Tuan Aksa?" pekik Isyana kaget.


"Kalau jalan hati- hati!" ucap Tuan Aksa dingin.


"Iya, Maaf Tuan," jawab Isyana.


Isyana kemudian melirik ke buku yang dipegang Tuan Aksa dan tumpukan buku di sekitar mereka. Ternyata mereka berada di rak bagian buku anak- anak.


Sayangnya ada yang menggelitik Isyana. Buku yang dipegang dan dipilih Tuan Aksa buku hero- heroan dan pendekar- pendekar anime.


"Ehm...," Isyana berdehem.


Tuan Aksa juga tampak salah tingkah.


"Apa anda sedang membelikan buku cerita untuk Putri?" tanya Isyana.


"Iya," jawab Tuan Aksa mengangguk.


Isyana kemudian tersenyum geli dan membuat Tuan Aksa tersinggung. Meski begitu senyum Isyana cukup membuat tatapan Tuan Aksa terhenti dan membuat debaran aneh.


"Putri tidak suka pahlawan Anime Tuan," tutur Isyana.


"Aku tahu," jawab Tuan Aksa malu- malu.


"Oh baiklah, semoga Putri mau membacanya," sambung Isyana.


"Aku hanya ingin didik Putri mandiri seperti kebanyakan tokoh di sini," jawab Tuan Aksa beralasan.


"Ooh. Begitu, tapi memangnya Tuan Aksa sudah baca isi di dalamnya?" tanya Isyana lagi.


Tuan Aksa terlihat gelagapan, tidak bisa menjawab.


Isyana jadi ingin tertawa lagi, tapi ditahan.


"Maaf, saya juga ada janji ingin belikan buku untuk Putri, boleh saya titip berikan?" tanya Isyana lagi.


"Ehm, ya!" jawab Tuan Aksa dingin.


Isyana kemudian berjalan berkeliling, sementara Tuan Aksa berdiri di tempatnya.


Diam- diam tanpa sepengetahuan Isyana Tuan Aksa mengembalikan buku yang tadi dia pegang. Tapi tidak berani mengembalikan yang buku anime. Lalu Tuan Aksa, curi- curi pandang kemana dan buku apa yang Isyana pilih.


Sore itupun mereka berdua jadi belanja buku berdua.


Bersambung lanjut ke bab 86


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 85"