Istri yang terabaikan Bab 84

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


84. Beda Istri Beda Rejeki


“Braaak... Siaaalll,” umpat Lana sangat frsutasi selesai meeting.


Lana langsung membanting berkasnya begitu sampai di ruanganya. Arbi yang di belakangnya hanya menunduk takut.


“Haaah, kenapa bisa jadi bagini? Gawat kalau gue terus- terusan begini?” keluh Lana lagi sambil memijat kepalanya. 


Dalam sejarah pekerjaan Lana sebelumnya, perkiraan target pasar Lana biasanya selalu tepat.


Lana juga hampir selalu memenangkan tender atau pandai merayu koleganya untuk membeli produk- produknya dan bekerja sama. 


Lana berfikir, saat Lana berpindah dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat, proyek yang akan dia pegang semakin besar. Semakin besar proyeknya peluang mendapat keuntungan juga semakin banyak. Tentunya diikuti modal yang lebih banyak pula. 


Meski baru beberapa bulan menjabat, Lana berfikir, perkiraanya akan tepat.


Lana meluncurkan produk baru dengan jumlah yang banyak dan menghabiskan banyak uang dalam prosesnya.


Lana yakin akan mendapat untung yang besar. 


Sayangnya kali ini koleganya tak menepati janji. Koleganya malah melirik produk dari perusahaan anak cabang. Memang masih perusahaan Suntech, jadi Tuan Priangga tetap untung.


Akan tetapi untuk managemen dan khas keuangan tiap perusahaan kan masing- masing. Jadi di sini perusahaan Lana hampir merugi. 


“Kita harus bisa menjual barang itu dalam waktu satu tahun, Tuan. Jika tidak!” tutur Arbi ingin mengajak Lana diskusi tapi sudah dipotong.  


“Aku tahu!” potong Lana membentak. Lana mengira Arbi akan menyalahkanya karena produki barang terlalu banyak.


“Kamu tidak perlu mengajariku. Aku tahu. Sebar iklan dan proposal ke semua rekan kerja kita!” bentak Lana ke Arbi. 


“Untuk iklan dari sebelum produk launching sudah kita sebar Tuan, tapi memang mereka semua belum ada yang merespon,” lapor Arbi lagi dengan suara terbata. Ini adalah kenyataan pahit yang pasti akan membuat Lana meradang. 


“Goblogg kalian semua goblogg!” omel Lana lagi emosi.


Lana merasa sangat frustasi. Jika barang produksinya itu tidak terjual, perusahaan pailit, mungkin Tuan Priangga bisa menyelamatan perusahaan dengan menutup kerugian perusahaan A dari keuntungan dua perusahaan yang lain. Tapi yang pasti Lana akan hengkang dari kursinya sekarang. Bisa dipindah, turun jabatan atau parahnya dipecat. 


“Kalau tidak direspon datangi lagi, tawarkan lagi dengan penawaran yang menarik, jangan diam kaya patung. Percuma ada tim marketing kalau nggak bisa kerja!” omel Lana ke Arbi.


“Ya Tuan!” jawab Arbi mengangguk. 


“Kumpulkan tim marketing, tawarkan bonus atau diskon, aku nggak mau tau, barang kita harus laku! Kita harus susun rencana dan gencar promosi!” omel Lana lagi. 


“Ya Tuan!” jawab Arbi. 


Hari itu, baru tadi pagi Lana emosinya diaduk- aduk mantan istrinya, kini siangnya hatinya semakin diremaasss oleh pekerjaanya yang kacau.


Tidak peduli waktu Lana melakukan rapat lembur untuk membahas upaya penyelamatan perusahaanya itu. Lana menuntut ide- ide kreatif anak buahnya dalam waktu dekat.


Lana tidak tahu kalau isrinya di rumah sedang keluar tanduknya mengamuk frustasi karena teman- temanya sudah selesai sidang sementara skripsi Mika belum ada apa- apanya.


Mika menelpon Lana berkali- kali mau minta uang sebagai upaya mendekati dosen pembimbingnya. Sayangnya Lana juga sedang pusing berat dan tidak menghiraukan telepon dari istrinya. 


Pukul 21. 15 rapat baru selesai. Lana kemudian meminta Arbi menemaninya minum kopi dan makan malam di sebuah kafe di arah jalan pulang. 


“Istri Tuan Binar meninggal,” ucap Lana memberi tahu di sela minum kopinya. 


“Ya Tuan, saya sudah mendengar kabar itu,” jawab Arbi.


Arbi sudah tahu bahkan sudah mengirimkan karangan bunga. Lana pun sebenarnya juga tahu, Arbi mengetahuinya tapi yang ingin Lana sampaikan bukan itu. 


“Di pemakaman aku bertemu, Isyana!” lanjut Lana bercerita. 


“Gleg,” Arbi langsung menatap Lana kaget. Arbi kemudin mengeratkan rahangnya menahan kesal ke Lana. Arbi kan ada di pihak Isyana. Kenapa Lana tiba- tiba bahas Isyana.


“Dia hamil,” ucap Lana lagi mengakhiri ceritanya. 


Tatapan Lana menatap jauh ke depan, kemudian meneguk kopi pahitnya lagi.


Meski saat di hadapan Isyana tadi, Lana berkata buruk, tadi di hati kecilnya yang terdalam memang terselip harapan kalau itu anaknya. Sejahat apapun orang, kata hati memang selalu jujur. Ikatan batin juga tidak pernah salah. 


Arbi diam berfikir mendengarnya. Arbi sedikit kaget dan timbul rasa iba. Kasian sekali Nona Isyana majikanya yang baik hati harus hamil dalam keadaan janda.


Arbi, ingin menanggapi cerita Lana. Arbi ingin marah, dan menanyakan apa yang hendak Lana lakukan.


Tapi Arbi sadar, kalau sampai Arbi salah bicara gawat, emosi Lana kan sedang tidak baik. Arbi hanya karyawan yang gajinya ditandatangani Lana agar bisa cair.


Lana terlihat mengambil 1 batang rokok dan menyalakan korek dan diarahkan ke ujungnya. Laana mulai menghisapnya. Arbi jelas melihatnya Lana sangat kacau. Lana seperti tak menunggu respon Arbi, dia hanya ingin didengar.


“Ehm...,” Arbi berdehem tidak tahan ingin bicara. Tapi belum Arbi komentar setelah menghisap rokoknya, Lana bertanya lagi. 


“Apa menurutmu itu anakku?” tanya Lana ke Arbi. 


Arbi pun terbelalak, Arbi sangat geram ingin pukul, Lana. Tapi Lana bosnya, bagaimana bisa Lana meragukan Isyana. Tentu saja itu anak Lana. Usia perceraian mereka kan baru 3 bulan, secara waktu jelas anak Lana.


“Ya, memang anak siapa lagi, Tuan. Anda kan mantan suami Nona Isyana satu- satunya, waktu perceraian kalian kan juga baru 3 bulanan!” jawab Arbi menegaskan.


Kalau saja Lana bukan bos. Arbi ingin bilang, "Bodoh banget si Lo Lan, kok masih tanya anak siapa?" Arbi juga yakin Isyana perempuan setia. 


“Begitukah?” tanya Lana dengan bodohnya. 


“Ya itu menurut saya, kenapa Tuan ragu kalau itu bukan anak Tuan?” tanya Arbi lagi geram.


Lana menelan ludahnya, kepalanya pusing. Lana ingin meyakini kalau Isyana setia, tapi dirinya sendiri bisa selingkuh, jadi saat Mika mengatakan Isyana selingkuh dan Lana melihat tukang sayur itu mendekati Isyana, Lana berfikir Isyana seperti dirinya, selingkuh. 


“Dia kabur dariku, di sana aku lihat, dia akrab dengan laki- laki itu, bisa saja kan Isyana melakukanya dengan orang lain,” jawab Lana payah.


“Hoh...,” Arbi tersenyum sinis menanggapi bosnya yang bodoh. Arbi sangat emosi, duduk berdua dengan Lana membuat tanganya gatal. Tapi cicilan rumah dan mobil Arbi lebih berat. Kalau saja tidak sudah Arbi tonjok si Lana.


“Apa Tuan punya bukti pasti bagaimana hubungan Nyonya Isyana dengan pria itu? Kalau saya sih yakin, itu anak Tuan Lana,” jawab Arbi. 


“Kenapa kamu begitu yakin?” 


“Saya kenal Nyonya Isyana. Perempuan itu bisa kita nilai dari sikapnya dan saya bisa menilai Nyonya Isyana. Nyonya Isyana tidak mungkin melakukan perbuatan hina itu,” ucap Arbi tegas. 


“Gleg,” Lana tersentak dengan omonga Arbi.


Kenapa orang lain begitu percaya Isyana, dirinya malah tidak. 


Lana tidak menjawab atau menanggapi dan memilih mengambil batang rokoknya lagi. 

“Menurutmu seberapa besar kemungkian Tuan Binar akan kembali ke perusahaan pusat?" tanya Lana tiba- tiba mengalihkan topik pembicaraan. 


Lana memang sangat khawatir tak bisa menyelamatkan perusahaan dan posisinya sekarang kembali diambil sang empunya.


Tuan Aksa kan pindah ke perusahaan cabang karena Nyonya Tiara, sementara Nyonya Tiara kini tidak ada. Posisi Lana sekarang adalah keberuntungan karena cobaan rumah tangga Tuan Binar.


Jika Bu Tiara tidak meminta pulang kampung, Lana memimpin perusahaan cabang yang relatif kecil dan baru tahap berkembang.


“Kenapa Tuan Lana bertanya begitu?” jawab Arbi balik bertanya. 


“Aku hanya ingin bertanya saja,” jawab Lana tak ingin Arbi tahu kalau dirinya ketakutan. 


“Move on dari kehilangan orang yang dicintai untuk selamanya tidak mudah, Tuan. Saya dengar Tuan Binar sangat mencintai istrinya. Saya rasa tidak dalam waktu dekat, Tuan!” jawab Arbi mengutarakan pendapatnya.


Lana mengangguk dan mengambil kopinya lagi. Ada rona tenang dari wajah Lana mendengar jawaban Arbi.


“Laporkan detail padaku setiap perkembangan penjualan produk kita!” ucap Lana. 


“Siap Tuan!” 


“Aku pusing sekali, kenapa semua jadi terasa sulit begini, hooh!” ucap Lana tiba- tiba untuk pertama kalinya Arbi mendengar Lana mengeluh. 


“Beda istri beda rejeki, Tuan!” ceplos Arbi berani tidak sadar kenapa berkata begitu sebab sedari tadi Arbi kan menahan kesal saat Lana membahas Isyana. 


Lana langsung mendelik kesal mendengar kata Arbi. 


“Tau apa kamu tentang istri!” ejek Lana ke Arbi. 


“Gleg!” Arbi terskak, Arbi kan belum menikah. “Maaf Tuan, saya mengutip kata internet,” jawab Arbi berlindung. Lana yang tersinggung jadi kacau lagi moodnya.


Lana kemudian bangun dan mengajak Arbi pulang. 


**** 


Di kota B


Acara pengajian dan doa bersama untuk Nyonya Ara berakhir, kediaman Tuan Binar Aksa yang baru saja ramai jadi kembali sepi.


Putri juga belum tidur karena baru saja okut mengaji. 


“Kenapa kamu belum tidur, Sayang?” tanya Tuan Aksa mendekat ke Putri. 


“Putri kan juga ingin berdoa untuk Mommy Dad. Kata Tante Isyana, kalau orang tua kita sudah di meninggal, kita harus selalu kirim doa. Kata tante Isyana juga doa Putri akan jadi teman Mommy di sana alam sana, biar Mommy  tidak kesepian dan Mommy tahu kalau Putri sayang Mommy,” jawab Putri lancar mengingat betul kata Isyana. 


“Gleg,” Tuan Aksa menelan ludahnya, dan tenggorokanya seperti tercekat.


Bahkan mata Tuan Aksa seperti berkaca- kaca ingin tumpah air matanya tapi dia tahan.


Entah kenapa saat, Putri menyebut nama Isyana membuat jantung Tuan Aksa bergetar. 


“Okeh...,” jawab Tuan Aksa memaksakan diri tersenyum ke Putri. 


“Karena doa bersamanya sudah selesai, kita tidur yah! Besok sekolah kan?” ucap Tuan Aksa. 


“Daddy temani Putri kan?” tanya Putri. 


“Yas!” jawab Tuan Aksa mengangguk.


“Yeaay, nanti bacakan cerita ya Dad,” jawab Putri senang. 


Tuan Aksa mengangguk meski sedikit mengernyit. Apa bisa Tuan Aksa bercerita.


Mereka kemudian masuk ke kamar Putri. Tuan Aksa membantu Putri sikat gigi cuci tangan dan kaki. Ganti pakaian dan memakai selimut. 


“Ayo bacakan cerita, Dad,” pinta Putri. 


Tuan Aksa mendadak bingung. Tuan Aksa kan tidak pandai bercerita. 


“Sebentar, Putri dimana taruh buku dongengnya?” tanya Tuan Aksa beride mau baca dari buku saja. 


“Ishhh,” desis Putri manyun.


“Semua dongeng di buku, Putri sudah hafal. Kita kan lama tidak beli buku semenjak Mommy sakit, kaya tante Isyana dong, bacain cerita tanpa baca buku!” pinta Putri lagi dengan bawel selalu menyebut nama Isyana.


“Hhhhh,” Tuan Aksa hanya bisa menghela nafasnya merasa lemah dan tidak berkutik. 


“Daddy tidak bisa mendongeng Sayang. Besok Daddy belikan buku cerita yang banyak ya. Daddy bacakan!” tutur Tuan Binar merayu.


“Hhhh... Daddy nggak asik, nggak kaya Mommy dan Tante Isyana,” cibir Putri lagi dengan polosnya. 


Tuan Aksa terskak lagi, belum genap satu hari jadi single parents sudah dibuat pusing oleh anaknya. 


“Ya, maaf, sudah tidur ya!” ucap Tuan Aksa merayu Putri tidur. 


“Hmmm,” Putri tidak menjawab dan hanya manyun kesal. 


Tuan Aksa pu terdiam berbaring. Dia berusaha memejamkan matanya tapi belum bisa.


Tuan Aksa lalu membuka matanya menatap langit- langit. "Apa bisa Tuan Aksa menjadi Daddy sekaligus Mommy untuk Putri?"


Tuan Aksa sepertinya harus lebih banyak belajar. Saat Tuan Aksa memiringkan tubuhnya di kasur Putri, tiba- tiba ingatan Isyana semalam datang.


Bahkan hangatnya tubuh Isyana seperti masih terasa.


"Haisssh," desis Tuan Aksa mengusir bayangan Isyana..


"Astaga aku belum minum obat," peki Tuan Aksa.


Mengingat Isyana juga membuatnya ingat peristiwa di dapur.


Tuan Aksa melirik ke Putri, Putri sudah terlelap. Karena tak ada istri, terpaksa tuan Aksa turun sendiri ke dapur. Ambil air minum sendiri dan minum obat sendiri.


Bersambung lanjut ke bab 85


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 84"