Istri yang terabaikan Bab 82

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


82. Apa itu anakku?"


Di rumah Tuan Aksa.


"Bagaimana, Dok?" tanya Bu Dini setelah memeriksa keadaan Tuan Aksa.


"Insya Alloh setelah obat masuk, Tuan Binar akan baik- baik saja. Nanti minum antibiotik dan makan makanan lembut. Tuan Binar sepertinya makan tidak teratur dan kurang tidur. Dari gejalanya suspect typoid. Nanti kita cek laborat!" jawab Dokter menjelaskan.


Meski di rumah kini Tuan Aksa diinfus agar segera baikan.


"Oh terima kasih. Dokter kasih tahu ke dia agar tidak kers kepala," tutur Bu Dini.


Masih di kamar ART, untung mendiang Bu Tiara hatinya seindah mutiara. Meski ART, Bu Tiata memberikan kamar yang layak, ukuranya tetap normal 3x 4, hanya kualitas kasur, lemari, kamar mandi dan dekor aksesorisnya yang berbeda.


Jadi ada kejadian darurat begini tidak buruk- buruk amat. Fokter pun memberikan penjelasan ke Tuan Binar, pentingnya makan dan istirahat teratur.


Bu Dini hanya mendengarkan, sambil harap- harap cemas memantau di luar jangan sampai ada pelayat yang tahu, Tuan Binar ambruk.


"Hhhh... ck. Memalukan dan menyedihkan sekali putraku? Kenapa orang setua Binar sampai kena thypus. Dia seharusnya berfikir masih ada Putri yang harus dia jaga. Tuhan... segeralah buka hati putraku agar bisa jatuh cinta dengan orang yang tepat, ini yang terbaik untuk Tiara, dia tidak lagi menderita," batin Bu Dini dalam hati.


Setelah merasa cukup dokter berpamitan. Tentunya Bu Dini meminta bantuan perawat laki- laki menunggu. Bu Dini kemudian mendekat ke Tuan Binar.


"Sholat jenazah sudah dilakukan,masih ada sekitar 3 gelombang lagi. Semua tamu menanyakanmu. Sebentar lagi jenazah akan diberangkatkan. Makanlah, kamu mau ikut antar Tiara kan?" tanya Bu Dini, setengah memarahi.


Bu Dini gemas ke Putranya. Bucin sih boleh, sedih juga Bu Dini merasakanya. Tapi kan sebagai seorang yang beriman dan dewasa, seharusnya Tuan Binar bisa sadar.


Hidup, mati itu takdir, yang penting usaha. Seharusnya Tuan Binar tidak egois mengikuti emosinya dan memikirkan Putri. Tuan Binar harusnya kuat, mementingkan kesehatan dirinya juga.


"Ya Mah! Dimana Putri?" jawab Tuan Binar sambil membetulkan posisi tidurnya setengah duduk.


"Kamu masih sempat tanya Putri?"


"Mamah kenapa sih? Tentu Binar ingat. Putri, anakku, dia satu- satunya yang paling penting untuk Binar sekarang!" jawab Binar.


"Oh ya? Kalau memang benar begitu? Kenapa kamu sampai ambruk begini? Bagaimana kalau ada orang yang tau? Bagaimana kalau Putri tahu Daddynya begitu cengeng. Siapa yang akan ajari Putri arti ikhlas, tawakal dan takwa? Ingat Binar kamu pewaris Suntech dan seorang Ayah. Kamu punya agama! Kamu punya Alloh!"


"Semua yang ada di dunia ini memang akan kembali ke Alloh. Kamu juga harusnya kasian ke Tiara. Dia sudah banyak menderita, kita sudah berjuang untuknya, dia juga berjuang selama ini. Dia pasti malu suaminya begini! Seharusnya kamu ingat apa pesan dia. Jadilah ayah yang baik untuk Putri. Makanlah!" omel Bu Dini lagi.


Tuan Binar Aksa diam menunduk meresapi kata Ibunya. Bu Dini memang cenderung cerewet dan disiplin mengingat beliau dosen dan aktifis perempuan. Tapi perkataan Bu Dini benar dan selalu dijadikan tumpuan Tuan Binar.


"Binar minta maaf. Berikan makananya pada Binar. Binar akan segera membaik dan Binar akan ikut ke pemakaman," jawab Tuan Binar.


Bu Dini kemudian membantu Tuan Binar makan. Setelah makan dan minum, apalagi dibantu infus,Tuan Binar sedikit lebih segar.


Meski tidak nongol di beberapa gelombang sholat jenazah tapi tadi malam Tuan Binar sudah melakukanya. Binar meminta perawat melepas infuanya setelah obat pusingnya bekerja.


"Saya harus ikut ke pemakaman. Lepas infusnya!"


"Anda yakin sudah tidak pusing lagi, Tuan?"


"Tidak, tadi pagi karena aku kelaparan saja. Aku tidak makan dan minum 3 hari. Aku baik- baik saja kok!" jawab Tuan Binar saat ibunya tidak ada masih berlagak sombong. Jelas- jelas matanya berkunang- kunang dan hampir jatuh di hadapan Isyana masih bilang baik- baik saja.


"Ya, Tuan!" jawab perawat.


Perawat yang bertugas melayani hanya patuh saja.


****


"Ini rumah anak bos kamu?" bisik Mika ke Lana setengah mengejek.


"Ya...,"


"Biasa aja. Nggak terlalu mewah. Aku kira pewaris Suntech rumahnya besar kaya rumah youtuber, murrah banget?" cibir Mika.


"Ck!" Lana berdecak melirik ke Mika merasa istrinya comel sekali.


Rumah Tuan Aksa yang di kota B sesuai mau Bu Tiara memamg tak begitu besar untuk kelas pemilik perusahaan, 2 lantai saja. Tapi tetap elegan dan mewah untuk masyarakat biasa.


"Ini rumah persinggahan mendiang istrinya yang ingin tinggal di sini. Dia rumahnya banyak. Rumah utamanya di Ibukota. Sudah jangan berisik. Jaga sikapmu!" omel Lana lagi memarahi Mika yang tidak tahu adab.


Nyonya Wira yang duduk bersebelahan pun hanya bisa mengelus kening melirik kesal. Mantunya yang satu ini, katanya kuliahan dan selebgram cantik, kenapa mulutnya menyebalkan sih, kanan kiri mereka kan para pengusaha dan pejabat.


Beda sekali dengan Isyana, meski dulu putus kuliah, Isyana diam, lebih banyak senyum dan berkata seperlunya.


"Jaga sikap kamu, Mika!" ucap Bu Dini geram.


Tuan Wira dan Lana pun ikut melakukan sholat jenazah bersama rombongan. Tuan Binar Aksa yang sudah mendingan keluar dan beberapa orang terdekat memberi salam belasungkawa.


Setelah sholat jenazah selesai, sambutan pemberangkatan keluarga, Tuan Aksa wakilkan pada kerabatnya.


"Itu Tuan Binar Mas?" tanya Mika lagi masih bawel.


"Ya!"


"Ganteng banget yah? Kasian sekali udah duda," tutur Mika lagi.


"Ck," Lana dan Bu Dini berdecak lagi mendengar Mika. Kenapa Mika malu- maluin terus. Bagaimana kalau ada yang dengar.


"Barusan kamu bilang apa?" tanya Lana sedikit marah dan cemburu.


"Nggak, mana anaknya katanya udah punya anak?" tanya Mika lagi berbisik.


"Di dalam mungkin, kita lihat saja nanti!" jawab Lana.


Di saat jenazah mau diangkat ponsel Tuan Wira berbunyi, Tuan Wira pun membacanya. Ajudanya juga mendekat.


"Lana...," panggil Tuan Wira.


"Ya Pah,"


"Papah ada pekerjaan. Kamu di sini sampai pemakaman selesai, Papah harus pulang!" tutur Tuan Wira berbisik membagi tugas.


"Ya Pah!" jawab Lana.


Tuan Wira dan istrinya diikuti ajudanya kemudian berpamitan tanpa ikut ke pemakaman. Sementara Lana stay.


****


Di dalam.


"Wwwoek," karena sedang hamil, ditambah ngamen langsung ke rumah sakit dan urus Putri, Isyana ikutan oleng.


"Tante kenapa?" tanya Putri mendengar Isyana mual.


"Nggak apa-apa Sayang. Kalau ibu sedang hamil kan saat pagi memang begitu," jawab Isyana masih berusaha tersenyum ke Putri.


"Apa Mommy dulu juga begitu?"


"Mungkin..., tanya sama Daddymu!" jawab Isyana.

Mendengar kata itu, Putri dengan polosnya memegang tangan Isyana dan membuat Isyana terharu.


"Tante harus sehat ya. Jangan seperti Mommy Putri, kasian adik bayi. Dady nya sudah pergi. Jadi Tante Isyana harus jagain dia. Putri tidak ingin adik bayi seperti Putri," tutur Putri dengan polosnya.


Isyana jadi terharu, mendengar kata Putri. Di elusnya kepala Putri, yang sudah Isyana keramasi dengan sampo yang wangi, dan sudah Isyana kasih pita cantik.


"Selesaikan makanya, Putri ikut Oma antarkan Mommy Putri ya!" tutur Isyana memberitahu.


"Tante tidak ikut?"


"Ikut, tapi tante mau minum obat dulu. Nanti Tante nyusul di belakang bareng Mbak Nik dan Mbak Dina, sana temani Oma dan Mommy, ya!" tutur Isyana memberitahu.


Isyana sadar diri bukan anggota keluarga Tuan Aksa, meski dekat dan endingnya bersama Dina memutuskan untuk ikut ke makam,Isyana mau jalan terakhiran bersama teman yang menurutnya selevel.


"Ya, Tante!" jawab Putri.


Saudara Tiara yang dari luar negeri datang.Mereka pun mencari Putri dan Putri keluar bersama mereka.


Jenazah diberangkatkan, rombongan keluarga dan kerabat dekat di barisan mobil mewah sementara Isyana di belakang bersama ART yang tidak bertugas di rumah.


Meski dari kejauhan Isyana dan Dina ikut melihat prosesi pemakan dan ikut berdoa. Tapi Isyana tak mendekat.


"Abis ini kita langsung pulang aja ya," ucap Isyana.


"Tapi kalau Non Putri nyariin gimana?" jawab Mbak Nik selalu keberatan kalau Isyana pergi.


"Nggak. Tuh Putri sama sepupunya kok!" jawab Isyana.


"Ya udah hati- hati di jalan ya!" tutur Mbak Nik.


Isyana dan Dina pun berjalan menjauhi pemkaman. Pelayat yang bukan keluarga inti juga tampak bubar jalan.


"Dina belum sempat minta maaf, Teh!" tutur Dina sambil jalan.


"Emang kamu salah apa?" tanya Isyana lupa kalau dulu Dina ngomel'- ngomel.


"Ya Dina udah suudzon, ternyata Bu Tiara sangat dermawan. Abis ini pendapatan kita pasti turun lagi," gumam Dina masih sempat mikirin saweran ngamen.


"Haissh!" desis Isyana pukul tangan Dina. "Bisa- bisanya mikirj saweran. Rejeki itu udah diatur Din. Nggak usah khawatir!"


"Dina putus asa mau sekolah lagi Teh. Kalau nggak ada Nyonya Tiara pendapatan kita pasti biasa aja. Nggak cukup. Udah tabunhan Dina buat lahiran dhedhek bayi aja!" tutut Dina mengelus perut Isyana.


"Enggak kakak. Aku nanti punya rejeki sendiri! Kakak tenang aja!" jawab Isyana lagi bersuara menirukan anak kecil.


"Nggak apa-apa!" jawab Dina lagi.


Mereka berjalan sambil bercanda sampai tanpa sengaja Dina menabrak sesama pelayat yang berjalan di depan mereka. Dan orang itu hampir terjatuh tapi segera ditolong Isyana.


"Auh. Kalau jalan liat- liat dong!" omel orang itu menoleh.


"Dheg!" Isyana langsung terdiam melihat wajah itu.


"Kamu!" pekik Mika.


Isyana pun langsung menoleh ke Pria berkacamata di sampingnya. Ayah si bayi ada di depanya. Tatapan Lana pun langsung tertuju pada perut Isyana. Kebetulan Isyana belum ganti.


Sementara Dina bengong melihat Isyana tampak terkejut. Dina langsung ingat wajah Mika.


"Maaf!" ucap Isyana cepat.


"Eh kalian tamu songong yang semalam ada di depan pendopo kan?" tanya Dina.


Mika kemudian bersedekap sombong.


"Hooh! Ngapain kalian di sini? Tunggu- Tunggu, nggak mungkin kan pengamen jalanan kenal dengan Istri Tuan Binar?" ejek Mika lagi


"Kenapa tidak? Bu Tiara tamu tetap kami dan yang pasti tidak songong kaya kamu!" omel Dina.


"Dinaa...," tegur Isyana mencegah Dina berantem.


"Maaf, Nyonya Riri Mika Haliza Hanggara. Saya tidak punya waktu ribut dan bertengkar, permisi saya harus segera pulang!" tutur Isyana berusaha menghindar.


Mika tersenyum kecut, lalu kakinya sengaja mau membuat Isyana tersandung dan hampir jatuh. Tapi saat Isyana limbung, Lana justru menangkap dan menolong Isyana.


Mika pun langsung melotot melihatnya. Sementara Dina mendekat tidak terima.


"Mika apa yang kamu lakukan?" pekik Lana.


Isyana langsung berusaha berdiri tegak dan melepas tangan Lana. Isyana sangat tidak nyaman bersentuhan lagi dengan mantan suaminya yanh sudah beristrikan orang lain.


"Kamu baik- baik saja?" tanya Lana berbisik.


"Ehm... terima kasih, lepaskan!" jawab Isyana ketus.


"Heh... Nenek lampir sombong. Jahat banget sih. Nggak lihat Teh Isya lagi hamil!" omel Dina.


"Wooo??" Mika dan Lana langsung terperanjat mendengarnya.


"Dia? Hamil?" pekik Mika.


Lana pun langsung melotot menatap Isyana. Isyana langsung menunduk.


"Tidak lihat perutnya membesar?" jawab Dina mendekat ke Isyana. Baju Isyana memang besar, jadi kalau tidak jeli Isyana seperti gendut saja.


"Kamu hamil anak siapa Isya? Abis ini jangan ngaku- ngaku anak suamiku ya!" ucap Mika pedas.


"Mika!" pekik Lana menegur.


Isyana semakin geram mendengarnya.


"Sayang. Kamu mau simpati dan berharap sama dia kalau itu anakmu? Itu pasti anak tukang sayur itu. Atau mungkin yang lain. Secara dia kan pengamen jalanan!" ejek Mika.


"Plak!" Isyana yang tidak tahan langsung menampat Mika.


Dina terbengong dan melotot saat mendengar kata Mika. Siapa mereka berdua? Dan apanya teteh angkatnya itu?


Lana juga ikut kaget. Lana tidak membela Mika tapi langsung tanya Isyana.


"Katakan, anak siapa yang sedang kamu kandung?" tannya Lana.


"Apa itu anakku?" lanjut Lana lagi.


Bersambung lanjut ke bab 83


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 82"