Istri yang terabaikan Bab 78

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


78. Mommy Tidak Sakit Lagi


Begitu bel berbunyi, perawat sigap datang bersama dokter. Isyana pun mendekap erat Putri menyingkir mempersilahkan perawat melakukan tugasnya.


"Mommy kenapa Tante? Kenapa mereka pada datang? Apa yang mereka lakukan terhadap Mommy?" tanya Putri takut dan terus melihat para perawat.


Tuan Aksa tak menghiraukan Putri dan fokus mendampingi Nyonya Tiara. Sandaran untuk Putri pun hanya Isyana.


"Mereka sedang menolong Mommy Sayang," ucap Isyana


"Tapi Mommy kan sedang tidur? Mereka sedang apa?" tanya Putri terus bertanya.


Sebenarnya Putri juga merasakan firasat tidak enak karena sejak pagi Putri juga tantrum. Sudah begitu ayahnya selalu murung dan tak begitu menghiraukan Putri. Tuan Aksa menitipkan Putri pada Mbak Nik yang tak pandai merayu.


Barulah setelah Bu Dini datang Bu Dini inisiatif memanggil Isyana.


Semua pun mengintip dari kaca terhadap apa yang dilakukan perawat. Semua tegang dan semua berdoa memohon yang terbaik.


Hingga beberapa waktu angka- angka di layar monitor naik turun drastis. Saat perswat melakukan tindakan sedikit naik, tapi saat berhenti seketika anjlog dan hilang angkanya.


Sampai di titik, dokter dan perawat berhenti. Lalu memasang alat dan memastikan dengan cetakan kertas ekg. Ternyata kertas itu memang sudah bergaris lurus.


"Innalillahi wa Inna ilaihi roji'un!" gumam Bu Dini lirih di dekat Isyana, Isyana mendengarnya dan tangisnya pecah meski hanya terisak.


"Jum'at 06-06- 2022, pukul 00.06 menit, Nyonya Tiara Priangga dinyatakan meninggal," ucap salah satu dokter ke hadapan Tuan Aksa, satu- satunya keluarga yang ada di dalam.


Tuan Aksa diam tak bisa berkata apapun dan seketika itu lututnya seperti lepas tulangnya. Tuan Aksa langsung terduduk membisu. Isyana dan Putri yang ada di balik kaca melihatnya dengan jelas.


Lalu para perawat melepas alat-alat yang terpasang.


"Tante... Mommy kenapa? Kenapa Mommy dan Oma menangis? Kenapa semua menangis. Kenapa Kakak dokter tutup wajah Mommy?" tanya Putri dengan polosnya.


Isyana semakin terisak dan mengeratkan pelukanya. Bu Dini juga memeluk Putri dan membelai rambutnya. Tuan Priangga memilih masuk memberikan dukungan pada Putranya.


Dina terbengong, seperti ada pukulan dan pelajaran besar untuk Dina. Dina jadi mengerti arti sebuah kesempatan. Dina jadi mengerti betapa pentingnya kita belajar menghargai waktu, hati ucapan dam pikiran.


Dina menyesal telah banyak berburuk sangka pada Nyonya Tiara. Setelah dia kira buruk Nyonya Tiara ternyata sangat baik. Saat Dina ingin minta maaf dan balas budi,kesempatan itu pergi untuk selamanya.


"Hughss... hughs....," Dina pun ikut menangis bahkan tangisnya Dina paling terdengar.


"Mommy kenapa, tante?" tanya Putri lagi


Isyana kemudian mengajak Putri duduk


"Putri Tahu, Mommy Putri sedang sakit dan selama ini menanggung sakit?" tanya Isyana pelan.


"Tau Tante. Putli seling lihat Mommy kelual dalah. Rambut Mommy juga lepas banyak sekali. Kepala Mommy sekarang tidak ada," tutur Putri sedih, ternyata, anak sekecil Putri harus sudah menyaksikan ibunya kesakitan.


Isyana semakin teriris mendengarnya. Meski matanya masih basah dan sembab, Isyana me coba tersenyum ke Putri dan membelai rambutnya.


"Sayang, dengar tante ya. Orang sakit ada dua pilihan, agar tidak sakit lagi. 1. Sembuh dan mengusir sakit itu. 2. berdamai dengan sakit lalu Tuhan yang memeluk sakit itu dan membawanya pergi agar tak sakit lagi!" tutur Isyana mencoba memberi pengertian, memang sulit merangkai ke sana. Tapi Isyana harus kasih tahu Putri, kalau kondisi seperti Nyonya Tiara mungkin pulang dalam pelukan Tuhan lebih baik daripada bertahan dengan kesakitan.


"Apa maksudnya Tante?"


"Mommy mu sudah berjuang hebat untuk usir sakitnya itu.Tapi... Mommy Putri sangat baik, sampai- sampai, Mommy Putri yang memilih pergi, agar tidak sakit lagi. Momy Putri tinggalkan raga Mommy yang direbut penyakitnya. Mommy Putri lebih memilih pergi dan pulang,"


"Pulang kemana?"


"Ke surga, Sayang!"


"Apa itu artinya Mommy meninggal?" tanya Putri sambil mewek dan sekarang mulai mengerti.


Isyana mulai tidak sanggup lagi dan mendekap Putri.


"Mommy tidur dan tidak akan bangun lagi?" tanya Putri dalam isaknya.


"Sabar Sayang. Mommymu sudah pulang ke surga Nak!"


"Mommy tinggalin Putri? Hu... hu....," isak Putri lagi.


"No... Mommy Putri masih ada dan selalu ada. Hanya saja Mommy sudah tidak tempati raganya karena penyakit yang jahat itu. Mommy Putri akan selalu ada di hati Putri dan temani Putri," ucap Isyana merayu.


"Hiks hiks...," Putri tidak menjawab dan menenggelamkan wajahnya ke pelukan Isyana.


Isyana pun membelai Putri dan menenangkanya.


"Putri, dengar Tante, Mommy Putri lihat lhoh Putro nangis. Kalau Putri sayang Mommy, Putri harus kuat. Ingat Sayang.Mommy sekarang udah nggak sakit lagi, Mommy sekarang berkumpul bersama malaikat di surga. Jadi Putri harus doain Mommy dan tersenyum ya!" rayu Isyana menenangkan Putri.


"Jadi Mommy tidak sakit lagi?"


"Iya kan sudah di surga!" jawab Isyana.

Putri pun terdiam tidak berkata- kata lagi. Isyana tersenyum membelai Putri dan membiarkan Putri bersandar di dadanya.


Tuan Aksa terlihat bersama perawat melakukan serangkain prosedur perawatan jenazah didampingi Tuan Priangga dan Bu Dini.


"Nak Isyana, titip Putri ya. Kamu bersama Mbak Nik dan Dina tunggu di depan. Nanti Ibu nyusul. Kita pulang duluan dan siapkan upacara di rumah!" tutur Bu Dini meminta Isyana mengurus Putri dan menunggu di loby rumah sakit.


"Iya, Nyonya!" jawab Isyana mengangguk.


"Tunggu sebentar, ada yang harus diurus," ucap Bu Dini.


"Maaf Nyonya, sebelum pulang, bolehkah Saya, Dina dan Mbak Nik lihat Nyonya Tiara dulu?" pamit Isyana.


Sebelum pergi, Isyana mengajak Putri dan Dina melihat Bu Tiara sebelum dimandikan, dan bereskan oleh tim perawat. Isyana tahu jika di rumah duka nanti akan banyak orang.


"Boleh silahkan. Buruan sana sebelum dibawa ke ruang khusus!" ucap Bu Dini membolehkan.


Tuan Aksa kebetulan sedang berbincang jadi Isyana lebih leluasa masuk. Karena baru beberapa saat, jadi Bu Tiara belum dipindah.


Mereka berempat pun mendekat.


"Mommy...," panggil Putri lagi.


"Mommy Putri cantik kan? Liat tidur Momny tampak sangat tenang. Itu artinya Mommya sudah bahagia," bisik Isyana lagi ingin membuat Putri bisa ikhlas dan kuat ditinggal Mommynya.


"Iya Tante!"


"Kiss Mommy dulu, Sayang!" ucap Isyana ke Putri.


Putri pun mendekat, Isyana mengajari Putri mencium kening ibunya, pipinya dan tanganya.


"Mommy, I Love you. Mommy janji ya...Mommy tidak sakit lagi di surga!" ucap Putri Pintar.


"Mommy bahagia di surga karena dipeluk dan disayang Alloh dan banyak malaikat,Sayang. Putri jangan khawatir ya. Ayok pulang, kita tunggu Mommy di rumah, ya!" bisik Isyana ke Putri.


Putri mengangguk. Isyana mengulurkan tanganya menggendong Putri.


"Bye Mommy!" ucap Putri.


Bersama Mbak Nik dan Dina, Isyana menggendong Putri.


Saat Isyana berbalik, ternyata Tuan Aksa berdiri di belakangnya dan mereka kini berhadapan.


"Daddy!" panggil Putri ke Daddynya.


"Daddy kan sudah bilang. Jangan minta gendong Tante Isyana. Ada adik bayi di perut. Putri pintar ya. Jalan sendiri!" ucap Tuan Aksa ternyata masih sempat peduli pada Isyana.


"Tidak apa- apa, Tuan!" jawab Isyana. Sehingga Tuan Aksa terdiam.


"Maaf Dad!" ucap Putri.


"Ini sudah larur malam. Kalian pulanglah dulu. Putri,anak Dady yang pintar,jdi anak baik ya!" ucap Tuan Aksa membelai rambut Putri.


"Ya Dad!" jawab Putri.


Isyana pun membawa Putri keluar ditemani Mbak Nik dan Dina. Mereka diantar sopir dan Bu Dini. Mereka pulang duluan dengan mobil pribadi. Tuan Aksa dan Tuan Priangga yang ikut mengurus Bu Tiara.


Sampai rumah Isyana fokus mengurus Putri,menemani tidur dan menangkanya.Para pelayat berdatangan. Sehingga Tuan Aksa dan Bu Dini sibuk di luar.


*****


"Innalillahi wa inna ilaiho roji'un," ucap Nyonya Wira terbangun mendengar ponselnya berbunyi tengah malam


"Pah... bangun Pah!" Nyonya Wira membangunkan suaminya.


"Ada apa?"


"Menantu Bu Dini meninggal,"


"Innalillahi!"


"Ayok kita takziah!"


"Ini dinihari. Kita berangkat besok saja!"


Bersambung lanjut ke bab 79


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 78"