Istri yang terabaikan Bab 77

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


77. Momy sedang tidur


Ditemani Dina Isyana ikut mobil yang menjemputnya. Jingga percaya orang yang menjemputnya orang baik. Sebab sudah jelaskan permasalahanya. Orang- orang di mobil juga menunjukan identitasnya.


"Dina takut, Teh!" ucap Dina.


"Takut kenapa?"


"Kalau ke sini, Dina ingat orang tua Dina," ucap Dina seketika memegang tangan Isyana kencang.


Bahkan Dina yang suka marah- marah seketika keringetan dan pucat. Mereka memasuki area rumah sakit.


Isyana pun menggenggam tangan Dina. Ternyata Dina trauma rumah sakit, semua ingatan buruk tentang orang tua Dina datang.


"Dengerin Teteh," ucap Isyana meminta Dina berhenti.


"Berdamailah dengan masalalu, setiap orang akan pulang dengan takdirnya sendiri, kamu nggak bisa hindari rumah sakit,kelak kamu juga butuh ke sini! Jadi, ayo hadapi! Hummm?" ucap Isyana ke Dina.


"Hhhh...," Dina memejamkan matanya dan mengusir bayangan tentang orang tuanya.


"Ayo.. ada teteh di sini!" ucap Isyana lagi


Mereka kemudian berjalan mengikuti arahan beberapa orang berbaju hitam. Mereka masuk ke lift rumah sakit menuju ke sebuah ruang. Tidak lama suara lift berbunyi, dan pintu terbuka.


Mereka sampai di ruang yang dituju, ruang VVIP di lantai 4 sebuah rumah sakit berdinding kaca tebal dengan view hijaunya kota B.


Di pojok ruangan ada sofa yang di dekatnya terdapat pot tanaman indor cantik. Di atas sofa berbaring seorang gadis kecil yang Isyana kenal sedang memeluk boneka. Dia ditemani suster.


"Silahkan Nona!" tutur pengawal yang jemput Isyana.


"Ya! Terima kasih!"


Isyana kemudian masuk, di ruangan lain masih satu tempat dengan Putri berbaring terdapat bed pasien dengan berdiri bed set monitor dan alat- alat lain.


Di samping bed itu tampak duduk bersandar 3 orang yang Isyana kenal. Tuan Aksa, Tuan Priangga dan Bu Dini.


"Malam, Mbak Nik," sapa Isyana ke Mbak Nik, suster Putri.


"Eh Non Isyana!" sapa Mbak Nik menegakan duduknya menyadari Isyana datang.


Dina mengangguk begitu juga Mbak Nik.


"Duduk, dulu. Non!" ucap Mbak Nik


"Iyah... apa yang terjadi?" tanya Isyana duduk lalu menatap Putri dengan tatapan kasian dan memegang kakinya.


"Nyonya keadaanya menurun, Non. Sudah tidak sadarkan diri!" ucap Mbak Nik.


"Astaghfirulloh... berarti udah nggak bisa diajak komunikasi?" tanya Isyana berbisik sambil melirik ke ruangan dibalik kaca.


"Tunggu di sini ya..., tadi Bu Dini udah nanyain Non Isyana!" ucap Mbak Nik.


"Oke!" jawab Isyana mengangguk.


Isyana kemudian duduk bersama Mbak Nik dan menemai Putri. Pengawal hanya bilang ke Isyana, Bu Dini yang mengutus mereka jemput Isyana.


Kuliah Isyana kan dibiayai Bu Dini, itu sebabnya Isyana patuh dan nurut. Isyana tidak menyangka termyata merrka dibawa ke rumah sakit karena Nyonya Ara dalam keadaan kritis.


Dina yang suka mencibir Bu Ara mendadak merasa bersalah, tatapan Dina juga selalu tertuju pda ruang kaca itu.


"Nyonya Tiara orang baik... aku belum sempat minta maaf, tolong selamatkan dia?" batin Dina memilin jarinya.


Sementara Isyana pandanganya tertuju pada Putri.


Seketika air mata Isyana menetes.


Isyana teringat masa kecilnya, ayah dan ibunya sangat menyayanginya. Neneknya juga. Tapi Isyana harus kehilangan ibunya di usianya yang masih butuh Ibu.


Sejak saat itu ayah yang Isyana cintai berubah,apalagi setelah menikah lagi. Isyana memang masih punya nenek, akan tetapi nenek dengan ayah dan ibu tetaplah beda. Isyana tahu bagaimana rasanya.


Apalagi jika Tuan Aksa sampai salah memilih istri. Orang luar hanya tau mereka memiliki orang tua lengkap, tapi si anak tiri sesungguhnya merasakan kesepian yang amat dalam dan sakit yang tak terkira.


Sakit saat tahu ayahnya masih ada tapi tak menghiraukanya dan lebih memilih ibu tiri dan kakak tiri. Sakit saat semua orang memuji ibu tiri tapi ternyata dia sangat jahat. Sakit saat semua kepunyaan Isyana direbut paksa.


"Bagaimana Putri harus menjalani kehidupanya jika Tuhan mengambil Nyonya Ara? Putri SD saja belum, dia tidak tahu apa- apa?" batin Isyana sambil membelai rambut Putri dan air mata Isyana menetes.


"Nyonya Ara bertahanlah!" batin Isyana berdoa.


Isyana tahu kasih sayang terbesar tetaplah ibu.


"Nak Isya?" panggil Bu Dini lembut keluar ruangan dan melepas pakaian jenguk.


Isyana segera menyeka air matanya yang menetes. Lalu bangun dari duduknya dan membungkukan badan menyapa Bu Dini.


"Selamat Malam, Nyonya!" sapa Isyana.


"Malam...hiks!" jawab Bu Dini pelan kemudian terisak. Bu Dini terlihat sangat sedih. Bu Dini mendekat ke Isyana dan memeluknya.


"Maafkan semua kesalahan Tiara, Nak Isya. Doalan jalanya mudah dan tenang ya!" isak Bu Dini meneteskan air mata.


"Nyonya Tiara baik- baik saja kan? Kenapa Bu Dini bilang begitu?" tanya Isyana.


"Masuklah, Nak. Terakhir sebelum dia koma, dia sempat menyebut namamu. Mungkin dia ingin bertemu denganmu. Masuklah!" tutur Bu Dini dengan lembut.


"Menyebut nama saya?" tanya Isyana tidak menyangka.


Bu Dini mengangguk, kemudian menoleh ke Dina.


"Apa dia yang bernama Dina?" tanya Bu Dini.


"Iya Benar, Nyonya! Saya adik Teh Isyana!" sapa Dina memperkenalkan diri.


Bu Dini memperhatikan Dina kemudian tersenyum.


"Omaa...," Putri mengerjapkan matanya mendengar orang berbincang.


Isyana dan Bu Dini kemudian menoleh.

"Sayang... kamu bangun Nak?" tanya Bu Dini..


Putri menggeliat dan membuka matanya.


"Tante Bungaa?" pekik Putri sambil mengucek matanya.


Isyana tersenyum lagi, setiap melihat Putri,Isyana jadi berkaca-kaca dan menahan sakit. Melihat Putri membuat Isyana mengingat masa kecilnya.


"Hai Sayang. Kenapa bangun? Ini sudah sangat malam. Tante berisik ya? Maaf ya! Tidur lagi ya!" tutur Isyana lembut.


Putri meregangkan tanganya malah bangun


"Aku ingin lihat Mommy!" ucap Putri.


Isyana menoleh ke Bu Dini. Bu Dini tersenyum mengangguk.


"Masuklah bersama Putri!" tutur Bu Dini meminta.


Isyana mengangguk. Lalu menatap Putri.


"Tante juga ingin bertemu, Mommy, bareng yuk!" ajak Isyana mengulurkan tanganya.


"Ayok!"


Isyana kemudian menggendong Putri masuk. Rupanya pihak rumah sakit sudah menyerah. Mereka hanya mengupayakan mempertahankan kehidpan Bu Tiara dari alat, akan tetapi untuk kesembuhanya hanya keajaiban. Sayangnya tanda- tanda vital Bu Tiara semakin menurun.


Itu sebabnya keluarga diperbolehkan menunggu. Bu Tiara juga dirawat di ruang terpisah.


Isyana pun mengganti pakaianya dengan pakaian steril bersama Putri. Terdengar Tuan Priangga sedang mengaji, menemani menantunya agar dekat dengan Alloh.


Sementara Tuan Aksa duduk terus memegangi tangan istrinya berharap ada keajaiban. Tuan Aksa terlihat sangat murung, seperti memendam luka dan penyesalan.


Isyana dan Putri masih berdiri di dekat pintu.


"Shodaqowlohul'adziim..," ternyata Tuan Priangga sudah selesai.


Menyadari kedatangan Isyana Tuan Priangga mengangguk hormat dan memberikan kursinya ke Isyana. Tuan Aksa ikut menoleh.Tuan Priangga memilih keluar ruangan.


"Silahkan. Dia mencarimu!" ucap Tuan Aksa pelan, kali ini Tuan Aksa tidak marah.


Tuan Aka malah berdiri membiarkan Isyana duduk dan Tuan Aksa berdiri.


"Mommy!" panggil Putri dalam gendongan Isyana, tanganya menggantung lengket tanpa canggung.


Meski sedang hamil, Isyana pun berusaha memberikan tempat yang nyaman untuk Putri.


Rupanya Tuan Aksa peka.


"Sayang...di perut Tantemu ada adik Baby. Turun jalan sendiri. Kasian adik Babynya!" tutur Tuan Aksa pelan.


Tuan Aksa yang sudah limbung lelah dan pening hanya bisa menatap putrinya lesu, lalu mengusap kepala Putri.


"Iya Dad.. Maafkan Putli!" ucap Putri minta diturunkan.


"Tidak apa- apa Tuan. Putri tidak berat kok!" jawab Isyana.


Tapi Tuan Aksa tak merespon. Malah mengelus kepala Putri yang sudah turun.


"Doa untuk Mommy ya Nak!" ucap Tuan Aksa.


Putri mengangguk bingung dan menatap Mommynya.


Isyana dan Putri duduk di dekat Bu Tiara.


"Mommy... ini Putri... kenapa Mommy tidak lihat dan dengar?"


"Mommy... apa Mommy sakit sekali? Atau Mommy sedang tidul?" tanya Putri polos melihat ibunya terbaring lemah tak bisa bergerak lagi.


Isyana kemudian mengelus rambut Putri.


"Mommy dengar semua Nak. Momy sedang tidur agar tak rasa sakit. Alloh sedang ambil sakit Mommy... kita doa Mommy Putri hilang sakitnya ya!" bisik Isyana ke Putri.


"Ya...Ya Alloh, ambil sakit Mommy," ucap Putri mengelus tangan Ibunya.


Isyana pun menatap Bu Tiara dan mengambil tanganya.


"Nyonya Tiara, ini saya. Maafkan saya terlambat datang. Saya tahu anda ingin menceritakan banyak hal kan?" tutur isyana kemudian.


"Lagu apalagi yang Ingin Nyonya ingin dengar?Katakan Nyonya. Tapi bertahanlah untuk Putri!" lanjut Isyana lagi emosionalnya datang.


Akhir - akhir ini, Nyonya Ara memang banyak main ke Isyana.Mendengar Isyana ngamen dan berbagi banyak cerira saat Bu Tiara kuliah dan muda.


Putri yang melihat Isyana menangis jadi tertegun dan menoleh.


"Katanta Mommy sedang tidur.biar tidak.sakit jangan ganggu Mommy Tante! Kenapa Tante malah nangis?" ceplos Putri.


"Iya Sayang. Maaf Tante lupa, tante kangen ngobrol sama Mommymu!"


"Nanti, Tante. Biar Alloh ambil sakitnya Mommy dulu!" ucap Putri lagi.


Isyana semakin tak kuaaa menahan sakit. Lalu menggenggam tangan Bu Tiara. Tak bisa berkata- kata.


Tangan Bu Tiara sangat dingin.


"Anda beruntung Nyonya, mempunyai gadis Pintar seperti Putri, Nyonya jangan sakit lagi. Nyonya harus bahagia," batin Isyana.


Di saat yang bersamaan, tiba- tiba alat- alat berbunyi keras.


Tuan Aksa pun panik dan segera memencet bel perawat.


Bersambung lanjut ke bab 78


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 77"