Istri yang terabaikan Bab 74

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


74. Ini Baru Orang Kaya


"Suatu kehormatan untuk saya dan anak saya, atas permintaan Nyonya menjadikan Putri sebagai kakaknya. Kelak pasti anak saya akan sangat bahagia, Nyonya, tapi mohon maaf saya tidak bisa memenuhi keinginan Nyonya," jawab Isyana tegas tapi pelan setelah berfikir matang.


"Hhhhh....," Nyonya Tiara pun tersenyum getir, bahkan matanya seperti menciut ingin menangis, tapi dia tahan.


Diam- diam, Nyonya Tiara masih berharap suaminya bisa jatuh hati dengan Isyana.


Tapi Nyonya Tiara tahu, membicarakan perkara hati tidak mudah apalagi Isyana punya trauma rumah tangga. Bahkan kenangan dari mantan suami Isyana baru akan tumbuh. Nyonya Tiara pun hanya bisa menggantungkan harapan itu pada Tuhan di sisa hidupnya.


"Saya mengerti!" ucap Bu Tiara singkat.


"Maafkan saya Nyonya!" tutur Isyana lagi.


Isyana tahu pernyataanya itu menyakiti Bu Tiara.


"Kalau seandainya suamiku mengijinkan dan bersedia menerimamu di rumah kami. Apa Nona Isyana tetap akan menolak?" tanya Bu Ara lagi tidak mudah menyerah.


Isyana tersenyum


"Saya akan tetap menolak, Nyonya!" jawab Isyana mantap.


"Kalau boleh tahu kenapa? Ibuku, Putriku, kami sayang terhadapmu Isyana. Kita ingin kamu dan bayimu tumbuh sehat. Sungguh perkara uang bukan masalah untuk kami. Kami sungguh ingin menganggapmu saudara! Di rumah kami banyak pelayan. Kami akan rawat bayimu!" tutur Bu Tiara masih bersikukuh.


Isyana pun tak goyah dan sama halnya, sekali berprinsip tetap akan dipertahankan.


Isyana tersenyum lalu memegang tangan Bu Tiara.


"Nyonya Tiara,Bu Dini, kalian sungguh mulia. Saya sangat bersyukur Alloh temukan saya dengan kalian. Tapi mohon maaf, saya tetap tidak bisa. Saya terima kebaikan Bu Dini membiayai kuliah saya. Tapi untuk hidup saya dan anak saya. Saya bisa urus diri Saya Nyonya," jawab Isyana lagi.


"Kenapa?" tanya Nyonya Tiara.


"Saya nyaman tinggal di rumah ini bersama Nenek Tjutju. Mereka keluarga saya dan saya ingin tetap tinggal di sini dengan mereka. Saya tidak bisa meninggalkan mereka yang menyayangi saya begitu saja. Maaf Nyonya!" tutur Isyana lagi.


Bu Ara pun menelan ludahnya, tidak bisa memaksa lagi. Secara tidak langsung Isyana leboh memilih Nenek Tjutu dan Dina.


"Tapi kami tetap boleh kan mengunjungimu?" tanya Bu Tiara lagi.


"Tentu saja. Kami sangat bahagia jika Bu Tiara sekeluarga berkenan mampir ke tempat saya!" jawab Isyana ramah.


"Oke!" jawab Bu Tiara mengerti.


Bu Tiara menghargai hak dan keputusan Isyana.


Karena sudah malam Isyana pun meminta mereka mengakhiri obrolanya. Mereka kemudian menarik selimut dan bersiap tidur.


****


Esok harinya, Tuan Aksa pun menjemput istrinya sekalian antar Putri sekolah.


Seperti biasa, Tuan Aksa masih tetap dingin terhadap Isyana bahkan enggan melihat.


Entah membenci Isyana atau Tuan Aksa menjaga pandangan dan sangat cinta bu Tiara. Yang Pasti Tuan Aksa dingin dan sangat menjaga jarak dengan orang lain.


Sementara Putri selalu menjadi gadis yang ceria.


"Tante Isyana perutnya semakin besar. Apa itu artinya adik Baby juga semakin tumbuh?" tanya Putri pintar.


"Yah! Dia seperti Putri, setiap hari makan dan tumbuh lebih besar!" jawab Isyana ramah.


"Uwoah, Adik di dalam perut bisa makan juga?" jawab Putri kegirangan dengan polosnya.


"Emem!" jawab Isyana tersenyum mengangguk.


"Bagaimana dia makanya. Apa di dalam perut ada makanan?" tanya Putri polos.


Isyana dan yang lain tersenyum, kecuali Tuan Aksa.


"Dia makan seperti apa yang tante makan. Dia makanya lewat pembuluh darah sayang! Kan makanan yang tante makan juga masuk ke perut." jawab Isyana.


"Oh gitu?" jawab Putri.


"Ya!"


"Aku tidak sabar ingin melihatnya dan bertemu denganya," ucap Putri lagi denga polosnya menyentuh perut Isyana.


"Sama, tante juga!" jawab Isyana.


"Tante makan yang banyak ya... biar adik Babynya juga ikut makan dan tambah besar!" ucap Putri Pintar.


Isyana kemudian mengangguk dan memberikan jempolnya.


"Putri juga. Biar Putri cepat besar dan kalau adik Bayinya sudah besar Putri bisa gendong! Makan yang banyak ya!" tutur Isyana lagi memberika kelingkingnya seakan jadi sahabat Putri yang kasih ikrar sama- sama makan banyak.


"Siap Tante!" jawab Putri


Bu Tiara pun hanya biasa memandang dan mendengarkan keakraban putrinya dengan tatapan sayunya. Bu Tiara bibirnya memang tersenyum. Tapi sungguh jika alam berbicara akan bilang bu Tiara penipu ulung.


Sesungguhnya Bu Tiara sangat sedih dan teriris. Seharusnya obrolan itu terjadi antara dirinya dan Putri bukan orang lain. Seharunya Bu Tiara yang hamil dan kasih adik untuk Putri.

Tapi Bu Tiara tahu, dia tidak akan pernah bisa merasakan itu lagi. Bahkan berapa lama lagi dia bisa melihat senyum buah hatinya tidak ada yang tahu.


Sadar begitu, Bu Tiara meneguhkan hatinya. Kebahagiaan Putri adalah nomor satu, kesempatan melihat Putri tersenyum adalah anugerah. Bu Tiara pun mengafirmasi dirinya untuk bahagia dan selalu tersenyum. Bu Tiara menahan air matanya untuk tidak menangis demi Putrinya.


Tuan Aksa, yang sedari tadi diam ternyata bisa mendengar jerit istrinya. Dia samasekali tak menoleh Isyana atau merespon. Bahkan Tuan Aksa seperti benci keakraban Isyana dan Putri.


"Putri, ngobrolnya sudah. Ayok waktunya sekolah!" ucap Tuan Aksa memotong paksa obrolan hangat Putri dan Isyana.


Isyana pun mengerti dan memberi pengertian pada Putri agar segera pergi ke sekolah.


"Dadah Tante Bunga... dadah Dhedhek bayi, besok Putri main lagi! Tumbuh besar ya!" ucap Putri berpamitan.


"Daah juga Kaka. Sekolah yang pintar ya.!" jawab Isyana menirukan suara bayi melambaikan tangan.


Mereka pun berpisah


*****


Dari dalam ternyata Nenek Tjutju dan Dina memperhatikan. Putri masuk dan sudah ditunggu Dina dan Nenek.


"Kenapa Tuan Ganteng itu terlihat jutek banget sih? Ucap terima kasih saja tidak, padahal istrinya sudah merepotkan kita!" celetuk Dina mencibir.


Dina benar-benar benci Bu Tiara dan Tuan Aksa.


"Dina!" pekik Nenek.


"Ya Dina benar kan? Kasih oleh- oleh pun tidak. Kan harusnya dia bawakan kita makanan enak sebagai ganti makanan istrinya inap di sini. Orang kaya apaan mereka?" cibir Dina lagi.


"Astaghfirulloh. Dinaa! Orang Bu Tiara hanya menginap!" omel Nenek lagi kali ini sambil menjewer telinga Dina.


"Maafkan ya, Insya Alloh mereka tidak akan merepotkan lagi," tutur Isyana merasa tidak enak.


"Nggak nggak! Aku bercanda Teh. Udah nenek jangan jewer Dina lagi!" ucap Dina menghemlaskan tangan nenek.


"Ya udah, Neng Isyana mau kuliah kan? Kita juga ayo ke pasar. Sudah jangan bahas Bu Tiara lagi.Ilang nanti pahala nenek gara- gara kamu menggerutu terus!" ucap Nenek mengakhiri obrolan.


"Iya ya!" jawab Dina.


Sementara Isyana hanya tersenyum. Merka pun ambil peran masing-masing.


Kehidupan pun berjalan sebagaimana mestinya. Isyana kembali melanjutkan kuliahnya di tengah kehamilanya. Dina dan Nenek tetap lanjut bekerja sebagai penjual gorengan.


Bu Tiara pun melanjutkan pengobatan di daerah setempat.


Akan tetapi Bu Tiara tidak menyerah mendekatkan suaminya dan Isyana. Setiap malam Bu Tiara meminta Tuan Aksa mengantarnya ke perempatan trotoar kampus Isyana untuk sekedar mendengar Isyana ngamen.


Bu Tiara jadi penyawer tertinggi dan untuk Isyana setiap malamnya. Penggemat Isyana juga tambah banyak. Hal itu membuat Dina yang mata duitan lamban laun mulai senang terhadap Bu Tiara.


"Waah gini nih kalau jadi orang kaya jangan pelit! Ini baru orang kaya beneran!" celetuk Dina pas menghitung uanh saweranya Isyana.


"Pletak!" Nenek pun memukul Dina.


"Nenek!" pekik Dina.


"Dibilangin, jadi orang jangan suka mencela orang lain. Bersyukur. Contoh teh Isya. Tuhan yang kasig kita rejeki. Dia orang baik kok dari awal. Kamunya aja yang nggak baik!" ucap nenek tak bosan memarahi Dina.


Isyana hanya selalu tertawa melihatnya. Isyana bisa mengerti Dina kan anak baru lulus SMP dan hidup di jalanan jadi jalan pikiranya memang tidak sebijak dia.


Isyana yakin jika Dina sekolah pola pikirnya akan berubah.


"Alhamdulillah setiap hari saweranya tambah banyak. Kita dapat 1.254.000 malam ini!" ucap Isyana memberitahu jumlahnya.


"Wuaaah" sahut Dina senang.


"Ini pasti rejeki jabang bayi!" sahut nenek.


"Rejeki Dina dan Nenek juga. Nek!" tutut Isyana, lalu Isyana membagi hasil saweranya itu.


"Isya ambil 500 aja. Ini sisanya untuk nenek dan Dina! Simpan ya!" tutur Isyana baik.


"Kok gitu? Nggak! Nenek kan dapat uang dari jualan juga. Kamu yang serak nyanyi Kok! Ini hak tteh" jawab Dina kali ini bijak.


Isyana kemudian tersenyum.


"Kumpulkan untuk cita- cita kamu, Dina. Simpanlah uang ini. Kamu ingin lanjut SMA kan? Kamu nggak mau jadi pedangan gorengan terus kaan?" tutur Isyana lembut.


Dina pun terdiam, lalu bibirnya mulai meleyot- meleyot. Ternyata Isyana benar-benar memikirkan dan ingin mewujudkan keinginan Dina.


"Makasih Teh!" ucap Dina lalu memeluk Isyana.


Nenek pun ikut terdiam.


Bersambung Lanjut ke bab 75


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 74"