Istri yang terabaikan Bab 73

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


73. Isyana kaget.


"Bersihkan, cepat- cepat!" tutur Nenek Tjutju ke Dina.


Bu Tiara sedang dalam perjalanan dengan kursi roda didorong suster dan Isyana. Nek Tjutju tau ada orang teman Isyana mau menginap langsung heboh merapihkan.


Apalagi yang dia lihat Bu Tiara sakit, karena di kalinya tertempel selang pipis. Di lenganya juga ada selang yang terhubung ke pembuluh darah, entahlah hanya suster yang tahu. Bu Tiara juga didorong dengan kursi roda.


"Mereka siapa sih, Nek? Ngrepotin aja!" jawab Dina.


"Ssssshhhh!" Nek Tjutju langsung membekap mulut Dina yang asal cemplong.


"Kamu nggak boleh gitu. Kata orang tua jaman dulu. Saat rumah kita dikunjungi tamu, itu artinta ada malaikat yang ikut doain kita. Kita harus perlakukan tamu kita dengan baik. Siapa tahu bawa berkah!" ucap nenek menasehati Dina.


Akan tetapi Dina yang anak generasi micin tetap saja hanya mencibir.


"Aku kira setelah rumah kita tidak dijadikan tempat kontrakan hidupku damai. Tetap aja nenek gitu nggak berubah! Kalau tamunya bawa rejeki kaya Teh Isyana nggak apa- apa. Tapi kan ini penyakitan, Nek. Bikin ribet!" cibir Dina lagi.


"Dinaa!" bentak Nenek.


"Iya iya ini Dina rapihkan!" jawab Dina dengan malas, mencibir tapi tetap melakukan.


Agar tidak susah, Dina membersiapkan di ruang tamu. Dina menurunkan kasur spring bed tanpa dipan. Sementara Nenek langsung ke belakang menyalakan kompor untuk merebus air panas.


Setelah rapih, Dina langsung masuk ke kamar masih dengan mulut mengkerucut ke depan. Akan tetapi belum sempat merebahkan badan pintu depan sudah diketok.


"Tuh pasti orang penyakitan itu," cibir Dina


Dina tahu nenek di belakang, Dina pun yang membukakan pintu.


"Silahkan masuk!" sapa Dina.


"Terima kasih.. ya. Maaf merepotkan! Boleh kan malam ini aku tidur di sini?" tutur Bu Tiara lembut.


"Silahkan! Tapi Maaf tempat kami sempit dan seadanya!" tutur Dina lagi.


Meski di belakang ngegerundel tapi di depan Dina tak bisa berkutik.


Nenek mematikan kompornya dan segera menyambut tamunya.


"Sudah sampai rupanya, mari mari silahkan masuk. Semoga nyaman ya! Beginilah rumah nenej, tua!" tutur Nek Tjujtju sangat ramah.


"Nyaman sekali Nek. Saya suka tempatnya. Dingin. Maaf ya, saya ganggu. Saya ingin melepas rindu dengan Neng Isyana!" tutur Bu Tiara ramah.


"Oh ya ya. Nggak apa- apa. Tapi tidurnya di depan tivi begini nggak apa- apa ya!"


"Nggak apa- apa Bu!" jawab bu Tiara lagi.


"Neng. Ayo ikut nenek. Buat minum untuk temanmu!" tutur Nenek ke Isyana.


"Nyonya... silahlan duduk. Saya tinggal ke belakang dulu!" tutur Isyana pamit.


Bu Tiara mengangguk, lalu suster menata tempat untuk nyonta Tiara tidur. Depan tivi di desain bisa untuk tidur 3 orang. Suster, Bu Tiara dan Isyana.


"Apa begini sudah nyaman Nyonya?" tanya suster.


"Sudah, aku baik- baik saja kok. Malam ini aku merasa sangat sehat!" tutur Bu Tiara tersenyum


"Tapi injeksi malam akan tetap masuk Nyonya, boleh saya masukan obatnya sekarang?"


"Boleh,"


Suster pun memberikan injeksi rutin untuk mengurangi rasa sakit dan keluhan Bu Tiara.


"Maaf Nyonya, saya ingatkan, meski anda merasa baik- baik saja. Anda tetap harus tidur tepat waktu," tutur perawat mengingatkan.


Bu Tiara mengangguk tersenyum.


"Kamu tidak usah khawatir. Jika kamu ingin tidur, tidurlah!" jawab Bu Tiara malah balik menyuruh suster tidur.


Suster pun hanya mengangguk, karena tidak ada pekerjaan suster kan gabut sendiri lama- lama suster bersandar di salah satu saka rumah nenek.


Rumah Nenek adalah rumah kecil bentukan jaman dulu. Tidak indah tapi asri karena dinding- dindingnya dari kayu terbaik pada jamanya. Nyaman untuk istirahat. Bu Tiara sangat suka tempat itu.


****


Di dapur


"Dia temanmu waktu dimana, Neng? Temen kuliah atau temen SMA?" tanya nenek sembari membuat minuman.


"Dia temen Isyana sama seperti nenek dan Dina. Isyana kenal di kota ini. Belum lama baru beberapa bulan!" jawab Isyana berbisik.


"Benarkah?" tanya nenek kaget, nenek kira teman kecil Isyana.


"Iya, Nyonya Tiara sakit, keluarganya ingin menuruti semua keinginanya. Ibu cantik tadi mertuanya. Isyana juga dheg- dhegan ada apa ya? Kok mau ketemu Isyana!" tutur Isyana memberi bocoran.


"Oh... begitu. Pantes kamu memanggilnya Nyonya. Masa teman dekat panggilnya Nyonya, mungkin karena kamu baik juga. Nggak apa- apa tolong saja!" bisik nenek lagi.


"Dia orang yang sangat baik Nek. Saya sungkan terhadapnya. Isyana minta maaf ya nek, kalau Isyana merepotkan Nenek terus!" tutur Isyana tidak nyaman juga ditamui orang sakit.

"Tidak apa- apa. Menolong orang apalagi sedang sakit, Insya Alloh pahalanya besar. Nenek senang kok."


"Makasih Nek!"


"Ya sudah ini bawa ke depan ya!" tutur Nenek memgakhiri obrolan bisik- bisiknya.


Nenek buatkan Bu Tiara minuman jahe dan gula merah dicampur dengan olahan tepung. Segar sekali.


Isyana pun menyajikanya, suster terlihat sudah tidur. Bu Tiara terlihat sedang menanyai Dina. Setelah Isyana datang Dina pamit tidur.


Nenek pun menyapa sebentar lalu pamit tidur juga. Kini tinggal Bu Tiara dan Isyana yang terlihat menyeruput minuman jahe itu.


Suasana menjadi hening. Isyana sebenarnya juga gemetaran takut Bu Tiara kenapa-kenapa. Bingung juga mau apa? Apalagi kan suaminya tidak menyukainya.


"Suatu kehormatan, Nyonya Tiara mengunjungi saya. Maaf saya masih numpang di rumah orang!" tutur Isyana berbosa basi memulai pembicaraan.


"Aku bahagia mendengar kehamilanmu, Isyana!" tutur Bu Tiara menjawab.


"Terima kasih, Nyonya!" jawab Isyana.


"Sudah berapa bulan?"


"Jalan lima bulan, Nyonya!"


"Aku ke sini, mau minta maaf atas nama suamiku ya!" tutur Bu Tiara lagi dengan nada serius dan menatap Isyana dalam.


Dheg.


Isyana mendadak diam dan meletakan cangkirnya. Kenapa Bu Tiara harus minta maaf.


"Untuk apa minta maaf, Nyonya. Tuan Binar Aksa Priangga tidak melakukan kesalahan apapun! Anda tidak perlu meminta maaf," jawab Isyana.


"Ku dengar kamu meninggalkan rumahku karena perkataan suamiku?" jawab Bu Tiara lagi.


"Tapi yang dikatakan Tuan Aksa benar. Saya tidak seharusnya tinggal di rumah Nyonya apalagi di saat Nyonya tidak ada. Apalagi saat hamil tanpa suami di sisi saya. Tuan Aksa, Bu Dini sudah banyak membantu saya. Saya tidak ingin membuat masalah di rumah Anda, Nyonya!" jawab Isyana.


"Kenapa kamu berfikir kamu akan membuat masalah jika tinggal? Ibuku menyukaimu, putriku juga menyukaimu," ucap Bu Tiara lagi.


"Dheg!" Isyana mendadak mati kutu.


Apa mau Bu Tiara sebenarnya sudah jelas- jelas suaminya tidak suka keberadaanya.


"Tapi Tuan Aksa tidak menyukai saya!" jawab Isyana asal.


"Kenapa kamu berfikir begitu? Menurutmu apa yang membuat suamiku tidak menyukaimu?" tanya Bu Tiara lagi.


Isyana tambah gelagapan. Padahal Bu Tiara kan sudah tahu ceritanya. Pertanyaan Bu Tiara aneh.


Melihat Isyana gelagapan Bu Tiara malah tersenyum.


"Sudah tidak usah dipikirkan pertanyaanku. Aku dengar kamu sudah mulai kuliah ya?" tutur Bu Tiara lagi tidak memberi kesempatan Isyana menjawab.


"Iya Nyonya!" jawab Isyana dingin.


"Pasti akan merepotkan jika anakmu nanti lahir!" ucap Bu Tiara lagi.


"Saya akan merawatnya dengan baik!" jawab Isyana merasa mampu merawat anak sambil kuliah.


Bu Tiara tersenyum lagi.


"Kamu yakin bisa?" tanya Bu Tiara.


Isyana diam dan menoleh, kenapa Bu Tiara terdengar aneh dan meremehkan.


"Saya akan berusaha Nyonya!"


"Maaf, saya lupa. Kamu peremouan terkuat yang pernah aku temui. Harusnya aku yakin kamu bisa. Tapi apa boleh meminta satu hal padamu?" tanya Bu Tiara lagi.


"Apa itu, Nyonya!"


"Kembalilah ke rumahku!" ucap Bu Tiara kemudian.


Isyana menelan ludahnya mantap menolak.


"Maaf, Nyonya, Tapi!"


"Please!" jawab Bu Tiara memotong. "Ijinkan aku melakukan sesuatu yang ingin aku suka. Putriku sangat menginginkan adek. Tapi saya tidak bisa memberikanya,"


"Kembalilah ke rumahku. Ijinkan anakmu menjadi adik Putri. Anakmu akan kami besarkan dengan kasih sayang. Dan kamu bisa kuliah dengan tenang!" tutut Bu Tiara kemudian.


Isyana diam berfikir


Bersambung Lanjut ke bab 74


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 73"