Istri yang terabaikan Bab 70

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


70. Katakan


Usia kehamilan Isyana pun sudah melewati bulan keempat. Entah karena saking rajinya atau anak di dalamnya rahimnya terlalu pintar, meski Isyana sibuk kuliah, mengamen dan bekerja, Isyana hanya mabuk saat pulang naik pesawat sehabis mengantar Nyonya Tiara.


Setelah diobati dan sampai sekarang Isyana tak merasakan apapun lagi, semua baik - baik saja.


Sampai di suatu hari saat Isyana sedang presentasi di depan kelas, saat ada mahasiswa laki- laki yang membercandai Isyana, Isyana merasakan gerakan di perutnya.


"Ups... apa itu kamu Nak?" gumam Isyana dalam hati menelan ludahnya.


Sejak hamil Isyana selalu memakai dress longgar sehingga teman- teman Isyana taunya Isyana gendut. Tapi Isyana tetap akan jujur jika ada yang menanyainya nanti.


"Saya kira itu jawaban dari buku yang saya baca. Ada pertanyaan lagi?" tutur Isyana di depan kelas mengakhiri presentasinya.


Karena sudah waktunya istirahat, teman- teman tak ada yang bertanya lagi. Dosen pun mempersilahkan Isyana duduk setelah itu kelas dibubarkan.


Isyana memilih stay duduk menunggu semua keluar sambil mengelus perutnya.


"Hai Sayangnya Ibun...itukah kamu? Apa benar tadi kamu menyapa Ibun, kamu ikut Ibun belajar ya?" gumam Isyana dalam hati senyum- senyum sendiri merasa takjub dengan semua anugerah Tuhan yang baru dia rasakan.


Tanpa Isyana tahu ternyata salah satu teman Isyana ada yang urik memperhatikan Isyana tidak terkecuali dosen Isyana. Akan tetapi Isyana cuek dan memilih berlenggang dengan gembira pulang ke rumah Nenek Tjutju.


"Assamu'alaikum Nek," sapa Isyana.


"Waalaikum salam. Geulis udah pulang? Meuni berseri- seri pisan? Ada apa ini?" tanya Nenek menyambut Isyana.


Nenek sedang memberi pakan peliharaan ikanya. Nenek Tjutju meski sudah tua tapi sangat rajin dan pekerja keras. Isyana beruntung dipertemukan dengan orang seperti nenek Tjutju.


"Isyana punya kabar bahagia Nek,"


"Apa itu?"


Isyana kemudian memceritakan pengalaman pertamanya jadi ibu. Isyana sangat bahagia bayinya mulai bergerak. Sampai Isyana bercerita dengan semangat yang menyala dan maya berbinar.


Dina yang mendengarkan ikut antusias.


"Waah aku juga mau rasain Teh kalau pas bergerak, dhedhenya," tutur Dina.


"Nanti ya..., kalau gerak lagi aku kasih tahu!" jawab Isyana.


"Iyah. Dia pasti akan jadi anak yang pintar!"


"Huum,"


Isyana dan Dina bersukacita, seharunya hal membahagiakan seperti itu Isyana bagi dengan suami. Akan tetapi Isyana harus membagi dengan orang asing yang bahkan masih usia muda seperti Dina. Meski begitu tak mengurangi bahagianya Isyana.


"Coba nenek priksa sini!" tutur Nej Tjutju.


Nek Tjutju kemudian meminta Isyana berbaring. Nek Tjutju kan mantan dukun paraji, meski dengan ilmu tradisional sedikit- sedikit paham tentang kehamilan.


"Insya Alloh bayinya sehat. Meski begitu sekarang kan sudah jaman modern kamu juga mahasiswa. Sana ke puskesmas biar dapet vitamin buat bayimu!" tutur Bu Tjutju meski dukun tapi kooperatif dengan tenaga kesehatan.


Bu Tjutju suka mendampingi orang lahiran, Bu Tjujtu juga beberapa kali ikut penyuluhan tentang hak-hak dan apa yang harus dilakukan agar ibu hamil bisa sehat, termasuk mendapatkan imunisasi dan obat- obatan tertentu.


"Isyana malu Nek. Pasti ditanya siapa dan dimana ayah bayi saya? Saya periksa sama Nenek aja. Nenek kan hebat. Isyana beli obat via internet aja!" jawab Isyana jujur.


Akan tetapi, bagaimanapun juga, dari sisi psikologis. Isyana manusia biasa yang punya perasaan sakit jika di puskesmas ditanya- ditanya lebih dari itu melihat ibu hamil lain yang ditemani suaminya.


"Eleuh, anakku yang bager tau malu? Kamu kan kuat pemberani, Sayang. Tong malu. Anakmu anak halal hasil pernikahan kamu. Kamu punya buku nikah dan akta cerai. Tak perlu malu, periksa aja ya. Ini demi kebaikan bayi kamu. Biar kepantau beratnya, kepantau kamu dan gizi kamu juga!" tutur Bu Tjutju terus merayu Isyana.


"Nanti ya Nek. Isyana belum siap!" jawab Isyana singkat ternyata benar-benar sedih.


Isyana yang tadi berseri- seri kini masuk ke kamarnya. Tiba- tiba Isyana ingat Lana dan mertuanya.


"Aku harus bagaimana? Sampai sekarang aku belum bertemu Mamah dan Mas Lana lagi? Harus aku sembunyikan atau aku beritahu mereka?" gumam Isyana di dalam kamar dan menutup pintu.


Dina dan Nek Tjutju pun hanya bisa saling pandang dan coba memberi ruang ke Isyana menyendiri dan berfikir.


*****


Di Negara Singa.


Bu Dini menegakan berdirinya setelah mengatur ritme nafasnya. Bu Dini kemudian memeluk putranya memberikan dukungan.


Betapa kasianya Tuan Aksa, anak semata wayangnya yang sangat tampan itu di usia muda harus siap menjadi duda.


"Oke. Lakukan yang terbaik untuk keluargamu. Untuk Tiara, bahagiakan dia di sisa waktu yang Tuhan berikan!" tutur Bu Dini bijak menepuk bahu Putranya.

"Ya, Mah!" jawab Tuan Aksa kini lebih tenang.


Setelah menyeka air matanya dan saling menguatkan, mereka kemudian masuk. Betapa kagetnya Bu Dini dan Tuan Aksa saat melihat Nyonya Tiara ternyata sudah bisa duduk di kursi roda sembari menyeka air matanya di depan pintu.


"Sayang,"


"Tiara!"


Pekik Tuan Aksa dan Bu Dini.


"Ya. Aku di sini? Kenapa kalian kaget?" tanya Nyonya Tiara dengan suara lembutnya.


"Kamu.. kamu.. Ka kamu," tanya Tuan Aksa gugup bagaimana Nyonya Tiara yang tadi pamit mau tidur malah duduk di kursi roda.


"Kamu sudah bisa duduk?" lanjut Tuan Aksa mengalihkan pembicaran, mengusir kekhawatiran Bu Tiara dengar percakapanya.


Bu Tiara kemudian memberikan senyum tulusnya.


"Duduklah Mas. Mah, jangan gugup begitu. Aku baik- baik aja kok! Kalian senang kan aku bisa duduk?" tutur Bu Tiara lembut dan sangat bijak.


Tuan Aksa dan Bu Dini sampai tidak bisa berkata apa- apa. Sungguh jika Bu Tiara mendengarnya, Tuan Aksa merasa dirinya sudah menyakiti istrinya.


"Sejak kapan kamu bangun dan duduk di sini?" tanya Tuan Aksa lagi.


"Why? Kenapa kamu tanya begitu? Sejak kapan nggak penting. Yang penting aku sekarang bisa duduk. Kamu tidak perlu gelisah begitu, Sayang? Dont worry! Hmmm... I am oke!" tutur Bu Tiara masih dengan senyum tulusnya menenangkan Tuan Aksa.


Sungguh Bu Tiara memang mempunyai hati yang sangat baik dan kuat.


Tuan Aksa dan Bu Dini semakin tak bisa berkata-kata, sehingga mau tidak mau, Nyonya Tiara yang membukanya lagi.


"Duduklah," pinta Bu Tiara.


Tuan Aksa mendorong kursi Bu Tiara lalu mereka duduk berhadapan, Tuan Aksa dan Bu Dini di sofa. Lalu Bu Tiara menggenggam tangan suaminya.


"Tiara atau orang lain? Bahkan Mamah? Mas Aksa dan Putri, semua yang ada di dunia ini memang akan mati kan?" tanya Bu Tiara lagi dengan lembut dan sangat tenang.


"Kamu ngomong apa sih?" jawab Tuan Aksa masih tidak ingin membahas kematian.


"Tiara udah denger semuanya Mas. Dan Tiara juga sudah tahu sebelumnya. Tiara juga tahu hari itu pasti akan tiba. Percayalah. Everything will be oke Mas, Mah. Semua akan berjalan sebagaimana mesthinya seharusnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan," tutur Bu Tiara lagi dengan sangat tenang, dirinya yang sakit, malah dirinya yang memberikan semangat. Yang matanya berkaca- kaca malah Tuan Aksa.


"Aku sudah siap dengan semuanya. Kalian juga. Cepat atau lambat, sekarang atau nanti, masa pasti akan tiba. Yang datang akan pergi,"


"Seperti kata Putri, aku merasa jadi manusia yang disayang Tuhan, Mas. Sungguh. Kalian tidak iri kan? Bahkan Tuhan memberitahu kapan aku pulang sehingga aku bisa mempersiapkan semuanya. Tidak semua orang sepertiku kan? Terima kasih, kalian sudah membuat hidupku begitu indah," tutur Bu Tiara lagi kini mulai terbata.


"Ssssssttt," Tuan Aksa tidak sanggup mendengarnya lagi dan menghentikan omongan Bu Tiara. Tuan Aksa langsung memeluknya.


Bu Dini benar-benar tidak bisa berucap apapun, mulutnya seperti tercekik dan hanya bisa meneteskan air matanya. Bu Dini akui baik saat sehat dan sakit Bu Tiara memang perempuan berkualitas.


"Please dont say anything! Aku tahu kamu kuat. Kamu pasti bertahan Sayang!" tutur Tuan Aksa sambil terisak.


Bu Tiara diam sambil mengelus pundak kekar yang memeluknya. Bu Tiara membiarkan Tuan Aksa meluapkan sedihnya. Setelah lama dan Tuan Aksa melepaskan pelukanya Bu Tiara tersenyum lagi.


"Takdir tidak akan pernah salah Mas. Tuhan kasih kita waktu untuk digunakan dengan baik dan sebaik mungkin kan? Kita sudah berusaha maksimal kan? Jangan sedih dan menyesal. Hidup akan terus berjalan. Kita Punya Putri. Oke?"


"I know, tapi kamu tidak perlu mengatakan ini!"


"Perlu Mas!"


"Aku percaya, keajaiban itu ada,"


"Mas waktu yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi. Kamu tidak mau kan menyiakan itu semua?"


"Apa maksudmu?"


"Di sisa waktuku, mau kah kamu mengabulkan permintaanku?" tutur Bu Tiara lagi pelan.


Tuan Aksa terdiam lalu melirik ke Bu Dini.


"Katakan Nak. Jika Mamah bisa, mamah akan bantu ujudkan!"


"Katakan, Sayang!" imbuh Tuan Aksa lagi.


Bersambung Lanjut ke bab 71


Besok baru admin lanjut lagi maslahnya charger laptop ketingalan di kantor hehehehe

gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 70"