Istri yang terabaikan Bab 7

Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


7. Mamiku Sakit


Deruan motor berlalu lalang yang terdengar di pagi depan kontrakan, menambah semangat Isyana. Hari itu, Isyana bangun pagi- pagi.


Rutinitas pagi Isyana beberapa hari ini adalah menyiram tanaman. Apalagi kemarin sore pesanan bibit tanaman hias online baru datang. Isyana harus segera menanamnya sebelum layu. 


“Berbaktilah dan tumbuh subur sampai peminangmu datang ya...!” tutur Isyana berbicara sendiri pada tanamanya dengan penuh cinta. 


Isyana menuruni sifat ibu dan neneknya, mencintai tanaman.


Kata ibu Isyana, tanaman juga bisa dijadikan sahabat tenang. Sahabat yang meneduhkan. Meski tanaman tak bisa bicara, tapi mereka tumbuh dan memancarkan energi positif untuk kita.


Kata Ibu Isyana juga, setiap tanaman adalah bukti keajaiban dan kekuasan Tuhan. Setiap tanaman mempunyai keindahanya sendiri, sebagai ujud nyata mahakarya Tuhan. Itulah sebabnya beberapa bunga mempunyai nilai jual tinggi.


“Huuft!” Isyana kemudian membersihkan kedua tanganya, laluu beralih ke anggrek bulan yang knopnya sudah mekar sebagian yang lain masih rapat, bunganya sangat rimbun dan pohonya juga subur. 


“Aku harus segera mengantarnya!” batin Isyana tersenyum. 


Tadi malam dengan ditemani Adnan, Isyana mendatangi teman Adnan yang jual pot- pot cantik. Isyana sudah memindahkan anggrek bulan putuh ke pot cantik berwarna pink. 


Ini Hanya Ilustrasi, gambar asal ambil dari IG. hehehe


Isyana kemudian segera membersihkan diri, malam tadi malam pertama Isyana menggunakan krim setelah kemarin konsultasi dengan dokter kulit. Isyana juga semangat mandi menggunakan sabun itu. 


“Semoga cocok!” batin Isyana melihat ke cermin, meski jerawat masih memenuhi wajahnya, wajahnya sedikit cerah dan jerawatnya mulai layu. 


Isyana mengambil gaun dress warna biru muda selutut dengan pita di tengah, sangat manis. 


“Tutii... aku pinjam sepedamu ya!” tutur Isyana ketika membuka pintu melihat Tuti sudah datang memarkirkan sepeda mininya di parkiran klinik. 


“Mau kemana?” tanya Tuti. 


“Om ganteng yang kemarin, rumahnya di perumahan depan kok, anter pesanan!” jawab Isyana semangat. 


“Oh..ya... hati- hati!” 


“Siaap!” 


“Ciee... yang sekarang delivery order, semangat ya!” 


“Makasih... ciint!” jawab Isyana semangat. 


Isyana kemudian menaruh anggreknya di keranjang sepeda dengan hati- hati. Tentunya sudah dipacking aman. 


Dengan mengayuh sepeda itu, Isyana menuju ke komplek perumahan elit yang katanya tempatnya para sultan di kotanya.


Isyana mengayuh sepedanya santai menikmati suasana asri komplek rumah- rumah megah dan besar.  Sesaat pemandangan rumah megah menyilaukan.


Seketika Isyana teringat rumah besar suaminya. Selama dua tahun juga Isyana tinggal di rumah yang hampir sama besarnya dengan rumah- rumah yang dia lewati. Isyana menelan ludahnya, nyatanya tinggal di rumah besar tak selalu bahagia. 


Isyana kemudian menyunggingkan senyum. Berbeda dari pandangan orang- orang yang berfikir tinggal di rumah bagus pasti bahagia, kini Isyana justru menerka. Pasti di setiap rumah- rumah yang dilewati menyimpan duka tawa sendiri- sendiri. Isyana jadi tidak silau lagi terhadap rumah besar yang terus dia lewati. 


“Aaaak....ciit!” saat Isyana sedang melamun, seorang anak kecil berlari keluar dari rumah besar di pojokan jalan hampir menabrak Isyana. 


“Hohhh!” Isyana menghela nafasnya berhasil menghentikan sepedanya.


Isyana memeriksa sekilas anggreknya, aman. Lalu turun mendekat ke seorang putri kecil yang menangis. 


“Hai... siapaa namamu?” sapa Isyana ke anak kecil itu. 


Anak kecil itu berhenti menangis dan menatap Isyana dengan mata sembabnya. 


“Namaku Putli...!” jawab anak itu. 


“Waah, kalau gitu, nama kita sama dong!” jawab Isyana tersenyum.


“Benalkah?” 


“Iya... namaku Isyana Putri Anjani, kita sama- sama Putrikan?” 


“Namaku Celin Putli Amalia!” jawab kecil itu sangat imut, dari pengucaanya yang masih cadel, anak itu berusia sekitar 4 tahun. 


“Karena kita sama- sama Putri bagaimana jika kita berteman?” tanya Isyana memberi penawaran. 


Gadis cantik itu mengangguk.


“Kamu kenapa menangis di pinggir jalan pagi- pagi begini?"


"Aku ingin main dan jalan- jalan. Momyku masih terus belbaling, Dady memalahiku, katanya aku melepotkan Momy!"


"Momymu sakit? Dimana rumahmu?” tanya Isyana. 


Puteri mengangguk dan menunjuk rumah besar di pojokan. Isyanaa menolehnya dan mencocokanya dengan alamat yang dia dapat dari customernya. Ternyata Puteri adalah anak pria yang memesan anggrek. 


“Waah, tante juga mau ke rumahmu!” 


“Oh iya?” 


“Iya... tante mau antar anggrek ini untuk ibumu!” jawab Isyana memeperlihatkan anggreknya. 


“Mommyku memang suka bunga! Ayo ke lumahku!” tutur Puteri baik, sepertinya Puteri menyukai Isyana. 


Isyana pun menuntun sepedanya berjalan mengimbangi putri, belum mereka sampai terdengar perempuan memanggil- manggil nama Putri dari dalam rumah. 


Seorang perempuan dengan kursi roda, tubuhnya kering kerontang dan mulutnya pucat pasi, akan tetapi kepala perempuan itu mengenakan kain penutup kepala. 


“Mommy!” lirih Puteri menggandeng tangan Isyana. Isyana tertegun menoleh ke Puteri lalu menatap iba ke perempuan berkursi roda itu. 


“Puteri Sayang!” sapa perempuan itu. 


“Selamat pagi, Nyonya!” sapa Isyana. 


“Pagi...! Maaf apa putriku merepotkanmu?” sapa perempuan itu ramah. Meski sangat pucat dari rekahan bibirnya saat tersenyum, Isyana bisa melihat, perempuan itu saat sehat sangat cantik dan sekarang sakit. 


“Tidak, kami tidak sengaja bertemu di depan!” jawab Isyana. 


“Oh... syukurlah, kemari Nak!” tutur Ibu itu, dia adalah Mommynya Putri. 


“Oh iya maaf, benarkah ini kediaman Tuan Binar Aksa Priangga?” tanya Isyana lagi.


“Ya...itu nama suami saya! Mau saya panggilkan? Ada kok!” jawab Momy Isyana. 


Dheg. 


Isyana menelan ludahnya, tidak menyangka, laki- laki tampan yang kemarin dia temui ternyata beristri kan perempuan lemah dan penyakitan. 


“Tidak perlu. Saya Isyana Putri, dari Isya Flora, saya mau mengirimkan anggrek ini saja!” tutur Isyana memberikan pot anggrek pesan ayah Putri. 


“Waah, cantik sekali, terima kasih! Papa selalu tahu apa yang mama mau!” jawab ibu itu dengan mata berbinar menerima bunga dari Isyana. 


“Kalau begitu, saya permisi, terima kasih sudah order di toko kami, silahkan mampir jika ingin melihat koleksi saya yang lain!” tutur Isyana ramah. 


“Kalau boleh tahu, dimana tokomu? Sepertinya kamu hanya naik sepeda?” 


“Di seberang sana, pertigaan depan pintu perumahan!” jawab Isyana. 


“Oke... saya pasti akan berkunjung ke sana, anggreknya subur dan sehat, saya suka!” jawab Mommy Putri. 


“Kalau begitu saya pamit Nyonya!” tutur Isyana undur diri. 


“Tante tunggu!” celetuk Putri menghentikan langkah Isyana membuat Isyana dan Momy Putri saling tatap. 


“Ada apa sayang?” 


“Mommy, boleh nggak Puteli main sama tante Bunga itu!” ucap Puteri meminta. 


“Jangan, nanti ngerepotin!” jawab Mommy Puteri sungkan. 


“Tidak apa- apa Nyonya. Toko saya di depan sana, Insya Alloh aman! Tidak repot kok!” jawab Isyana. 


“Baiklah, nanti Maid saya nyusul ya!” jawab Momynya Putri mengijinkan.


“Ya Nyonya... ayo Puteri!” jawab Isyana. 


Putri pun berjalan mengikuti Isyana, Isyana kemudian membonceng Putri dengan sepedanya menuju ke tokonya. 


Pagi itupun selain mendapat customer, Isyana mendapat teman baru.


Isyana menghela nafasnya masih tidak menyangka, sorang laki- laki tampan bertubuh tinggi besar yang dia kira beristrikan perempuan cantik, ternyata istrinya berkursi roda dan hampir kehilangan cantiknya. 


“Bahagianya Momynya Putri?" batin Isyana.


***** 


“Kriiing....” 


Ponsel Lana terus berdering mengacaukan kencan makan siangnya bersama Mika.


Lana dan Mika sedang menikmati masa bebasnya tanpa Isyana di sebuah resort mewah di pinggir pantai. 


“Angkat dulu, Sayang!” tutur Mika lembut.


Mika memang selalu bersikap lembut dan elegan, seakan menunjukan kualitasya sebagai perempuan berkelaas. 


“Mami!” jawab gumam Lana memberitahu. 


“Ck...!” Mika pun berdecak kesal. 


Lana mengangkat teleponya menjauh dari Mika. 


“Bisa gagal rencanaku!” batin Mika kesal. Mika sudah menyiapkan obat untuk Lana agar malam ini mereka tidur bersama.


“Ada apa Mih?” tanya Lana mengangkat telpon Maminya. 


“Mami di jalan menuju ke rumahmu. Mami pengen ajak Isyana ke salon. Papi ada kunjungan dinas ke daerah, Mami nginep di rumahmu ya!” ucap Mami Lana tanpa jeda. 


Gleg


Lana tercekat dan langsung melotot ke Mika. 


“Tapi Mih...!” jawab Lana hendak mencegah Maminya. 


Sayangnya, telepon ibu Lana sudah dimatikan. 


“Ada apa Sayang?” tanya Mika.


“Kita harus segera pulang! Panggil Arbi, temukan Isyana secepatnya, Mamiku mau nginep di rumahku!” ucap Lana panik.


“What?”” pekik Mika.


“Aku pasti ketahuan, Sayang. Kita harus temukan Isyana!” tutur Lana panik.


“Kenapa panik gitu sih, Yang? Ingat kataku kemarin, nggak usahlah cari Isyana katakan saja, dia yang pergi meninggalkanmu!”  jawab Mika menghasut.


Lana diam, meski perkataan Mika bisa dijadikan ide bagus, tapi Lana tahu orang tuanya punya penyakit jantung.


"Ayolah, Sayang! Aku capek kamu begini terus. Jujur dong sama Mamimu!" hasut Mika lagi.


"Tapi Mami sakit Sayang!"


"Mamimu akan kuat, kita bawa saja ke rumah sakit!"


Bersambung.  🥰🥰 lanjut bab 8


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 7"