Istri yang terabaikan Bab 66

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


66. Dia sedang memilih jalan


“Dimana kamu, Nak...,” gumam Bu Dini khawatir Isyana kenapa- kenapa. 


Bu Dini ingat beberapa waktu intens yang dia laluo bersama Isyana.


Bu Dini ingat sekali wajah Isyana dengan berderai air mata menyusun kata, merakit kembali cerita luka yang pernah dia rasa di dua tahun terakhirnya. Saat Bu Dini memaksa Isyana cerita.


“Kalau boleh ibu tahu? Siapa mantan suamimu dan mantan mertua baikmu itu?” tanya Bu Dini kala itu. Di Akhir Isya bercerita.


“Maaf, Bu... saya berjanji tidak akan membuat coretan di wajah mantan suami saya, apalagi ibu mertua saya. Sebenarnya saya janji untuk tidak membuka kisah menyedihkan ini lagi. Tapi karena ibu tanya saya beritahu ini, tapi Isyana mohon, jangan tanya siapa mantan suami saya, Bu!” tutur Isyana kala itu. 


Isyana memilih mengubur identitas mantan keluarganya. Siang itu kan Isyana juga mengaku Bu Wira hanya pelangganya. Isyana tidak mau membuat malu Bu Wira.


“Oke... Ibu tidak memaksa kamu memberitahu, lalu apa rencanamu?” 


“Aku hanya ingin berubah menjadi perempuan yang mandiri, berharga dan berguna. Aku ingin jika kelak aku menikah lagi, aku dihargai oleh suamiku.” tutur Isyana lagi. 


Bu Dini yang waktu itu melihat Isyana rela ke rumahnya mengantar bunga dengan ceria, bekerja keras tanpa mengeluh di usia muda bahkan masih ingin kuliah, jadi jatuh hati dengan Isyana.


Dari situlah Bu Dini seperti Nyonya Wira ingin menyelamatkan hidup Isyana. 


Bahkan meski bukan Isyana, Bu Dini memang mempunyai yayasan atau organisasi perlindungan anak dan perempuan di Ibukota.


Bu Dini selain menjadi istri konglongmerat juga seorang dosen, hanya saja sekarang tidak tetap hanya sesekali menjadi dosen tamu. 


Jadi, bagi Bu Dini membantu orang seperti Isyana bukan hal baru dan hal sulit. Bedanya jika biasanya Bu Dini membantu orang atas nama organisasi seperti yang Tuan Aksa ingin, kali ini Bu Dini tergerak secara personal dan ingin turun tangan sendiri. 


Bahkan malam ini, Bu Dini juga terjun sendiri mencari Isyana. 


Bu Dini takut Isyana hilang dijahati atau bunuh diri. Bu Dini sudah ke greenhouse dan tanya Tuti tapi tidak ada. Tuti malah memberi alamat kampung nenek Putri.


“Katanya kampung neneknya ada di kabupaten G Pak. Dia biasanya naik bus, semoga dia masih da di terminal,” gumam Bu Dini ingin mencari ke terminal.


“Siap, Nyonya!” jawab asisten Bu Dini. 


Bu Dini sampai rela mencari ke terminal padahal kan bisa suruh orang.


Di terminal bus- bus tujuan ke kota kecil tempat nenek Isyana kata penjual bus sudah berangkat. Bu Dini pun menyerah. 


“Ya sudahlah, kita pulang! Seharusnya daritadi Pak,” jawab Bu Dini merasa terlambat bantu.


“Pulang kemana, Nyonya?” 

“Ke Ibukota saja, lagian di rumah di sini, Putri dan Binar, pergi,” 


“Baik Nyonya,” jawab asisten Bu Dini. 


Mereka akhirnya balik dan melesat ke arah tol tujuan Ibukoota, kebetulan jalan itu melewati kampus Isyana yang menjadi tempatnya kuliah sekarang. 


"Besok suruh orang intai di sini ya! Dia berangkat atau tidak?" tutur Bu Dini memberi perintah.


"Siap Nyonya!"


"Pokoknya cari ketemu dan pastikan dia baik- baik saja!"


"Ya Nyonya!"


Bu Dini memutuskan kembali ke rumah besarnya menunaikan kewajibanya sebagai istri, tapi tetap suruh orang temukan Isyana.


Dalam perjalanan di laampu merah mereka terhenti.


Baik Bu Dini dan supirnya pandanganya teralihkan pada pemandangan segerombolan orang. Bu Dini pun membulatkan matanya melihat itu. Lalu tersenyum.


"Bukankah itu Nona Isyana?"


"Ya...Alloh masih menjodohkan kita untuk bertemu," jawab Bu Dini bahagia melohat Isyana.


Isyana duduk di tengah keramaian orang dengan gitar okulele. Di sampingnya nenek tua menjual gorengan. Entah bagaiamana ceritanya dan bagaimana bisa. 


Isyana ternyata sedang mengamen dan membantu nenek tua itu jualan di bahu jalan dekat perempatan lampu merah kampus Isyana. Di situ banyak lampu- lampu hias malam. Suasananya memang asik untuk nongkrong.


“Kamu memang luar biasa kuat, Sayang. Hoooh, bagaimana bisa aku mengira kamu bunuh diri bahkan menyerah dari hidupmu, hanya kareana perkataan putraku? Ternyata kamu masih terus berjuang?” gumam Bu Dini semakin kagum dengan Isyana dan kini matanya berbinar. 


Orang- orang terlihat terhibur mendengarkan lagu yang dibawakan Isyana lalu mereka membeli gorengan si nenek tua itu. Tidak ada yang mengira di balik Isyana yang dulu diam pandai munyanyi.


“Bagaimana Bu? Aapa kita temui, Nyonya Isyana?” tanya sopir. 


“Jangan dulu, biarkan dia melakukan hal yang dia senang, dia sedang merajut mimpi dia sedang pilih jalanya sendiri. Kita tunggu saja di sini, nanti kita ikuti dimana dia tinggal,” 


“Siap Nyonya!”


Bersambung.  🥰🥰lanjut ke bab 67


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 66"