Istri yang terabaikan Bab 65

Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


65. Putri Hak Binar


“Omaa...” panggil Putri bangun dari tidurnya. 


Selayaknya anak kecil lain saat bangun tidur, dia akan mencari orang terdekatnya. Entah Ibu, ayah, kakek nenek atau maidnya.


Putri mulai terbiasa bangun tanpa ibunya karena dia sering ditinggal, saat ibunya harus di rawat di rumah sakit. Putri memang dipaksa mandiri meski ibunya masih hidup. 


Dan kini saat dia membuka mata, kamarnya kosong, tak ada mommy ataupun Nanny. Tapi Putri anak yang pintar, dia tahu, Mommynya sedang di rumah sakit dan sekarang ada Omanya. Karena sebelum tidur tadi dia ditidurkan Omanya. 


Masih dengan mengucek mata sayunya, Putri turun dari ranjaang lucunya dan mencari Omanya. 


”Sayang...,” pekik Tuan Aksa dan Bu Dini mendapati Putri berjalan dengan muka bantal dan rambut acak- acakanya.


“Daaddy...,” panggil Putri bahagia, Daddynya pulang setelah 1 minggu tak bertemu.


Tuan Aksa pun merentangkan tanganya melepas rindu pada Putrinya yag sudah beberapa hari tak bertemu. 


“Come on, Baby! Daddy miss you, kiss Daddy, Sayang!” 


Putri kemudian memeluk Daddynya dan Tuan Aksa memangkunya lalu mereka saling cium tanda kasih sayang.


Bu Dini masih diam tegang menimbang keputusanya, anak dan ibu itu kan baru bersitegang.


Sejak awal Bu Dini bimbang, membiarkan Putri dibawa Binar Aksa ayahnya ke luar negeri atau stay di rumah itu. 


Bu Dini sendiri masih mempunyai kesibukan di beberapa organisasi sosial dan menjadi praktisi akademisi di perguruan tinggi. Bu Dini hanya bisa memantau Putri 3 hari sekali. Inginya Bu Dini Putri tetap tinggal bersama Isyana, tapi Binar keberatan saat tahu Isyana hamil.


“Oma, why you look so sad?” tanya Putri polos saat menoleh ke Omanya, Omanya terlihat diam.


“How about Mommy, Dad?” 


Oma pun tersenyum getir, bingung menjelaskan ke Putri. 


"Mommy baik, Sayang. Mommy merindukanmu,"


“Me too. Oh ya Dad, i have a good news,” tutur Putri dengan centilnya dan cerianya.


“What is it?” 


“Can you call Mommy for me, now?” 


“Hmmm, yeah of course..., buut,” jawab Tuan Aksa dengan tatapan sayangnya ke Putri. 


“But?” 


“I want to be the first. Please, tell me, what do you want to say to Mommy?” jawab Tuan Aksa sambil memencet hidung Putri dan membuat Putri tetawa geli. 


“No... I want to share this news with mom,” 


“Hmmm... anak Daddy curang, Daddy nggak akan telponin Mommy! Kalau gitu,” jawab Tuan Aksa mengancam. 


“Oke... Putri kasih tahu,” jawab Putri akhirnya memberitahu ayahnya dulu.


“Yeah, Daddy sudah tidak sabar! Ayo katakan!”  


“I Will have Baby, Dady, i will be sister!” tutur Putri dengan cerianya, Putri sangat bahagia dengan kehamilan Isyana.


Gleg


Tuan Binar langsung tersentak dan terdiam, begitu juga Bu Dini. 


“Di perut Tante Bunga ada adik bayi... This Baby will be my brother or my sister. I really really happy Daad,” 


Putri terus berceloteh dengan cerianya sehingga membuat Tuan Binar tertegun. 


“Iya kan Oma?” lanjut Putri bertanya pada Omanya. 


“Ehm...’” Tuan Binar kemudian berdehem sementara Nyonya Dini mengangguk. 


“Iya, Sayang!” jawab Bu Dini lesu. 


Walau bagaimanapun, Bu Dini sebagai orang tua tidak ingin mencampuri keputusan Binar sebagau ayah dan kepala rumah tangga.


Bu Dini tidak banyak berbicara dan hanya diam membiarkan Binar yang jelaskan ke Putri, tentang Isyana dan keputusan Binar. 


“Daddy happy juga kan?” tanya Putri. 


Tuan Binar hanya mengangguk tidak bisa menjawab. 


“Apa Tante Bunga sudah pulang kuliahnya Oma?” 


“Sepertinya belum,” jawab Oma.


“Putri mau ke kamar tante Bunga,Tante Bunga promise mau belikan Putri Buku dongeng meramaid,” tutur Putri lagi turun dari pangkuan ayahnya dan berlari girang ke kamar Isyana tanpa persetujuan Daddynya. 


Saat mengantar tadi pagi, Isyana berjanji akan membelikan Putri slime dan malam ini akan bacakan dongeng.


Putri juga sangat senang dan bangga karena Isyana kuliah, memotivasi Putri untuk rajin belajar. 


Tuan Aksa dan Bu Dini pun tak bisa jelaskan atau melarang Putri berlari, ke kamar Isyaba.


“Mamah lihat, kan? Ini yang Binar takutkan. Binar tidak suka kalau Putri akan ketergantungan pada orang lain dan melupakan ibunya sendiri."


"Binar tidak suka Mah, kalau Putri terlalu dekat dengan orang asing, apalagi dia akan punya anak sendiri. Perhatian Nyonya Isya juga akn terbagi untuk anaknya,” tutur Binar mengeluarkan statmenya yang tidak suka dengan Isyana. 


“Binaar, apa kamu sedang menyalahkan Mamah?" tanya Bu Dini tersinggung.


Tuan Aksa diam menelan ludah dengan ekpresi dongkol ke ibunya.


"Binar. Bukankah sebelum mamah datang ke sini mereka memang sudah dekat? Apa salah Mamah kalau putrimu dan Nona Isya dekat, bahkan istrimu sendiri yang mengijinkanya,” tutur Bu Dini membela diri dan tidak suka dengan pernyataan Binar. 


Tuan Binar Aksa diam tidak bisa menjawab. 


“Mamah tulus, hanya ingin bantu kalian karena kamu anak Mamah dan Putri cucu Mamah, tapi kalau buat kamu, kehadiran Mamah salah dan saran Mamah salah, ya sudah terserah kamu! Tapi mamah tidak bisa kalau harus pindah tinggal di sini terus. Mamah bisa jaga Putri hanya bisa sepertimu, bolak balik. Atau Putri ikut Mamah ke Ibukota. Buat Mamah Nona Isyana adalag solusi, tapi kalau buatmu salah. Silahkan kalau Putri mau kamu ajak ke luar negeri, Mamah nggak ikut campur!” tutur Bu Dinii lagi tidak kalah tegasnya ke Binar sekarang tidak mau komentar lagi.


“Satu lagi, mamah akan tetap bantu Nona Isyana!” ucap Bu Dini ketus menambahi.


Tuan Binar diam, kemarin sebenarnya dia mulai setuju, tapi pikiran Tuan Aksa berbalik saat tahu Isyana hamil.

Bu Dini bangun dari duduknya hendak menyusul Putri, meninggalkan Binar yang sedang diam.  


Sayangnya belum beranjak. Mereka dikejutkan dengan tangisan Putri. 


Tuan Aksa dan Bu Dini kemudian salinng pandang dan kompak menyusul Putri.


"Ada apa, Putri?" tanya mereka kompak.


Putri menangis memegang slime dan secarik kertas. 


Putri yang baru masuk ke sekolah kanak- kanak memang belum pandai membaca. Akan tetapi Putri tahu kalau Isyana pergi melihat barang yang dijanjikan tergeletak di situ. Kamar juga tampak sepi.


Tuan Aksa langsung menggendong Putri dan menenangkanya.


"Dont cry, Baby. Sini gendong Daddy,"


Sementara Bu Dini mengambil surat Isyana dan membacanya. 


“Kemana, kamu Nak, maafkan ibu menyakitimu,” gumam Bu Dini dalam hati membaca surat pamitan dari Isyana.  


Bu Dini kini tidak ikut campur terhadap Putri dan Tuan Binar. Bu Dini membiarkan tuan Binar menenangkan Putri dengan semua pengertian dan penjelasanya.


Bu Dini bergegas keluar dan bertanya pada para maid, ada yang melihat Isyana keluar atau tidak. 


“Iya Bu..., sekitar 15 menit yang lalu, saya kira, Nona Isyana sudah pamit,” jawab satpam. 


“Astaghfirulloh, berarti belum lama, ya” ucap Bu Dini. 


"Belum, tadi berdiri di situ nunggu ojek, Bu!"


"Oke, makasih,"


Bu Dini pun berlari ke arah jalanan, sayangnya jalanan sudah sepi. 


“Haduh...,” keluh Bu Dini menyesal terlambat datang.


Bu Dini pun berinisiatif pergi ke bekas greenshouse Isyana dan mencarinya kesana. Sayangnya pula di sana tidak ada siapapun. Bu pun Dini harus pulang ke rumah anaknya dengan kecewa. 


“No.... i hate you!” teriak Putri di dalam mengamuk pada ayahnya.


Di rumah anaknya itu, Bu Dini harus menahan emosi mendengar cucunya menangis tantrum. Bu Dini melihat Putri meronta berusaha turun dari gendongan ayahnya, lalu di lantai menghentak- hentakan kakinya di lantai protes pada ayahnya. 


Putri seperti benci dengan semua pengertian yang diberikan Tuan Aksa.


Tapi sudah menjadi prinsip Bu Dini. Dalam hal mendidik anak, jika sang ayah dan anak sedang memberikan pelajaran, nenek tidak mau ikut campur. Bu Dini pun hanya mengintip. 


Putri menjadi haknya Binar.


“Putri benci Daddy? Iya? Lihat Dady! Jawab Daddy!” tanya Tuan Binar kali ini sedikit galak pada Putri yang mengamuk pada Daddynya karena Tantenya pergi. 


“Putri anak Momy dan Daddy atau tante Bunga? Hah? Sekarang mau patuh sama Daddy apa mau jadi anak jalanan?” lanjut Tuan Aksa sekarang mulai mengancam.


“Cep...” Putri yang cerdas langsung terdiam. 


Semua anak akan takut pada ayahnya yang galak.


“Tante Bunga itu bukan mommymu, Nak. Kamu boleh berteman dengan Tante Bunga. Dady ijinkan itu. Tapi Tante Bunga itu bukan keluarga kita. She is not your Mom. Your Mom is Mommy Tiara, not her! Mengerti?"


"Malam ini juga ikut Daddy, temani Mommy berobat, oke!” tutur Tuan Aksa lagi.


Putri diam terisak ketakutan tidak menjawab.


Bu Dini yang menguping pun semakin teriris dan hanya bisa meneteskan air matanya tapi tidak bisa mencegah putrany mendidik Putri.


Putri mutlak menjadi hak Binar yang menentukan mau dibawa kemana. 


Padahal sebagai nenek Bu Dini ingin marahi Binar dan meminta Putri tetap stay. Melihat Putri menangis juga sungguh sangat menyakiti hati seorang nenek.


Tapi mau bagaimana lagi, Binar seorang ayah yang dewasa. Kalau Bu Dini menegur Binar di hadapan Putri tidak baik untuk psikologis Putri dan tidak baik untuk menjaga wibawa Binar sebagai ayah.


Bu Dini hanya bisa menyeka air matanya.


Entah apa yang terjadi pada Binar, Binar terlihat sangat emosi. Apa mungkin beban Binar begitu berat dan penat? Bu Dini pun tidak bisa berbuat dan berkata apa- apa. 


"I am sory Sayang. Please, mengertilah. Patuhi Daddy, Oke!" tutur Tuan Aksa melembut berjongkok membelai kepala Putri lalu menggendongnya.


Binar kemudian memandikan Putri yang terus cemberut seorang diri. Binar juga merapihkan barang- barang Putri.


Sekitar 2 jam bersiap- siap dan saling diam. Binar menemui ibunya. 


“Binar minta maaf, Mah!” ucap Binar dingin. 


“Maaf Binar nggak bisa percayakan Putri pada orang lain, Binar juga nggak bisa ninggalin Tiara.” 


“Kamu yakin, mau bawa Putri ke negara Singa? Apa nggak kasian Putri di sana? Biar Putri ikut Mamah aja, ya!” tanya Bu Dini meminta Binar pertimbangkan keputusanya.


“Mamah tau sendiri? Putri nggak betah di Ibukota. Nanti malah sakit. Mamah juga akan sibuk kan? Tiara butuh Putri, biar Putri ikut kita aja,” ucap Binar pamit akhirnya menentukan membawa Putri ke luar negeri. 


“Kalau itu keputusanmu, Mamah tidak bisa ngomong apa- apa lagi, kabari, Mamah apapun perkembangan tentang Tiara, ya!” jawab Bu Dini. 


“Ya Mah!” jawab Binar. 


"Mengenai Nyonya Isyana. Bukan Binar tidak kasian, dia hamil di saat bercerai, saran Binar, mamah cari tahu dulu mantan suami dia. Binat tidak keberatan Mamah bantu dia. Tapi Binar tidak suka orang lain datang di rumah kita membawa masalah."


"Nona Isyana tidak membawa masalah Binar, dia hanya orang yang butuh bantuan kita."


"Terserah apa kata Mamah, tapi Binar tidak suka!"


"Hhhh...," Bu Dini hanya menghela nafas karena tidak berhasil merayu.


Malam itu juga Binar pergi membawa Putri. Sementara Bu Dini meski pamit pulang ke Ibukota, tapi Bu Dini ternyata menyempatkan waktunya untuk kembali mencari Isyana.


Bersambung.  🥰🥰lanjut ke bab 66


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 65"