Istri yang terabaikan Bab 64

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


64. Tidak Setuju


Setibanya di tanah air, pertama-tama Tuan Binar menemui ibundanya, mereka berbincang mengenai kemajuan kesehatan Nyonya Tiara. Setelah itu Tuan Binar berpamitanm


“Binar harus selesaikan pekerjaan hari ini, besok pagi, Binar berangkat lagi, Mah,” pamit Tuan Binar meletakan tasnya dan bersiap pergi lagi. 


"Ingat makan dan istirahat," tutur Bu Dini menasehati.


Tuan Aksa hanya diam dan berlalu. Dia memang pekerja keras dan profesional meski terlahir dari anak orang kaya.


Bu Dini hanya menelan ludahnya dan menatap getir melihat Putranya berlalu. Kenapa harus seorang Binar Aksa Priangga putranya yang mendapatkan ujian ini.


Putranya yang dulu sangat pendiam dan begitu menyayanginya. Putra yang dulu mengkhawatirkanya karena sampai usia 25 tahun tak pernah sekalipun mau mengenal perempuan. Sampai ada rumor mengatakanTuan Binar kelainan orientasi seksual.


Nyonya Tiara adalah satu- satunya yang bisa membantah semua tuduhan itu dan membuat Bu Dini sangat bahagia. Nyonya Tiara bahkan membuat Putranya begitu bersinar.


Tapi kenapa di tahun kedua pernikahan, keceriaan mulai berkurang dan meredup tiba-tiba, saat diketahui kandungan Bu Tiara bermasalah, sampai saat lahir, Putri mendapatkan perawatan yang cukup lama. 


Tuan Binar dan keluarganya begitu sabar melalui ujuan itu. Putri selamat, Bu Tiara juga selamat meski harus kehilangan rahim.


Akan tetapi semua itu tak berlangsung lama. Nyonya Tiara kembali mendapatkan sakit. Tawa dan sorot ceria yang dulu menghiasi keluarga Bu Dini pun perlahan menjauh lagi.


Yang Bu Dini banyak liat tatapan letih yang begitu banyak dari Putranya itu. Tuan Binar disibukan pekerjaan, sesampainya di rumah harus tetap selalu mendampingi istrinya yang bolak balik masuk rumah sakit.


Tidaj hanya pengobatan rumah sakit beberapa rangkaian pengobatan tradisional juga Tuan Binar tempuh, dan kini yang terakhir berobat ke luar negeri. 


“Ampuni salah dan dosaku, ya Tuhan? Kenapa harus putraku yang menanggung semua ini? Kenapa Engkau timpakan pada orang yang dicintai Putraku? Aku hanya ingin melihat Binar kembali tertawa,” gumam Bu Dini tidak bisa mencegah putranya untuk berangkat bekerja. 


Padahal sebenarnya bayak yang ingin Bu Dini obrolkan termasuk kehamilan Isyana. Bu Dini pun memilih diam dan menghabiskan waktunya  menjemput Putri. 


**** 


Di Kampus. 


Isyana melalui hari pertamanya kuliah dengan semangat. Meski harus bergaul dengan teman- teman yang usianya 4 tahun lebih muda, karena seharusnya Isyana sekarang sudah mau wisuda tapi terputus menikah. Isyana bisa berteman dan bergaul dengan supel.


Kini waktunya pulang.


“Sendiran Teh?” tanya teman baru laki- laki Isyana. 


“Eh... Fadil,” jawab Isyaa ramah.


Fadilnteman sekelasnya yang lumayan terlihat mencolok dengan tingkah tengil dan rusuhnya. 


“Rumahnya dimana Teh? Bareng yuk!” ajak Fadil dengan centilnya. 


Selama di kelas, Isyana terlihat begitu dewasa dan tenang karena memang usianya berbeda dengan teman- temanya, tapi tetap cantik dan tidak mengira Isyana jauh di atas mereka.


Itu membuat pria tengil seperti Fadil penasaran.  


Isyana tersenyum membalas ajakan Fadil. Rasanya dia yang 4 tahun lebih tua merasa risih dibaiki dan didekati pria berondong itu, apalagi Isyana kan sedang hamil. 


“Makasih,” 


“Jangan makasih doang, ayuk naik!” ajak Fadil menunjuk jok kosong di motor besarnya. 


“Nggak, aku mau ada perlu, aku pulang sendiri aja,” jawab Isyana menolak. 


“Ayolah Teh, Fadil antar. Fadil temenin deh!” rayu Fadil lagi. 


Isyana jadi kikuk sendiri, Isyana tidak mau masalah pribadinya diketahui teman- temanya, Isyana tidak mau pengalaman Adnan terulang. Apalagi sebentar lagi perutnya akan membesar dan teman- temanya akan tahu statusnya. 


“Makasih, Dhek! Kamu baik banget, tapi itu transB nya dateng. Duluan ya!” jawab Isyana menolak Fadil ramah dan memanggil Fadil dhek, Isyana ingin Fadil sadar kalau dirinya jauh lebih muda dari Isyana. 


“Oke deh, hati- hati Teteh, besok kalau butuh temen ajak aku ya!” teriak Fadil ke Isyana. 


Isyana hanya tersenyum.


Isyana berniat mampir ke greenhousenya dan menemui Tuti.


Sayangnya sesampainya di sana, Tuti hari itu libur dan Isyana hanya bertemu dengan teman kerja Tuti. 


Semua pun mengucapkan bela sungkawa ke Isyana, atas musibah yang menimpa Isyana.


“Kita senang Nona Putri sehat. 1 minggu nggak ketemu tambah cantik, malah,” ucap perawat klinik kecantikan tetangga greenhouse Isyana memuji.


“Alhamdulillah,” 


“Tuti nyariin, Non Putri sekarang tinggal dimana? Oh ya ada ibu- ibu yang nyariin Non Putri juga kemarin,” 


“Aku tinggal di rumah Tuan Aksa, temani Putri kecil, soalnya Nyonya Ara kan sekarang sedang berobat ke luar Negeri, Siapa yang mencariku? Ciri-cirinya gimana?” jawab Isyana memberi tahu.

“Oh! Duh kita nggak tahu, Tuti yang ketemu, katanya Ibu, Non Putri,” tutur Perawat memberitahu. 


“Oh ya...,” 


“Tanya Tuti aja!Aku cuma denger dari Tuti," 


“Oh oke,... salam buat Tuti ya... Insya Alloh besok aku ke sini lagi,” jawab Isyana.


Isyana pun berpisah dari tetangga kontrakanya itu.


“Apa itu Mamah? Apa Mamah Wira ke sini?” gumam Isyana menebak itu mertuanya. 


“Apa sebaiknya aku beritahu mamah tentang kehamilanku?” gumam Isyana lagi. 


“Tidak, aku tidak mau terlibat apapun lagi dengan keluarga Mas Lana. Aku takut Mas Lana tidak mengakuinya dan Mika justru menyakitiku,"


"Aku masih rasa ada yang aneh dengan kebakaran kemarin?"


"Tapi kan anakku berhak kan mendapatkan kasih sayang Kakek nenek dan ayahnya? Bagaimana ini? Aku kasih tahu nggak ya?,” 


Isyana terdiam bingung memikirkan nasih kehamilanya.


Isyana kemudian berjalan melewati garis polisi masuk ke kontrakanya.


Meski semua sudah diganti rugi, termasuk kerugian pesanan  dan hutang Isyana. Isyana tetap ingin menyelamatkan tanamanya yang masih bisa dia besarkan. 


Iysana tidak mau selamanya terus menggantungkan bantuan Nyonya Tiara dan Bu Dini.


Akhirnya Isyana pulang telat dan lebih dulu Tuan Binar Aksa. 


“Dheg,” sesaat langkah Isyana menuju ke kamarnya di rumah Tuan Aksa.


Isyana mendengar namanya di sebut di antara percakapan dua orang. 


"Nyonya Isyana Hamil?"


"Ya!"


"Tidak Mah, Binar tidak setuju. Kalau begini, Binar cancel untuk mempekerjakan dia,"


"Binar, Nyonya Isyana butuh kita. Biarkan dia tinggal di sini, kita bisa adopsi atau rawat anaknya bersama Putri,"


"Tidak, anak itu punya ayah Mah,"


"Tapi kan Nyonya Isyana bercerai. Dia sendirian!"


"Tidak Mah. Mamah boleh tolong dia, tapi tidak tinggal di rumah ini! Apalagi kalau mamah tinggal ke Ibukota"


“Binar, Putri juga suka kan dengan keberadaannya di sini, apa salahnya kalau Mamah tolong dia Binar?” 


“Maah, kalau Mamah nggak mau rawat Putri, biar Putri Binar bawa aja,” 


“Kamu itu kenapa sih?” 


“Mah.. Nyonya Isyana itu orang asing. Kita nggak tahu latar belakangnya, Binar nggak mau, Mamah pasrahkan Putri gitu aja sama orang asing. Lagian dia hamil, Binar menolongnya dari kebakaran itu dan mengganti rugi kontrakanya juga udah cukup. Jangan berlebihan, Mah! Kita bukan panti sosial, dia kan juga punya keluarga,” tutur Tuan Aksa ke Bu Dini


Entah kenapa, mengetahui Isyana hamil, Tuan Aksa tidak suka. Tuan Binar juga tidak suka jika Isyana harus tinggal di rumahnya. 


“Binar, kamu ini apa- apaan sih? Menolong orang itu hal yang mulia, kenapa kamu begini?” 


“Oke Mah, Binar setuju Mamah bantu dia, kasih beasiswa resmi dari yayasan kita juga silahkan kalau memang dia mau kuliah. Tapi Binar ngga setuju kalau Mamah pulang ke Ibukota dan biarkan Putri di sini hanya bersama dia. Binar juga nggak mau orang lain masuk ke keluarga kita,” tutur Binar lagi. 


Bu Dini hanya diam. 


“Pilihanya ada dua, Mamah tinggal di sini temani Putri, atau Binar ajak Putri, ke luar Negeri!” ucap Tuan Aksa lagi tegas. 


Di balik tembok, Isyana pun menitikkan air matanya. Ternyata di belakang, Nyonya Ara dan Bu Dini yang sangat baik, Tuan Binar Aksa Priangga sang empunya rumah tidak suka dengan kehadiranya. 


“Aku memang harus pergi dari sini,” gumam Isyana. 


Isyana kemudian masuk ke kamarnya pelan- pelan dan mengemasi barangnya. 


Isyana memutuskan menulis secarik surat untuk Bu Dini. Isyana tahu kalau pamit pasti Bu Dini akan marah. Sore itu juga, tanpa berpamitan pada Putri yang masih tidur siang sepulang sekolah, atapun ke Tuan rumah yang sedang bersitegang. Isyana keluar dari rumah Tuan Aksa.


Bersambung.  🥰🥰lanjut ke bab 65


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 64"