Istri yang terabaikan Bab 62

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


62. Buat Anakmu Bangga


Sekitar jam 01.00 dini hari Mika sampai ke rumahnya. Rumah Lana sudah sepi sunyi dan sebagian lampu dimatikan.


"Duh gawat....," batin Mika menggit bibir bawanya melihat mobil suaminya.


"Ck. Reno sih aaah, ngajakin dansa segala, bisa gawat nih. Mas Lana udah pulang lagi," gumam Mika panik.


Bersama teman- temanya Mika menghabiskan waktu berjoget- joget ria dengan musik yang keras sehingga lupa melihat jam.


Mika sebenarnya juga takut kalau- kalau apa yang Lana lakukan terhadap Isyana juga terjadi padanya.


Mika juga tahu kalau Lana itu main tangan dan cepat marah. Akan tetapi sejauh ini Mika bisa melunakanya. Entah nanti jika sudah satu rumah.


"Huuuft, aku harus cari alasan," batin Mika berjalan mengendap- endap takut dimarahi suaminya.


"Semoga udah tidur dan nggak marah dia," gumam Mika sambil berjalan di tengah ruangan yang gelap.


Tiba- tiba,


"Aaaaakh,"


Mika mengaduh ke sakitan dan reflek mengangkat kakinya. Mika terhuyung jatuh dan badanya membentur tembok sehingga menambah sakit badanya.


"Oouhhh Shhhhiiitt" umpat Mika merasakan sangat perih di telapak kakinya.


Mika segera menyentuh telapak kakinya, mengambil sesuatunyang menancap dan teraba cairan lengket, saat disentuh juga tambah perih. Mika kemudian mengambil ponselnya memeriksa.


"Ouuhh...," keluh Mika melihat darah di tangan dan kakinya.


Rupanya karena sudah malam, asisten rumah tangga Lana tidak menyapu bekas pecahan vas Lana dengan baik. Masih ada tertinggal pecahan vas yang runcing, tidak terlalu besar tapi cukup kuat untuk menyayat dan merobek kaki Mika.


"Maaaas,... Maas Lana!"


"Biiiik,"


"Heeelp! Maaas... Biiik, Heeelp!" teriak Mikaa ingin minta tolong, dibantu bangun.


Tapi sepertinya, sesuai dengan harapan awalnya, Tuhan Maha baik bukan, meski Mika jahat tetap saja di dengar, Lana sudah tidur bahkan sangat lelap.


Sayangnya hal itu menjadi bumerang untuk Mika.


Asisten rumah tangga yang tidur di kamar belakang apalagi semakin tidak mendengar rintihan dan keluh Mika.


"Siaaaallan! Uh....," keluh Mika merasa sangat apes.


Mau tidak mau dengan menahan perih dan darah yang menetes, Mika bangun sendiri mengobati lukanya sendiri di dini hari itu.


"Nyebelin banget sih, tidur kaya kebo!" gerutu Mika baru tahu kalau Lana tidur mendengkur sangat keras dan susah dibangunkan.


Mika memang selamat dari amukan malam ini, tapi Mika harus menahan sakit dan geram sendirian.


Mika kemudian merebahkan badanya di samping Lana. Entah besok pagi, bagaimana Mika bernarasi, apa Lana akan memaafkanya.


****


Pagi Harinya.


Setelah meminum obat, Isyana sehat kembali. Isyana tahu diri, meski bagi Bu Dini harta yang dia sedekahkan untuk membantu Isyana kecil, tapi bagi Isyana besar.


Isyana pun tetap ingin bantuan itu tidak cuma- cuma. Pagi- pagi buta setelah ibadah, Isyana bergabung bersama pelayan lain. Isyana melakukan apa yang selayaknya pekerja lakukan.


"Neng.... udah biar kita aja yang kerjakan," tutur salah satu pembantu.


"Nggak apa- apa!" jawab Isyana memegang kain pel.


"Ini tugasku, kamu kalau bantu, masak aja. Nanti aku dimarahi Nyonya besar, kamu katanya hamil kan?" tutur Mbak Asih lagi.


Mendengar kata hamil, Isyana terdiam. Isyana kemudian menyerahkan alat pel itu ke temanya.


"Ya sudah aku bantu masak saja," jawab Isyana.


Saat Isyana berjalan ke dapur, Isyana dibuat kaget, ternyata Bu Dini sudah di dapur. Tidak pernah Isyana pikirkan sama sekali, ternyata Bu Dini sedang membuatkan susu hamil untuk Isyana.


"Isya... kamu sudah di sini? Ibu kira masih di kamar," tanya Bu Dini sama kagetnya dengan Isyana.


"Iya, Nyonya,"


"Sudah tidak mual lagi kan?" tanya Bu Dini lembut.


Isyana menggelengkan kepalanya.


"Syukurlah, aku kira kamu masih mabuk, Ibu buatkan susu dan air madu hangat. Pikir ibu kalau masih mual minum madunya, jika tidak mual, minum susunya ya," tutut Bu Dini lembut.


Isyana benar- benar tidak menyangka Bu Dini seperhatian itu terhadap Isyana.


"Terima kasih Bu, tidak usah repot- repot saya bisa bikin sendiri. Saya sehat kok," jawab Isyana sungkan.


"Kalau begitu, minum susunya ya, Ibu hamil harus sehat dan bahagia," tutur Bu Dini mebyodorkan susu hamil


Begitu tahu Isyana hamil, kemarin Bu Dini langsung belanja.

"Siapa yang hamil Oma?" celetuk Putri dari belakang, ternyata Putri sudah bangun juga dan mencari mereka.


"Tante Isya, Sayang," jawab Bu Dini.


"Oh iyaa? Apa itu artinya, mau ada Baby di antara kita?" tanya Putri.


Putri pernah dengar salah satu maidnya ada yang membicarakan ibu hamil.


"Yes. He will come," jawab Oma.


"Yeaaah, i like Baby, i will be a sister Oma" jawab Putri girang kemudian memeluk Isyana.


Isyana menelan ludahnya dan tersenyum haru. Isyana tidak pernah menyangka akan Tuhan berikan keluarga baru yang begitu baik.


Akan tetapi sesaat, Putri melepaskan pelukanya.


"Tapi kenapa perut tante Bunga masih rata tidak seperti Momynmya Dewa? Mommy Dewa pelutnya big, katanya suka berdenyut denyut," celetuk Putri lagi, teman Putri ternyata juga mau lunya adek.


Isyana kemudian tersenyum.


"Karena adiknya baru datang sayang, dia masih kecil. Nanti dia akan tumbuh di sini dan besar," jawab Isyana.


"Bagaimana caranya agar dia cepat besar dan keluar? Aku ingin pegang saat dia pelut tante beldenyut. Aku tidak sabar ingin bermain denganya," celetuk Putri lagi.


"Caranya, Putri harus jaga tante Isya tidak kerepotan dan biarkan tante Isya makan banyak," jawab Oma menjawab asal.


"Oke.. Putri akan jadi kakak yang baik. Ayo kita makan, tante, biar adeknya cepat besar," ajak Putri lagi.


Semua pun tertawa padahal Putri belum mandi. Isyana kemudian mengajak Putri mandi dulu.


Seperti pagi- pagi sebelumnya, mereka sarapan bersama lalu mengantar Putri ke sekolah taman kanak- kanak.


Pagi itu rupanya Isyana juga hari pertama kuliah. Setelah mengantar Putri, Nyonya Dini sekalian antar Isyana. Kampus di kota B lumayan dekat dengan rumah Tuan Aksa.


"Kenapa ragu Nak?" tanya Bu Dini sesampainya di depan kampus.


"Apa bisa ya Bu, saya menempuh pendidikanku di tengah kehamilanku? Aku takut aku putus kuliah lagi," tanya Isyana menunduk.


Bu Dini tersenyum kemudian menggenggam tangan Isyana.


"Ibu tanya, memang apa alasan kamu tidak bisa menempuhnya? Tidak ada larangan dari kampus kan melarang ibu hamil kuliah?" tanya Bu Dini.


Isyana menggelengkan kepala.


"Asal kamu tahu, ibu dulu, mengandung Binar juga sedang menempuh pendidikan S2 di Jerman. Ayah Binar ada di sini. Ibu LDR. Ibu berjuang! Justru, ini akan menjadi moment indah dan berharga untukmu dan anakmu nanti. Buat anakmu bangga dilahirkan ibu sepertimu. Mengerti?" tutur Bu Dini lagi menasehati.


Isyana mengangguk.


"Mengerti, Nyonya,"


"Panggil aku Bu Dini saja, anggap aku ibumu,"


"Iya Bu,"


"Semangat!"


"Siap!" jawab Isyana.


Isyana kemudian turun dari mobil Bu Dini dan melangkahkan maju ke kampus negeri di kota B itu.


"Bismillah, aku yakin kali ini aku masuk ke pintu yang benar, kali ini aku harus tamat dan wisuda. Aku harus menjadi seperti yang Bu Dini ajarkan!" batin Isyana memegang tali tasnya dengan erat.


*****


Di sepanjang perjalanan Bu Dini melamun. Selain terkena kangker otak, ternyata pada saat lahiran Putri, Nyonya Tiara juga ada masalah di kandunganya yang membuat, Bu Tiara harus kehilangan rahimnya.


Itulah sebabnya Putri menjadi anak emas di keluarga itu.


Bu Tiara dan Bu Dini selalu menitikan air mata saat Putri dengan polos meminta teman dan adik.


Bahkan mereka pernah berfikir adopsi anak.


Bu Dini tersenyum seakan dia mendapatkan berkah dari Tuhan, kalau bayi Isyana merupakan jawab dari doa Putri.


Bu Dini pun bertekad membantu Isyana. Apalagi setelag tahu Isyana sebatang kara dan didzolimi suaminya.


"Kriiiing," tiba- tiba ponsel Bu Dini bergetar, Bu Dini pun memeriksanya.


"Ke Bandara Pak, hari ini Binar pulang," tutur Bu Dini ke drivernya.


"Siap, Nyonya,"


Sesuai dengan jadwalnya seminggu sekai Tuan Binar Aksa memang harus pulang datang ke kantor untuk memeriksa langsung pekerjaanya. Karena ada beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan dengan jarak jauh ada yang harus bertemu.


Itulah sebabnya Tuan Aksa memilih perusahaan yang lebih kecil, sehingga resiko yang diambil tidak begitu besar meski dia bolak balik luar negeri demi perawatan istrinya. Perusahan pusat biar dihandle Lana.


Bersambung.  🥰🥰 lanjut ke bab 63


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 62"