Istri yang terabaikan Bab 61

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


61. Besarkan anak ini


Isyana menitikan air matanya tatkala mendengar rujukan diagnosa dokter. 


“Saya ikut sedih mendengar status anda, tapi saya tetap ucapkan selamat, ada atau tidak suami anda akan menjadi ibu yang hebat, hamil dengan perceraian lebih baik dari hamil tanpa suami dan pernikahan, untuk lebih memastikan, anda bisa datang ke poli kandungan ya, semangat Bu,” tutur dokter umum ramah  ke Isyana. 


Kebetulan dokter umumnya seorang perempuan yang belum dikaruniai anak meski menikah lama.


Dokter Isyana memotivasi Isyana dan membuat Isyana jadi tersenyum lag.


Isyana menoleh ke Bu Dini marasa malu, takut jadi beban dan bersalah ke Bu Dini. Akan tetapi Bu Dini tersenyum mengangguk dan justru memberi ucapan selamat.


“Ayo kita ke poli kandungan, Sayang. Kita priksakan bayimu,” tutur Bu Dini. 


Isyana mengangguk, sesampainya di poli kandungan benar saja, di layar USG nampak kantung kehamilan yang di dalamnya bersemayam ruh dan calon manusia kuat yang begitu sehat menemani ibunya melewati semua gempuran di hidupnya. 


Isyana positif dinyatakan hamil, dan sekarang usianya 14 minggu. Setelah mendapatkan resep obat, Isyana dan Bu Dini beranjak pulang ke rumah Tuan Aksa. 


Sepanjang jalan Isyana menundukan kepala. Isyana bingung harus bahagia atau sedih.


Kini dirinya tak bersuami lagi, masa depan yang dia gantungkan baru saja direnggut kobaran api. Masa depan di depanya lagi, Isyana masih ragu, apa Isyana bisa mengerjakan pekerjaan barunya. 


Bekerja di kantoran dan bukan bidangnya merupakan pengalaman baru. Iysana sedang hamil, pasti akan susah.


Rencana kuliah yang baru akan dia mulai juga semakin buram untuk dia tembus. Sepertinya pupus, tapi Isyana sudah berjuang untuk ketrima.


Isyana benar- benar buntu mau bagaimana. Yang pasti bukan hanya dirinya yang harus Isyana pikirkan tapi anaknya juga.


Meski sepanjang jalan di mobil Isya tersenyum, sesampainya di kamar Isyana menangis. Teori semua masalah ada jalan keluarnya terasa suram untuk Isyana.


Isyana buntu. Isyana tidak mau jadi benalu dan jadi beban untuk orang lain, keadaan dirinya yang hamil pasti akan merepotkan. Apalagi Nyonya Tiara juga sedang sakit.


Tapi Isyana mau kemana? Bagaimana cara perginya. Neneknya sudah meninggal, ayahnya sudah meninggal, ibu tirinya jahat. Mau ke mertuanya yang ada dia akan dihina- hina mantan suaminya.


"Apa aku ke Tuti aja ya," batin Isyana.


Isyana kemudian mengemasi barangnya. Isyana merasa tidak sanggup jika harus bekerja di kantor Tuan Aksa sambil kuliah dan dalam keadaan hamil.


"Aku tidak mau merepotkan Bu Dini dan keluarganya," batin Isyana menitikan air matanya.


Sayangnya belum sempat berpamitan, Bu Dini sudah masuk duluan dan memergoki Isyana menangis.


"Kamu menangis Nak? Kenapa? Ibu hamil tidak boleh bersedih?" tanya Bu Dini.


Isyana pun buru- buru menyeka air matanya.


"Bu Dini...,"


"Kenapa kamu menangis huh? Apa yang kamu khawatirkan, Sayang? Ceritakan padaku?" tutur Bu Dini meletakan segelas susu, lalu duduk membelai rambut Isyana lembut


Tapi Isyana terlalu berat untuk mengungkapkan kegundahanya. Jadi sulit menjawab.


"Apa kau sedih karena kamu sekarang janda?"


"Ehm," dehem Isyana bingung.


"Apa kamu merasa sendirian?" tanya Bu Dini lagi.


"Kamu tidak perlu menangisi apapun. Menjadi seorang ibu itu sebuah penghargaan dan jabatan tinggi yang Tuhan kasih bagi kita kaum perempuan, banyak orang yang menginginkanya. Kamu harus bahagia, oke?" tutur Bu Dini.


Sayangnya ucapan Bu Dini membuat Isyana menitikan air mata. Perkataan Bu Dini benar jika itu seorang perempuan yang mempunyai keluarga utuh tapi bagaimana dengan Isyana.


Apa Isyana mampu menjadi ibu yang baik. Apa mantan suaminya akan mengakuinya. Bagaimana nanti Isyana akan jelaskan ke anaknya tentang bapaknya.


"Hei kenapa malah menangis?" tutur Bu Dini lagi.


Bu Dini kemudian melihat tas pakaian Isyana yang dibuka sedikit.


"Apa ini? Kamu mau pergi?" tanya Bu Dini.


"Hiks...," Isyana malah terisak.


"Selesaikan tangismu dan katakan pada ibu. Apa yang khawatirkan?"


"Saya mundur dari kuliah saya. Saya juga tidak sanggup memenuhi permintaan Nyonya Ara, Nyonya," ucap Isyana.


"Kenapa?" tanya Bu Dini.


"Bagaimana mungkin dengan keadaan saya yang hamil, saya harus kuliah dan bekerja? Padahal saya juga tidak punya harta cadangab dan kemampuan? Yang ada saya hanya akan merepotkan,"


"Sssssttt...No. You False!" ucap Bu Dini.


Isyana terdiam.

"Kamu belum mencobanya. Memang kalau kamu menyerah dari tantangan ini kamu mau kemana heh?" tanya Bu Dini Isyana terdiam


"Kamu bercerai dari suamimu karena dia memilih perempuan lain dan lebih percaya oadanya kan? Apa kamu akan meminta belas kasihnya?" tanya Bu Dini lagi.


Isyana sempat cerita tentang kisahnya, akan tetapi Isyana tidak berani menyebutkan identitasnya.


Bu Dini dan Bu Wira kan juga saling menyembunyikan aib keluarhanya.


"Tidak Nyonya," jawab Isyana.


"You just worried. Kamu hanya ragu dan takut. Dont afraid sayang. Stay strong! Kamu hanya belum mencoba,"


"Tapi aku akan menjadi bebn untuj kalian Nyonya, aku pasti akan merepotkan? Aku banyak berhutang budi,"


"Nooo! Dont say anymore about it! Darimana kamu menyimpulkan kamu berhutang budi. Kami yang berhutang budi padamu, sayang!"


"Saya tidak melakukan apapun Nyonya,"


"Kata siapa?" jawab Bu Dini.


Isyana terdiam,Isyana kan memang tidak melakukan apapun.


"Harta kami sudah banyak, sangat banyak. Apa kamu mau kusebutkan kekayaan kami?" tanya Bu Dinu ingun membuat Isyana mengerti kalau hanta menanggung hidup seorang Isyana sangatlah kecil.


Isyana menunduk menggeleng.


"Suamiku pemilik, ketua dan pemegang saham tertinggi suntech!" tutur Bu Dini.


Gleg. Isyana langsung melotot dan tercekat mendengarnya. Suntech kan tempat Lana jadi direktur.


"Suamiku punya 3 cabang perusahaan, Binar anak tunggalku dan Putri satu-satunya pewarisku. Uang bagi kami bukan hal yang sulit, Isyana. Ibu bukan sombong, tapi agar kamu mengerti. Harta terbesar dan termahal kami adalah Putri, dan kamu sudah melakukan pekerjaan termahal yang tidak bisa orang lain lakukan. Membuat Putri tersenyum dan menjaganya, mengerti?" tutur Bu Dini panjang.


Isyana masih melotot tidak bisa berkata apapun.


"Siapa bilang kamu tidak bekerja? Menjaga cucuku dan membuatnya tersenyum adalah pekerjaan termahal yang akan aku bayar. Dengar! Lanjutkan kuliahmu. Besarkan anakmu. Putri juga sangat menginginkan adik bayi. Kamu mengerti?"


*****


Di rumah besar.


Mika pun sekarang menjadi Nyonya besar di rumah Lana.


Kemewahan yang dia terima membuatnya menomor duakan kuliahnya. Bukanya belajar dan mengerjakan skripsi Mika justru sering menghabiskan waktunya untuk klubig dan shopping.


Tidak bisa dijelaskan apa sebabnya. Sepulang memeriksa laporan anak buahnya, Lana jadi pusing pening dan rasanya ingin marah.


Lana pulang ke rumahnya ingin istirahat, berharap ada istri cantiknya menyiapkan air hangat untuk mandi dan secangkir teh hangat hang membuatnya segar.


"Sayaaang, aku pulaang," teriak Lana penuh harap.


Sayangnya kamarnya sepi, apalagi kamar mandi lengang dingin dan kosong.


Lana pun menelan ludahnya dan mengeratkan rahangnya kecewa.


"Biiiii!" teriak Lana mulai keluar temperamenya.


"Iya Tuan,!"


"Dimana Mika?"


"Nyonya pergi Tuan," jawab asisten rumah tangga Laba menunduk.


"Pergi kemana?"


"Saya tidqk tahu Tuan," jawab asisten rumah tangga lana


"Brakkkkk!" Lana langsung menendang vas bunga kering di sampingnya sampai asisten rumah tangganya berjingkat memegangi dadanya.


"Hooooh!" Lana membuang nafasnya kesal tapi tidak tahu harus marah pada siapa.


Lana kemudian masuk ke kamarnya, menyiapkan air hangat sendiri dan mandi sendiri.


Saat melihat bathub, sekelebat bayangan Isyana datang. Meski Lana kasar pada Isyana, Isyana selalu patuh menyiapkan semua keperluan Lana.


"Haissshh... ," desis Lana mengacak-acak rambutnya membuang bayangan Isyana.


Bersambung.  🥰🥰 ke bab 62


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 61"