Istri yang terabaikan Bab 59

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


59. Nikah Siri.


Setelah mendapatkan persetujuan Isyana untuk bekerja dan tinggal di rumahnya, Nyonya Ara tersenyum lega.


Nyonya Ara senang jika bisa membantu orang lain. Nyonya Ara percaya Tuhan juga akan balas membantunya, apalagi dia hendak berobat, itu semua akan meringankan langkahnya. Pokoknya prinsip Nyonya Ara, berbuat kebaikan di sisa hidupnya yang entah akan sehat atau tidak.


Setelah berbincang, Nyonya Ara kemudian bersiap- siap berangkat ke luar negeri. Kali ini Isyana pun diajak mengantar ke sampai ke rumah sakit di luar sana.


“Maaf, Nyonya, terima kasih atas ajakanya. Saya di rumah saja, saya juga harus memeriksa kontrakan saya, barangkali ada barang yang masih bisa saya ambil,” jawab Isyana merasa tidak nyaman masuk ke keluaraga orang lain apalagi sampai ikut ke luar negeri. 


“Tidak apa- apa. Biar nanti orang suruhan suamiku yang bereskan. Sekalian jalan- jalan, sebelum kuliah dimulai, ikutlah bersama kami! Nanti kalau sudah kuliah, kamu akan sibuk,” pinta Nyonya Ara. 


“Iya Tante... temani aku...,” ucap Putri ikut merayu.


“Tapi kan saya belum punya paspor, saya juga belum beli tiket, saya tidak biasa ke luar negeri,” ucap Isyana berlasan. 


“Ah bisa diatur itu, kita naik kendaraan privat kok, sudah ikut saja, kan tidak lama, tidak akan ketahuan!” jawab Bu Dini santai.


"Iya Tante ikut saja!" rayu Putri lagi.


Isyana jadi tidak berkutik, dan akhirnya siang itu, Isyana ikut keluarga Nyonya Ara ke luar negeri. 


Isyana ikut memastikan ke rumah sakit tempat Nyonya Ara dirawat sekalian jalan-jalan bersama Putri dan Bu Dini.


Nyonya Ara tersenyum senang saat, Isyana, Bu Dini, Tuan Priangga dan Putri berpamitan.


"Terima kasih ya Mas, ijinkan Nyonya Putri ikut kita," ucap Nyonya Ara dengan senyum tulusnya pada suaminya di sebuah kamar rumah sakit.


"Apapun akan Papah lakukan asal Mamah mau berobat dan sembuh," jawab Tuan Aksa.


Sebenarnya Tuan Aksa merasa tidak suka Putri dekat dengan orang asing, tapi dia menuruti apa kata Nyonya Ara, demi menyemangati Nyonya Ara berobat.


"Berjanjilah Pah, apapun yang terjadi di depan nanti, selalu bantu Nyonya Isyana, dan lindungi dia,"


"Mamah ngomong apa sih? Dia bisa hidup sendiri tanpa kita. Kita berbuat baik sewajarnya," jawab Tuan Aksa kesal ke nyonya Ara.


Tapi Nyonya Ara seperti punya firasat ada yang jahat dengan Isyana.


****


Karena Isyana ke luar negeri dan urusan penyelidikan rumah diurus anak buah Tuan Aksa. Isyana jadi tidak bertemu dengan Tuti, dan polisi.


Bahkan sampai berhari- hari.


Nyonya Wira dan Tuti jadi dibuat menunggu kabar Isyana. 


“Sudah tiga hari ini, Pah, tidak ada kabar dari Isyana, mamah mau ke kota B lagi ya, Papah mau ikut nggak?” tanya Nyonya Wira ke suaminya. 


“Boleh,” jawab Tuan Wira. 


Suami istri itu kemudian bersiap- siap berangkat ke kota B menanyakan kabar Isyana.


Akan tetapi, belum mereka berangkat mobil putranya terlihat memasuki halaman parkir rumahnya. 


“Lana... mau apa dia?” gumam Nyonya Wira. 


Benar saja, Lana keluar dari mobilnya, sayangnya Lana tidak sendirian, tapi bersama perempuan cantik bak model, yang tatapanya menebar racun jahat dan dibenci Nyonya Wira.


“Pagi..Mah, Pah,” sapa Lana pada kedua orang tuanya. 


“Pagi... ada apa kalian kesini?” tanya Nyonya Wira ketus. 


“Aku anakmu kan, Mah? Apa Mamah Papah tidak mau membiarkan, aku dan istriku ini duduk?” ucap Lana santai. 


Seketika Nyonya Wira dan suaminya mendelik. 


“Istri?” gumam Nyonya Wira. 


Lana tidak menjawab dan dengan santainya mereka berjalan menuju ke bangku dan duduk di ruang tamu Tuan Wira. Tidak menunggu persetujuan orang tuanya, Lana mengajak Mika duduk. 


*** flasback dua hari sebelumnya. 


Lana pulang dengan perasaan sangat marah karena dia dihina dan dilecehkan temanya. Ternyata tanah itu sudah bukan milik orang tuanya. Akan tetapi Lana tetap berjanji akan mendapatkan tanah itu. 


Malamnya Lana meminta Mika menemaninya, mereka kemudian bermalam dan melakukan kegiatan panas bersama di sebuah hotel. 

“Kamu sekarang tahu kan, Sayang? Cuma aku yang tulus mencintaimu, gadis lugu itu juga ternyata hanya memperalat pernikahan kalian dengan meminta harta orang tuamu,” rayu Mika dengan tubuh polos bertutupkan selimut, memeluk Lana sambil memilin bulu- bulu halus di dada Lana yang membuatnya melayang terbang. 


“Iya, Sayang, terima kasih kamu sudah menemaniku selama ini,” jawab Lana tersenyum. 


Lana kini semakin membenci Isyana dan di matanya Isyana perempuan matre tak seperti Mika yang menurutnya tak menuntut apa- apa. Padahal tanpa sadar tiap mereka jalan, selalu ada pajak, yang Mika buat seakan itu pengeluaran dan hal wajar. Lana tidak sadar sedang diambil hartanya pelan- pelan. 


“Kapan dong, kita nikah?” tanya Mika melancarkan misinya.


“Masa iddah Isyana saja belum selesai, Sayang. Apa kata orang kalau aku menikah sekarang, bersabarlah,” 


“Aku sudah tidak sabar, aku ingin menunggumu pulang kerja di rumahmu, aku juga kesepian kalau di apartemen terus,” rayu Mika ingin tinggal di rumah besar Lana bukan di apartemen. 


Lana diam lagi. 


“Aku nggak masalah kok, nikah diam- diam, yang penting nikahin aku,” pinta Mika lagi. 


“Beneran?” tanya Lana. 


Mika mengangguk manja. 


“Nikah sirih mau?” tanya Lana. 


“Kok sirih? Yang sah dong!” jawab Mika ingin jadi istri sah agar bisa tuntut harta gono gini nantinya. 


“Malu lah Sayang, sama pihak KUA, kita kan menggugat Isyana atas tuduhan Isyana selingkuh, masa belum 3 bulan, kita nikah,” jawab Lana berfikir logis. 


“Ya udah nikah sirih dulu,” jawab Mika. 


Akhirnya Mika terima nikah sirih, yang penting dirinya bisa tinggal di rumah Lana yang jauh lebih besar mewah dan semua ada dilayani pelayan. 


**** flasback off. 


Tuan Wira dan Nyonya Wira kemudian berbalik mau tidak mau ikut duduk di bangku berhadapan dengan anak dan menantu barunya. 


“Kamu dia bilang, dia istrimu?” tanya Nyonya Wira. 


Mika hanya diam dengan ekspresi jutek, tak ada hormat sama sekali. 


“Kata Mamah, Mamah tidak suka kan, Lana kumpul kebo terus, jadi Lana nikahin, Mika,”  jawab Lana beralasan. Laki- lali kan memang bisa menikag tanpa restu orang tua.


Nyonya Wira menelan ludahnya geram. Anaknya benar- benar tak mengindahkan atau bahkan takut terhadap sumpah serapahnya. Lana benar- benar  menantangnya. 


“Kapan kalian menikah? Kenapa, Papa Mamah tidak diberitahu?” tanya Tuan Wira. 


“Lana memberitahu atau tidak, Papah Mamah tidak aka setuju kan? Yang penting sekarang Mika adalah istriku,” jawab Lana lagi. 


“Ya sudah, terus terang saja, apa maksud kedatanganmu kesini?” tanya Nyonya Wira. 


“Tempo hari, kita pernah bertemu, Isyana. Isyana tidak tahu apapun tentang tanah itu. Lana mohon ke mamah, biarkan Lana mengurusnya,” ucap Lana tidak tahu malu, ternyata datang ke orang tuanya adalah kembali membahas tentang tanah. 


“Hooohhh...” Nyonya Wira pun hanya bisa menghela nafasnya membuang semua jengah dan kegetiranya.


Kenapa anak satu- satunya ini benar- benar sudah berubah. Lana kesayanganya seperti mati sejak kenal dengan perempuan sihir satu ini. 


“Mamah memang belum memberikan sertifikat tanah ini untuk dia. Tapi Mamah ingin, Isyana yang kelola tanah di kota B ini untuk Isyana mengembangkan usahanya dan bekal hidupnya setelah kau buat dia jadi janda,” jawab Nyonya Wira tegas. 


“Maah... tanah Mamah, sangat luas. Kalau mamah hanya ingin Isyana membuka usahanya di sana, Mamah bisa berikan separuhnya, berikan sisanya untukku,” ucap Lana lagi meminta tanpa tahu malu. 


Tuan Wira yang mendengarnya ikut merasa getir, kenapa anak yang dia sekolahkan tinggi- tinggi bertengkar dengan ibunya hanya karena tanah. 


“Oke,” jawab Tuan Wira menengahi dan memberi kode tangan ke istrinya agar menyudahi pertengkaran. 


Nyonya Wira pun mendelik masih tidak terima. 


“Malu Mah, bertengkar dengan anak hanya karena tanah, berikan separuhnya pada dia, untuk Isyana kita pikirkan nanti setelah kita berhasil menemukanya,” tutur Tuan Wira menengahi. 


Mika dan Lana pun tersenyum simpul, apalagi saat mendengar kata, “setelah berhasil menemukanya?” 


Mika dan Lana pun jadi kepo. 


Bersambung.  🥰🥰 bab 60


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 59"