Istri yang terabaikan Bab 57

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


57. Omelet Sayur


“Allohu Akbar... astaghfirulloh... Isyanaa...! Apa ini?” seru seorang ibu dengan dandanan sosialita setibanya di greenhouse Iysana. 


Nyonya Wira yang sempat memantau toko kecil Isyana bisa menilai perubahan kontrakan Isyana sekarang dan sebelumnya.


Sebelumnya greenhouse Isyana begitu rapi, asri dan menyenangkan, karena Isyana menata tanamanya sesuai warna dan jenisnya dengan rapi. 


Kini kontrakan Isyana ambruk, hanya sisa tembok yang hangus dan ada garis polisi. Tanaman- tanaman Isyana yang subur layu dan berantakan. Air mata Nyonya Wira seketika membanjiri wajahnya yang penuh dengan keteduhan. 


“Isyana anakku? Maafkan mamah terlambat datang, kamu dimana Nak? Apa yang terjadi?” gumam Nyonya Wira terduduk dan bersimpuh di depan toko Isyana. 


Pengawal Tuan Wira Hanggara yang menemani Nyonya Wira langsung memapahnya, mambantunya bangun agar lulutnya tidak kotor dan sakit.


Beberapa warga yang melihat hanya saling berbisik merasa tidak asing dengan perempuan berkaca mata hitam itu. 


Tuti yang sedang membuang sampah jadi terhenti seketika melihat mobil mewah, Pria tegap berseragam rapih dan bersepatu mengkilap, mengawal ibu- ibu tua yang tampak sangat elegan dan modis. 


“Siapa itu?” gumam Tuti. “Apa itu mantan mertua Isyana?” gumam Tuti lagi.


Isyana kan memang sempat memberi bocoran, siapa mantan suaminya. 


“Untuk apa dia kemari? Apa jangan- jangan kebakaran ini ada hubunganya dengan mantan suami Isyana?” gumam Tuti memegang pengki sambil terus berfikir. 


Nyonya Wira yang sudah berhenti menangis pun bertanya pada salah satu orang yang juga ingin sekedar menengok kebakaran rumah di pinggir jalan itu. 


“Saya tidak tahu Bu... saya tahu kebakaran juga, baru saja!” jawab warga malah pergi saat ditanya.


Nyonya Wira kemudian mendekat ke Tuti dan bertanya pada Tuti. 


“Maaf, ibu siapanya Isyana ya?” tanya Tuti tidak mau buru- buru menjawab dan lebih mementingkan menuntaskan hasrat kekepoanya. 


“Saya ibu angkatnya Isyana, Panggil saja Bu Lita, namaku Lita,” jawab Nyonya Wira, tidak mau memperkenalkan nama suaminya pada masyarakat umum. 


“Oh... silahkan duduk dulu, Bu!” jawab Tuti sopan mengajak Nyonya Wira duduk di depan ruko klinik kecantikan. 


“Apa yang terjadi? Dimana Isyana putriku?” tanya Nyonya Wira to the point dan tidak sabaran. 


Tuti menelan ludahnya. Tuti ksn juga tidak tahu, dan sama seperti Bu Wira menunggu kabar Isysna.


“Kata warga sekitar sekitar jam 1 malam terjadi kebakaran, saya sendiri baru tahu tadi pagi. Api sudah dipadamkan tim damkar. Kata warga Isyana selamat dan ditolong warga yang lewat, akan tetapi siapa yang menolong Isyana dan sekarang dimana saya tidak tahu, Nyonya, soalnya nomer hapenya tidak bisa dibuhungi,” jawab Tuti. 


“Hahhh...” Nyonya Wira menghela nafasnya, ada sedikit perasaan lega, tapi cemas masih tetap melanda. 


“Bagaimana saya bisa dapatkan informasi tentang orang yang menolong anak saya?” tanya Nyonya Wira lagi. 


“Saya juga kurang tahu, Nyonya, mungkin anda bisa tanya ke petugas kepolisian atau pegawai damkar,” jawab Tuti. 


“Oke... Terima kasih ya,,” jawab Nyonya Wira tersenyum.


Nyonya Wira akhirnya menuju ke kantor polisi dan pegawai damkar.


Sayangnya nihil, tak ada yang ingat nama Tuan Aksa, semua data hanya identitas Nyonya Isyana. 


Hanya saja semua memberi keterangan, kalau Nyonya Isyana dalam keadaan sehat wal afiat, dan besok akan mendatangi kantor guna memantau penyelidikan penyebab kebakaran. 


Nyonya Wira mengangguk mengerti, Nyonya Wira kemudian memilih meninggalkan nomer teleponya, pada pihak kepolisian, dan juga kembali ke Tuti. 


“Minta tolong, kalau Isyana kembali ke sini, kabari saya. Ini nomer saya!” tutur Nyonya Wira berpamitan. 


"Ya, Nyonya!"

**** 


Di Rumah Tuan Aksa. 


Sebelum memenuhi keinginan ibundanya, Tuan Aksa dan Nyonya Ara menyuruh Putri mandi dan meminta Ibunya menunggu sarapan dulu, agar ngobrolnya lebih nyaman. 


Kini Putri sudah mandi dan semua keluarga berkumpul di meja makan. 


“Kok tumben ada menu telur omelet begini?” gumam Tuan Aksa memakan omelet sayur.


“Enak Pah?” tanya Nyonya Ara. 


“Enak, cobain deh, Mah!” ucap Tuan Aksa menyuapi istrinya. 


“Udangnya juga enak...., nggak kaya biasanya ini manis dan gurih,” celetuk Putri juga.


Ibu dan Ayah Tuan Aksa berhenti menatap putra dan cucunya. 


“Memang biasanya kalian makanya apa? Ini menu biasa kan?” tanya Ibu Tuan Aksa. 


“Biasanya udangnya digoreng terus Oma, Puteri bosan, ini manis dan gurih,” jawab Puteri nyeletuk, pagi ini terhidang udang dipanggang dengan bumbu manis. 


“Mohon maaf, ijin memberitahu. Itu mbak manis yang ditolong Tuan, yang masak, Nona!” celetuk Mbok Tin yang biasa masak di rumah Nyonya Ara.


“Oh ya?” tanya Nyonya Ara berbinar, omelet sayur Isyana juga enak. 


“Emang, siapa yang ditolong Daddy?” tanya Putri polos. 


Nyonya Ara tersenyum. 


“Kamu pasti akan suka, Sayang, tunggu ya!” tutur Nyonya Ara. 


“Hummm?” jawab Puteri dengan mulut mengkerucut penuh tanda tanya. "Siapa emang?"


“Mbak... panggilkan dia kesini, bilang, Ibu mertuaku dan puteriku ingin sarapan bersama dia,” tutur Nyonya Ara ke Mbak Tin mwnyuruh Isyana bergabung dengan mereka.


Mbak Tin mengangguk memanggil Isyana. Sebagai orang yang berhutang budi, Isyana memang bangun dan membantu para asisten rumah tangga mengerjakan rumah dan masak. Isyana suka sayur dibuat omelet. 


Masih menggunakan apron masak, dengan rambut dikucir ke atas, karena Isyana sedang cuci piring tapi buru- buru dipanggil. Isyana datang ke meja makan dengan wajah menunduk. 


“Tante Bunga?” pekik Puteri sangat bahagia dan terkejut tante kesayanganya, dan teman barunya di lingkungan barunya itu, ada di rumahnya. 


Tidak hanya, Puteri yang kaget, mertua Nyonya Ara juga melotot dan terhenyak menatap Isyana yang menunduk. 


“Nak... Isya Puteri?” panggil Bu Dini lembut. 


Isyana juga kaget mendengarnya dan mendongakan kepala.


Sementara Tuan Aksa dan Nyonya Ara kompak menatap Bu Dini. 


“Mamah kenal?” tanya Tuan Aksa dan Nyonya Ara. 


Bersambung.  🥰🥰lanjut bab 58


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 57"